Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Day 6

"Do Kyungsoo, lihatlah jam berapa sekarang!" ucap Jongin yang masih membaringkan tubuhnya di atas lantai beralaskan karpet berbulu yang ada di asrama Kyungsoo.

Kyungsoo melirik jam dinding dan melihat dimana letak jarum jam itu berada.

"Baru setengah dua," ucapnya santai dan kembali melanjutkan mengetik di laptopnya.

"Baru katamu, hey kapan kau akan tidur, ini sudah lewat tengah malam."

"Lalu kau sendiri apa yang kau lakukan di asramaku. Ini sudah lewat tengah malam, Choi ahjussi akan mengusirmu dan aku akan dikenakan sanksi karena telah menyelundupkan seorang pria di dalam asramaku."

"Kau pikir aku barang ilegal?" Jongin segera duduk lantas menatap Kyungsoo yang masih sibuk dengan kegiatannya. "Dan satu hal, Choi ahjussi tidak akan tahu aku ada disini jika aku tidak keluar."

"Kau akan tinggal disini?" Kyungsoo mengernyitkan keningnya tak terima.

"Hanya sampai kau tidur lalu aku akan keluar dengan diam-diam tanpa ketahuan Choi ahjussi."

"Masih banyak yang harus kuselesaikan untuk kompetisi Jongin," Kyungsoo mendesah perlahan. "Bukankah kau ada tes besok? Sebaiknya kau keluar sekarang saja."

"Tidak, aku akan tinggal disini hingga memastikan bahwa matamu tertutup."

"Nah sudah kan?" Kyungsoo menutup matanya dengan sengaja.

"Bukan seperti itu sayang," decak Jongin.

Kyungsoo hanya terkekeh melihat raut kekesalan Jongin kali ini. Ada banyak hal yang harus segera dipersiapkannya untuk kompetisi minggu depan dan ia ingin maksimal kali ini. Blognya; Cloud9, harus menang! Tidak memerdulikan Jongin yang mulai melangkah mendekat lantas duduk di sampingnya, Kyungsoo tetap menyelesaikan pekerjaannya.

"Hei.. Apa yang kau lakukan?!"

Kyungsoo terkejut ketika tubuhnya tiba-tiba ditarik dan berada dalam sandaran tubuh bagian depan Jongin. Merasakan sebuah kehangatan dari dada kekasihnya yang mendekapnya dengan erat.

"Ayo bekerjalah," perintah Jongin.

"Aku tidak bisa bekerja jika kau memelukku begini," ucap Kyungsoo seraya mempertahankan laptop yang ada di atas pangkuannya agar tidak jatuh.

"Kau akan pegal jika terus duduk dan menunduk seperti itu, jika punggungmu lelah, kau sandarkan saja kepadaku."

"Kau akan pegal nanti pagi, jadi lepaskan."

"Tidak," ucap Jongin. "Aku tidak ingin kekasihku kelelahan jadi ayo lanjutkan pekerjaanmu. Semangat!" lanjutnya lagi dengan nada yang jenaka membuat Kyungsoo seketika terkekeh dan enggan untuk kembali menolak apa yang dilakukan Jongin kepadanya.

Satu hal yang tidak pernah ia sadari bahwa ternyata bersandar pada tubuh Jongin bisa menjadi senyaman ini. Mungkin lain kali ia akan terus meminta Jongin untuk menjadi sandarannya ketika ia bekerja nanti. Secara bersamaan Kyungsoo merasa ia telah sangat dilindungi. Dan pada akhirnya Kyungsoo menghabiskan waktu semalamannya untuk terus bekerja hingga rasa kantuk mulai mengalahkannya dan membuatnya terlelap dalam dekapan Jongin hingga pagi kembali menyapa.

***

Kyungsoo mencoba memejamkan matanya akan tetapi setiap kali ia berusaha untuk terlelap, perkataan Jongin kembali menghantuinya seketika. Kyungsoo terus mendesah dan berusaha sekeras mungkin untuk bisa menghilangkan semua perkataan Jongin yang mampu merasuk benaknya hingga saat ini. Sekeras apapun usaha Kyungsoo untuk melupakannya, hasilnya adalah ia yang semakin tidak bisa terlelap dalam tidurnya. Pada akhirnya ia hanya bisa menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong.

