5 years ago
Flashback on; 5 tahun sebelumnya.
Kyungsoo hanya ingin membuat sebuah kejutan. Setidaknya sebuah perayaan kecil untuk merayakan hari kelulusan Jongin. Gelar Dokter telah terlekat di namanya akan tetapi bukan berarti Jongin telah benar-benar menjadi seorang dokter; bahkan untuk memanggilnya pun tidak bisa. Masih banyak hal yang harus Jongin lakukan untuk benar-benar menekankan bahwa dia telah menjadi seorang Dokter.
Bahkan belum terhitung 5 jam setelah acara wisudanya, Jongin telah kembali disibukkan untuk menyiapkan dirinya sendiri mengikuti Pendidikan Profesi Dokter umum selama dua tahun ke depan. Kyungsoo tidak keberatan akan hal itu karena memang ini sudah diharuskan agar dia benar-benar bisa menjadi seorang dokter. Jongin selalu mengatakan bahwa dia masih harus banyak belajar sehingga dia bisa mengambil pendidikan S2-nya dan menjadi seorang dokter spesialis.
Meskipun Kyungsoo mendukung semua rencana panjang Jongin untuk beberapa tahun ke depan tetapi ia tidak menampik bahwa Jongin terlalu terburu-buru untuk mempersiapkannya. Kyungsoo telah membujuk Jongin untuk beristirahat atau setidaknya sekedar berlibur untuk merayakan kelulusannya. Akan tetapi jawaban Jongin yang diberikan kepadanya bahwa dia tidak memiliki waktu untuk hal itu.
Meskipun sejujurnya Kyungsoo merasa sedih tetapi pada akhirnya ia mencoba mengerti. Tadinya ia akan mengajak Jongin untuk berlibur tetapi sepertinya rencana itu harus di mundurkan untuk beberapa minggu ke depan; atau mungkin dibatalkan begitu saja.
"Kapan kau akan pergi?" tanya Kyungsoo sore itu ketika Jongin masih membenahi semua barang dan pakaian yang akan dibawanya.
"Besok pagi. Yah.. aku diwajibkan untuk datang lebih awal."
"Secepat itu?"
Jongin menoleh ke arah Kyungsoo yang masih terduduk di kursinya. Gurat kesedihan begitu tergambar jelas di wajahnya. Tidak ingin membuat Kyungsoo bersedih akan kepergiannya untuk memulai sebuah pendidikan langsung di sebuah rumah sakit universitas lain; Yonsei university. Akhirnya Jongin melangkah mendekati Kyungsoo lantas memberikannya sebuah pelukan erat kepada gadis yang dicintainya.
"Aku tidak benar-benar pergi, kita masih di kota yang sama. Aku hanya di Yonsei, oke?"
"Bertemu denganmu pasti akan sangat sulit," bisik Kyungsoo dengan lirih.
Jongin tidak menyangkal itu semua tetapi ia tidak ingin membuat Kyungsoo bersedih akan kepergiannya lantas Jongin berbalik dan melangkah mendekati gadisnya yang masih duduk dengan wajah menekuk.
"Hey, aku akan mengusahakannya," Jongin menangkupkan telapak tangannya pada wajah Kyungsoo membuat gadis itu mendongak. "Jangan seperti itu, tersenyumlah."
Kyungsoo membuat sebuah garis tipis membentuk senyuman, tidak membutuhkan waktu yang lama hingga Jongin memberikan senyuman yang sama. Pria itu mencubit dengan gemas pipi Kyungsoo lantas kembali beranjak untuk merapikan tasnya.
Kyungsoo tidak tahu dengan perasaannya kali ini, akan tetapi ada sebuah firasat yang entah kenapa membuat ia sendiri takut untuk menghadapinya. Mungkin karena ia terbiasa terus bersama Jongin setiap saat dan sekarang ketika Jongin akan pergi dan mengenyam pendidikannya langsung di rumah sakit membuat Kyungsoo takut untuk sulit menemuinya. Kyungsoo tahu betapa sibuknya Jongin sekarang, ditambah dia harus tinggal di rumah sakit. Kyungsoo tidak yakin bahwa Jongin bisa mencuri waktu di sela-sela kesibukannya untuk menemui Kyungsoo. Tetapi Kyungsoo tidak ingin berkeras hati saat ini, hanya sementara tidak sampai selamanya. Jongin cerdas, dia mungkin akan menyelesaikan koas kurang dari dua tahun.