Kyungsoo masih di rumah sakit. Ini adalah hari keenam perawatannnya. Kemarin bisa saja Kyungsoo berhasil pergi dari rumah sakit ini. Akan tetapi kejadian tidak terduga yang menimpanya bersama Jongin tentu saja membuat ia sendiri tidak memiliki kesempatan untuk itu. Setelah ia terjebak di dalam lift hampir dua jam lamanya bersama Jongin, akhirnya Kyungsoo hanya bisa menuruti perintah beberapa dokter, Baekhyun bahkan juga Sehun untuk tetap tingal di rumah sakit untuk memulihkan kondisinya sekaligus menenangkan dirinya sendiri dari rasa syok.

Kejadian kemarin adalah yang terburuk. Kyungsoo tidak pernah mengalami ini sebelumnya. Jujur saja Kyungsoo takut pada saat itu, akan tetapi setiap kata yang diucapkan Jongin sedikit demi sedikit dapat menenangkannya. Meskipun Kyungsoo berusaha tidak menunjukkannya secara langsung tetapi di dalam lubuk hatinya ia bersyukur bahwa saat itu Jongin ada bersamanya.

Ada sebuah perasaan yang tidak terelakkan hinggap di dalam hatinya. Mungkin perasaan kerinduan tetapi Kyungsoo menyangkal itu semua. Jika ia kembali terbawa suasana dengan perasaan yang Jongin tunjukkan, Kyungsoo hanya tidak ingin lagi mengingat bagaimana perasaannya yang hancur akibat perbuatan Jongin kepadanya.

Kyungsoo mendesah. Ia membangkitkan tubuhnya dan mencengkram rambutnya kuat-kuat. Kepalanya sakit dan ia tidak bisa untuk terus memikirkan hal bodoh itu. Bagaimana bisa Jongin melakukan ini kepadanya. Setelah membuatnya jatuh cinta, setelah membuatnya patah hati, setelah membuatnya berubah, kini Jongin kembali menghantuinya dengan perasaan yang bahkan tidak ingin Kyungsoo mengetahuinya. Jongin sudah gila dengan perasaannya dan Kyungsoo hanya menginginkan Jongin untuk melupakannya.

Kyungsoo mendongak menatap jam telah menunjukkan pukul dua pagi. Ia masih belum tidur hingga saat ini dan Kyungsoo tidak tahu sampai kapan ia akan terus seperti ini. Mungkin karena seharian ini ia memilih untuk menghabiskan waktunya untuk tidur. Bukan karena ia lelah, akan tetapi ia berusaha untuk tidak berinteraksi dengan Jongin—bahkan jika ia bangun nanti. Hasilnya saat ini, Kyungsoo masih terjaga dengan sejuta perasaan yang membelenggunya.

Bahkan tanpa sadar kini pikirannya kembali diingatkan dengan Jongin. Bahkan seharian ini ia masih belum bertemu dengan pria itu. Jongin seolah menghilang, tidak seperti biasanya yang akan keluar masuk dari kamarnya. Meskipun itu cuma sekali tetapi setidaknya pria itu selalu menyempatkan diri untuk memeriksa keadaan Kyungsoo di tengah kesibukkannya. Tetapi tidak dengan hari ini—bahkan sejak kemarin setelah kejadian yang menimpa mereka. Pria itu tidak sekalipun menunjukkan batang hidungnya lagi di hadapan Kyungsoo.

Mungkinkah kini Jongin mulai memahami perasaannya? Kyungsoo berharap banyak akan hal itu dan tidak menutup kemungkinan bahwa ia menginginkan Jongin untuk menyerah dengan perasaannya dan mulai melupakannya. Ini adalah hari terakhir—Kyungsoo menekankan kepada dirinya sendiri. Besok ia akan meminta kepada Baekhyun untuk mengusahakannya keluar dari rumah sakit ini. Kyungsoo tidak bisa lebih lama lagi tinggal disini.

Ketika waktu masih berjalan dengan lambat sedangkan matanya yang mulai merasakan kantuk tak juga kunjung ingin memejamkan matanya. Pada akhirnya Kyungsoo menyingkap selimutnya dan meraih tongkatnya. Setelah ia menurunkan tubuhnya dari atas ranjang dan mulai bisa menyeimbangkan dirinya untuk berdiri. Lantas satu tangannya yang kosong meraih laptop yang tersimpan di atas ranjangnya. Ia berjalan dengan perlahan menuju sofa. Ia membutuhkan tempat yang nyaman untuk menulis.

Kyungsoo baru menyadari banyak sekali pekerjaan yang belum bisa sepenuhnya di atasi oleh Baekhyun maupun Sehun. Tidak ingin membuat kedua orang itu kembali kerepotan karena dirinya, Kyungsoo memilih melanjutkan pekerjaannya. Dibandingkan ia harus terjaga dengan pikiran kosong—tentang Kim Jongin dan juga perasaannya—lebih baik ia memikirkan Cloud9 saat ini.

***

Jongin hanya bisa mematung di depan kamar rawat milik Kyungsoo. Ia berdiri seorang diri di tengah redupnya keadaan koridor yang lengang. Tidak ada kesibukkan yang terjadi seperti biasanya, bagaimanapun ini pukul dua pagi. Sebagian besar telah memilih untuk beristirahat terkecuali para perawat dan dokter yang berjaga pada shif malam. Jongin bukan salah satunya, hanya saja ia masih terjaga untuk memastikan keadaan Kyungsoo saat ini.

Seharian ini ia memilih untuk menghindar. Ia merasa malu hanya untuk menunjukkan wajahnya di hadapan Kyungsoo. Bagaimana ia pernah menyakiti wanita itu, bagaimana ia pernah membuat wanita yang dicintainya menangis terus membayangi pikirannya. Jongin tahu ia sangat bersalah dalam hubungan yang telah hancur di antara mereka. Akan tetapi Jongin tidak ingin terus membuat hubungan ini semakin buruk, perasaannya tidak akan pernah pupus dan disinilah pada akhirnya. Ia memantapkan hatinya untuk bisa menatap Kyungsoo. Meskipun wanita itu tidak dapat melihatnya.

Dengan perlahan Jongin membuka pintu kamar Kyungsoo, hanya sedikit untuk meminimalisir suara deritan yang mungkin saja bisa membangunkan Kyungsoo saat ini. Keadaan kamarnya tak kalah redup seperti koridor ini tetapi ketika Jongin membuka pintu kamar itu lebih lebar lagi. Tatapannya tertuju pada sebuah pedar cahaya yang menyinari sudut ruangan lainnya. Jongin memerhatikan dengan lekat, apakah mungkin itu adalah Baekhyun. Akan tetapi setelah matanya mulai menyelidik, ia terkejut mendapati Kyungsoo yang juga masih terjaga dengan tubuh terduduk dan laptop yang ada dalam pangkuannya.

Wanita itu balas menatapnya—tatapan yang sendu dan heran—membuat Jongin seketika membeku di tempatnya.

"Kau?" bisiknya. Tidak ada tekanan ataupun suara yang tinggi seperti yang biasa Kyungsoo ucapkan kepadanya.

"Kau belum tidur?" Aku bertanya dengan gugup dan ia hanya membalasnya dengan sebuah gelengan.

Jongin masih membeku di tempatnya berdiri saat ini hingga akhirnya ia mulai kembali membuka suaranya ragu. "Boleh aku masuk?"

Sejenak Jongin hanya dapat menemukan bagaimana Kyungsoo yang hanya diam tak merespon pertanyaannya. Jongin tahu ia telah melontarkan pertanyaan yang salah—terlebih setelah kejadian kemarin. Akan tetapi perasaannya membuncah ketika dengan tiba-tiba Kyungsoo mengangguk perlahan kepadanya.