"Ngomong-ngomong kau ingin pergi denganku malam ini?"
"Pergi?" Jongin menoleh dengan alis yang tertaut.
"Ya, aku ingin merayakan kelulusanmu. Aku yang traktir."
Jongin menghela napas membuat Kyungsoo mulai merasa tidak yakin dengan ajakannya. "Sayang sekali, tetapi aku sudah memiliki janji dengan teman-temanku untuk merayakannya bersama."
"Ohh.. Begitu ya," bisik Kyungsoo tidak dapat menyembunyikan kekecewaannya. Besok pagi Jongin akan pergi dan dia memilih menghabiskan waktunya untuk teman-temannya.
Kyungsoo tidak ingin egois, tetapi untuk saat ini ia merasa benar-benar tidak di hiraukan. Padahal di saat-saat seperti ini seharusnya Jongin terus bersamanya. Setidaknya sebelum dia benar-benar sibuk di lain waktu.
"Hei.. Kenapa?" tanya Jongin membuat Kyungsoo segera menundukkan wajahnya. Sebenarnya ia tidak ingin menangis saat ini tetapi Kyungsoo memilih menundukkan wajahnya menghindari tatapan curiga Jongin.
"Tidak apa-apa, aku mengerti," ucapnya dengan suara bergetar. Dalam hati Kyungsoo merutuki dirinya sendiri tetapi hal itu tidak lantas membuat Kyungsoo benar-benar menangis.
Tanpa Kyungsoo sadari. Jongin telah kembali duduk di sisinya dan kini pria itu telah menggenggam tangannya erat.
"Kita bisa pergi bersama ke sana," ajak Jongin tetapi Kyungsoo dengan cepat menggeleng.
"Tidak, itu kan acaramu, lagipula aku tidak kenal dengan teman-temanmu, dan mungkin mereka juga tidak mengenalku."
Jongin tertawa dan Kyungsoo hanya bisa meliriknya sekilas dengan tatapan tak mengerti.
"Mereka mengenalmu. Semua orang di Kaist pati mengenalmu, jadi jangan takut. Lagipula aku akan selalu bersamamu disana."
Kyungsoo menatap Jongin tak yakin dan pada saat itu genggaman tangan Jongin pada tangan Kyungsoo berubah menjadi saling bertautan. Jongin mengangkat tangan mereka yang saling bertaut dan menunjukkannya di hadapan wajah mereka.
"Lihat, aku akan menggenggammu seperti ini. Aku akan memamerkanmu bahwa; Kyungsoo adalah milikku." Kyungsoo hanya tertawa dengan tingkah Jongin saat ini seketika membuat Jongin ikut tersenyum dengan senang. "Jadi kau ikut kan?"
Dan Kyungsoo hanya bisa mengangguk.
***
Mungkin sejak awal Kyungsoo sudah salah untuk mengikuti Jongin kesini. Kyungsoo berpikir bahwa acara yang dikatakan Jongin hanyalah kumpul-kumpul biasa dengan makan malam bersama. Di luar dugaannya, Jongin telah membawa Kyungsoo memasuki sebuah Pub dimana disana sudah dipenuhi oleh hingar bingar khas anak muda yang hidup di dunia malam.
Seperti sudah sangat hapal sekali bahkan Jongin menggiring Kyungsoo untuk melewati setiap kerumunan orang-orang yang entah sedang menari, bersenda gurau bahkan mabuk-mabukan. Kyungsoo sempat berpikir apakah Jongin memang selalu datang kesini? Tetapi hal itu segera ia tampik, sadar bahwa selama ini Jongin lebih sering menghabiskan waktu bersamanya.
Kyungsoo bahkan tidak tahu apa-apa ketika teman-teman Jongin telah menyambut mereka dengan teriakan yang kencang. Dibandingkan Kyungsoo yang masih bingung, Jongin sebaliknya tertawa dan menyapa satu persatu teman-temannya yang telah berdiri menyapanya.
Genggaman tangan yang Jongin tautkan dengan Kyungsoo segera terlepas ketika sebagian dari mereka memeluk Jongin seraya saling menyampaikan ucapan selamat kepada masing-masing mereka yang lulus. Kyungsoo yang berdiri canggung