Jongin sebenarnya tidak yakin dengan apa yang Kyungsoo tunjukkan kali ini. Maka dari itu ia mulai melangkah memasuki kamar rawat Kyungsoo dengan ragu dan berjalan hampir mencapai setengah ruangannya. Melihat bahwa Kyungsoo tidak berkomentar apa-apa, pada akhirnya Jongin semakin memantapkan dirinya untuk berjalan mendekati Kyungsoo yang masih duduk dengan  fokus menatap layar laptop di pangkuannya.

Jongin sejenak terduduk, ia masih menatap Kyungsoo yang sibuk mengetik sesuatu pada laptopnya. Ia tetap diam selagi Kyungsoo masih berada di dalam dunianya. Meskipun hanya ini yang dapat mereka lakukan. Jongin merasa bersyukur, setidaknya Kyungsoo tidak mengusirnya seperti biasanya. Jadi Jongin berusaha menikmati setiap menitnya dalam keheningan bersama Kyungsoo kali ini. Hingga tanpa sadar perasaan deja vu kembali membuka tentang memori lamanya bersma Kyungsoo.

"Apa kau tidak pulang?"

"Ya?" Jongin menatap Kyungsoo mencoba memastikan bahwa Kyungsoo benar-benar bicara kepadanya.

"Apa ada lembur atau semacamnya? Kau tidak pulang?" tanya Kyungsoo tenang, masih dengan perhatiannya yang tertuju pada layar laptopnya.

"Tidak, aku tinggal disini."

"Meskipun itu saat kau libur?"

"Ya," balas Jongin singkat membuat akhirnya Kyungsoo mendongak dan meliriknya dengan raut kebingungan.

"Kau sama sekali tidak pulang dan setiap hari memilih untk tinggal disini?" Tanya Kyungsoo dengan nada tak pecaya.

"Jika aku pulang, itu percuma saja. Tidak ada satupun yang menungguku di rumah jadi untuk apa aku pulang?"

Kyungsoo seketika terdiam. Ia menatap Jongin untuk beberapa saat seraya mengulum bibirnya. Ketika sadar bahwa ia sudah terlalu lama memerhatikan Jongin, Kyungsoo kembali mengalihkan perhatiannya pada laptopnya dan kembali diam untuk waktu yang lama selagi Jongin masih berada di sisinya.

Mungkin ini sudah terhitung satu jam sejak Jongin menemani Kyungsoo mengerjakan pekerjannya. Jongin sama sekali tidak berkomentar atau memaksa Kyungsoo untuk beristirahat—meskipun ia menginginkannya. Sejujurnya Jongin menikmati saat-saat seperti ini. Menikmati waktunya dalam sebuah keheningan tanpa satupun dari mereka berniat untuk membuka suaranya. Setidaknya hanya dengan cara ini Jongin bisa duduk bersama Kyungsoo dalam satu kursi yang sama tanpa sebuah penolakan.

Waktu terus berjalan hingga akhirnya Jongin dapat mendapati mata lelah yang tergambar jelas di mata Kyungsoo. Jongin yakin bahwa wanita itu pada akhinya mulai mengantuk tetapi anehnya Kyungsoo masih tetap memertahankan dirinya untuk tetap mengetik dan tentu saja itu cukup membuat Jongin berdecak miris.

"Sebaiknya kau istirahat," Jongin bicara dan Kyungsoo menggeleng dengan mata yang mulai sendu.

"Tidak, ada banyak sekali yang harus aku selesaikan dan aku tidak ingin membuat Baekhyun kerepotan karenaku."

Jongin hanya bisa diam tidak percaya bahwa di sisi kerasnya yang selalu ia tunjukkan kepadanya maupun kepada Baekhyun, masih ada sisi yang sama seperti dulu dimana Kyungsoo tidak ingin merepotkan orang lain hanya karena dirinya. Kyungsoo mungkin menyangkalinya tetapi Jongin tetap memandang Kyungsoo sebagai wanita yang sama; Kyungsoo sama sekali tidak berubah.

"Jadi, kapan kau akan tidur?" tanya Jongin.

"Setelah semua ini selesai," Kyungsoo melirik Jongin sekilas dan saat itulah Jongin benar-benar dapat melihat kelelahanya yang tergambar di wajahnya. "Dan bagaimana dengan kau? Kau tidak ingin tidur?"

"Nanti siang adalah waktu liburku, aku bisa menyempatkan itu untuk tidur dan beristirahat," ucap Jongin ringan dan Kyungsoo masih memerhatikan tatapannya kepada Jongin dengan kerutan di keningnya. "Aku akan tetap berada disini menemanimu."

Awalnya Jongin mengira Kyungsoo akan menolaknya tetapi tidak. Kyungsoo hanya memalingkan wajahnya dan kembali sibuk mengerjakan pekerjannya. Jongin mendesah lega akan tetapi kelegaan itu tak bertahan lama ketika semakin lama ia memerhatikan Kyungsoo, semakin sering juga wanita itu menguap dan beberapa kali merenggakan tubuhnya perlahan. Sudah sangat jelas dia ingin tidur tetapi kenapa dia masih berusaha untuk terjaga dan memilih mengerjakan pekerjaannya di tengah pagi buta seperti ini? Seketika Jongin tidak bisa menahan dirinya sendiri untuk membiarkan semua ini tejadi kepada Kyungoo.

"Meskipun usahamu itu baik untuk Baekhyun dan Cloud9, tetapi ada baiknya kau juga beristirahat."

"Aku memang tidak memiliki kesempatan untuk itu, jadi aku sudah terbiasa."

"Dan memaksamu untuk tetap terjaga seperti ini? Ini tidak baik untuk kondisi tubuhmu."

"Aku akan baik-baik saja Jongin, sungguh."

Tidak menerima ucapan Kyungsoo, pada akhirnya Jongin memberanikan diri untuk menggeser posisi tubuhnya mendekati Kyungsoo dan menarik bahu Kyungsoo lantas menyandarkan punggunya pada dada Jongin. Kyungsoo berusaha untuk menjauhkannya kembali akan tetapi Jongin bealih menahan bahu itu untuk tetap menyandar di tubunya.

"Semakin lama kau berusaha untuk bekerja, kau akan semakin merasa pegal. Bersandarlah, aku akan baik-baik saja."

"Kim Jongin tapi-"

"Lanjutkan pekerjaanmu."

Tidak ada lagi ucapan selanjutnya, mungkin Kyungsoo terlalu lelah untuk bisa menolak atau sekedar marah kali ini. Pada akhirnya ia membiarkan posisi tubuhnya menyandar dengan tenang di tubuh Jongin tidak  menghilangkan kenyataan bahwa Kyungsoo merindukan bagaimana rasanya berada dalam perlindungan pria ini. Rasanya seperti nostalgia, perasaan nyaman yang tidak tahu malunya kembali merasuki hati Kyungsoo. Kyungsoo mungkin akan menyesal tetapi untuk pertama kalinya setelah lima tahun berlalu, Kyungsoo tidak ingin melewatkan hal seperti ini.

***

Mereka berdua tidak menghitung telah berapa lama mereka dalam posisi seperti ini. Seolah nyaman dengan tempat mereka kini bersama, hanya keheningan yang menyelimuti diiringi suara ketikan pelan dari Kyungsoo yang masih mempertahankan dirinya untuk tetap terjaga. Akan tetapi Jongin tahu bahwa Kyungsoo telah hampir menemui titik lelahnya.

Gerakan jemarinya di atas keyboard mulai berubah lambat. Sesekali ia menguap bahkan tak ayal jemarinya ikut berhenti beberapa saat pada kata dari kalimat yang belum diselesaikannya. Itu terus berulang dan kali ini, jemari itu benar-benar berhenti bergerak. Jongin menghitung hingga detik kesepuluh dan wanita itu sama sekali tidak terusik kali ini.

Jongin memberanikan diri untuk melirik Kyungsoo lantas menemukan bahwa kedua kelopak matanya telah terpejam. Jongin mendesah lega, setidaknya Kyungsoo telah kalah dengan rasa kantuknya. Akhirnya ia beristirahat. Jongin mengalihkan perhatiannya pada laptop yang masih ada dalam pangkuan Kyungsoo. Dengan hati-hati, Jongin menjauhkan kedua telapak tangan Kyungsoo untuk berada di sisi tubuhnya. Barulah kini kedua tangan Jongin yang beralih menggantikan tugas tangan Kyungsoo sebelumnya. Jongin lantas menutup tab word setelah ia menyimpan file yang Kyungsoo kerjakan.

Jongin menutup semua program yang terbuka di laptop itu dengan hati-hati, berupaya sangat besar untuk tidak membangunkan Kyungsoo. Setelah semua ditutup, barulah Jongin menutup laptop itu lantas mengalihkannya dari pangkuan Kyungsoo untuk ia simpan di samping tubuhnya. Akan tetapi kehati-hatiannya kali ini tentu saja mengusik Kyungsoo dari tidurnya. Wanita itu terusik lantas membuka matanya setengah lelah.

"Laptopku.." ucapnya dengan suara parau.

"Sstt.. Ini sudah waktunya istirahat. Tidurlah," perintah Jongin dengan suara yang lirih.

"Aku belum selesai," bisiknya lagi tetapi Jongin tidak menanggapi ucapan itu.

Jongin akan menerima resikonya nanti setelah apa yang dilakukannya kali ini, tetapi sungguh, Jongin tidak ingin melihat Kyungsoo terus memaksakan dirinya untuk bekerja. Hampir pukul empat pagi, sudah waktunya Kyungsoo beristirahat. Maka dari itu kedua tangannya beralih mendekap tubuh Kyungsoo dalam pelukannya. Tetap membiarkan tubuh bagian depannya menjadi sandaran Kyungsoo kali ini, dan Jongin cukup terkejut bahwa Kyungsoo tidak menolak perlakuannya kali ini. Jongin merasa tenang untuk itu.

"Punggungmu akan sakit," bisik Kyungsoo dengan mata yang mulai terpejam.

"Tidak apa-apa, tidurlah."

"Kau selalu mengeluh setiap pagi. Kau akan menyalahkanku lagi."

Jongin tertegun dengan ucapan Kyungsoo. Apakah Kyungsoo sadar dengan ucapannya? Itu adalah ucapan yang sering kali ia lontarkan dulu; sangat lama sekali sehingga Jongin lupa kapan tepatnya itu terjadi.

Tanpa sadar Jongin tersenyum, setelah sekian lama akhirnya ia kembali melihat sisi lembut Kyungsoo yang telah lama hilang. Betapa ia merindukan wanita ini, betapa ia merindukan bagaimana cara wanita ini merajuk, betapa ia merindukan bagaimana wanita ini dalam pelukannya, bahkan betapa ia merindukan Kyungsoo sebagai wanitanya. Mungkin Jongin telah salah membiarkan Kyungsoo pergi begitu saja, tapi itu semua tidak menampik bahwa perasaannya sama sekali tidak ikut berubah.

Kyungsoo telah kembali tenang, meskipun sesekali ia terus terusik, Jongin tetap menenangkan Kyungsoo dan menyamankan posisinya untuk menjaga Kyungsoo terlelap. Bahkan jantungnya berdetak dengan cepat ketika Kyungsoo membalas perlakuannya dengan menyimpan kedua telapak tangannya, menggenggam erat lengan Jongin yang mendekapnya. Begitu sama seperti dulu, seperti tidak pernah ada yang terjadi di antara hubungan mereka. Menyembunyikan fakta bahwa Kyungsoo sebenarnya begitu membencinya.

Tanpa sadar Jongin memberikan sebuah kecupan ringan pada puncak kepala Kyungsoo. Meskipun wanita itu terusik tetapi Kyungsoo masih tetap terlelap. Setengah kesadarannya mengambil alih perasaan Jongin kali ini. Seolah tidak ingin melewatkan setiap detiknya bersama Kyungsoo, Jongin memberikan kecupan lain pada pipi Kyungsoo dan kini hal itu tidak menutup kenyataan bahwa Kyungsoo telah membuka matanya kembali dan melirik Jongin dimana wajahnya begitu sangat dekat berada di sisi wajahnya.

"Kau tahu perasaanku tidak pernah berubah," bisik Jongin di depan wajah Kyungsoo. "Bagaimana aku bisa melupakanmu, aku tidak akan pernah bisa untuk tidak merindukanmu."

Kyungsoo masih diam, kedua manik matanya menatap lekat Jongin dari setengah kesadaran yang ia dapatkan. Perasaan aneh itu kembali muncul dan Kyungsoo terlambat untuk menyesali itu semua karena kini ia telah terlalu terbuai dengan bagaimana perlakuan lembut Jongin kepadanya. Mungkin konyol tetapi Kyungsoo juga merasakan kerinduan yang sama.

Dan hal itu tidak dapat disembunyikan lagi ketika sebuah kecupan mendarat di bibir Kyungsoo dengan begitu sangat lembut. Sentuhan yang sangat singkat tetapi hal itu mampu membuat jantungnya membuncah, dua kali lebih hebat berdebar lebih cepat dari sebelumnya. Setelah sepasang manik mata itu saling terikat dalam sebuah kebisuan. Satu senyuman mengubah segalanya, dan saat itulah bibir mereka saling tertaut kembali satu sama lain. Memberikan sebuah kerinduan yang sama-sama mereka berdua sembunyikan selama ini

***

Rasanya Kyungsoo ingin terus lebih lama bermimpi kali ini. Ia tidak tahu karena hanya dengan tidur saja bisa membuatnya sebahagia ini. Kyungsoo ingin terus terlelap, ini adalah kali pertama ia merasa sangat nyaman setelah satu minggu dirawat di rumah sakit ini.

Akan tetapi suara Baekhyun kali ini masih bisa mengusiknya. Tentu saja, meskipun gadis itu bicara setengah perlahan tetapi itu tidak dapat menyembunyikan ke-cerewetan-nya.

"Berisik!" ketus Kyungsoo tiba-tiba membuat Baekhyun yang masih menerima panggilan di ponselnya seketika bungkam.

Kyungsoo mendesis tanpa membuka matanya, lantas menarik selimut yang ia kenakan hingga menutupi kepalanya.

"Maaf, saya pikir nona masih tidur."

"Tentu saja aku masih tidur, jangan ganggu aku hari ini."

Kyungsoo menyamankan posisi tubuhnya untuk semakin meringkuk di atas ranjangnya. Ia mencoba kembali mencapai alam mimpinya tetapi sekian detik berlalu ia baru menyadari satu hal; sejak kapan ia tertidur di atas ranjang ini? Kyungsoo segera membuka matanya mencari jawaban atas pertanyaannya. Tubuhnya masih tidak terusik sehingga Baekhyun tidak dapat menemukan raut kebingungan di wajahnya.

"Baiklah kalau begitu nona, tapi bukankah nona kemarin meminta saya untuk segera mengurus kepulangan nona hari ini?" tanya Baekhyun.

Kyungsoo kembali mengernyitkan wajahnya di balik selimut yang menutupinya. Baekhyun benar, bukankah Kyungsoo ingin segera pergi dari sini dan kenapa ia masih berbaring seperti anak kecil di ranjang yang di tempatinya ini?

Kyungsoo kembali menyingkap selimut yang menutupi wajahnya dan segera bangkit menatap Baekhyun.

"Kau benar, jadi kenapa aku malah tidur?" jawabnya kebingungan.

Ekspresi Baekhyun tidak kalah kebingungan seperti Kyungsoo kali ini. Ia mengernyitkan keningnya sadar bahwa ada yang aneh dari sikap Kyungsoo kali ini; tidak bahkan akhir-akhir ini. Ketika melihat Kyungsoo kini tengah memijat pangkal hidungnya perlahan, Baekhyun teringat satu hal dan dengan gesit ia segera memberikan satu strip obat kepadanya.

Kyungsoo mendongak melihat apa yang ada di hadapannya dan mengernyit seketika.

"Apa ini?"

"Tentu saja obat," balas Baekhyun

Kyungsoo berdecak seketika, "Baekhyun dengar, berapa kali aku harus mengatakan kalau aku bukan orang sakit? Aku tidak butuh obat."

"Tapi ini dari dokter Kim."

Mendengar hal itu Kyungsoo lantas mendongak dan melihat Baekhyun lekat-lekat. Jongin? Ada apa lagi dengan Jongin? Dengan seketika ia mengingat apa saja yang telah terjadi di antara mereka kemarin malam, Baekhyun tidak memergokinya tengah tidur dalam pelukan Jongin kan? Seketika perasaan Kyungsoo berubah cemas.

"Dokter Kim bilang ini hanya vitamin," jawab Baekhyun lagi. "Tadi pagi saat saya akan menuju ruangan nona, Dokter Kim menghampiri saya dan memberikan obat, ah maksudku vitamin ini. Dokter Kim ingin vitamin ini dibawa pulang dan di konsumsi secara pribadi untuk anda, nona."

"Kenapa?"

"Untuk menjaga kondisi tubuh nona," Kyungsoo meraih vitamin itu lantas menatapnya dengan lekat-lekat.

"Apalagi yang dia katakan?" seketika Kyungsoo merasakan perasaan lain yang entah kenapa semakin membuatnya kebingungan.

"Hmmm sebenarnya.." Kyungsoo mendongak mendapati nada keraguan Baekhyun. "Tadi dokter Kim bertanya kepada saya, pukul berapa nona bisa tidur dan berapa lama biasanya nona beristirahat," Baekhyun sedikit menjeda ucapannya. "Dan aku menjawabnya tidak menentu."

"Lalu dia memberikan obat ini?" tanya Kyungsoo seraya mengangkat strip obat yang ada di tangannya.

"Vitamin," ralatnya. "Kupikir Dokter Kim sangat khawatir dengan kondisi anda nona. Dokter Kim juga mengatakan tadi nona baru bisa tidur pukul empat pagi karena harus bekerja. Nona, saya bisa menyelesaikannya, nona tidak perlu bersikeras untuk bekerja jika kondisi nona tidak memungkinkan."

"Jongin mengatakan itu kepadamu?"

Baekhyun mengangguk dan seketika Kyungsoo mengerang. Ia meremas rambutnya dan memangku kepalanya di atas lututnya yang menekuk. Jongin, kenapa dia harus melakukan ini kepadaku? Batin Kyungsoo. Haruskah dia sekhawatir itu kepadanya, dan ingatannya kembali membawanya kepada apa saja yang telah Jongin lakukan kepadanya. Jongin bahkan memberikan tubuhnya hanya untuk menjadi sandaran Kyungsoo ketika ia tidur. Meskipun Kyungsoo tidak ingat sampai kapan itu terjadi tetapi tetap saja, hanya dengan perlakuan Jongin kepadanya kembali membawa Kyungsoo pada sebuah perasaan yang ingin sekali di sangkalinya.

Kenyamanan itu, bahkan Kyungsoo tidak ingin menebak apa yang ada di dalam isi hatinya.

Sudah terlalu lama, Kyungsoo telah membiarkan perasaannya terbuka terlalu lama. Ia telah membiarkan begitu saja Jongin bermain di dalam hatinya. Sebelum terlambat, sebelum perasaannya berubah lebih jauh lagi. Kyungsoo harus segera menghentikannya.

"Baekhyun, tolong urus kepulangan ku hari ini. Aku ingin segera keluar dari rumah sakit ini."

Betapa leganya Kyungsoo karena kali ini ia tidak mendapatkan sebuah bantahan. Baekhyun dengan patuhnya mengangguk dan ia segera keluar meninggalkan kamarnya untuk segera mengurus kepulangan Kyungsoo hari ini.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro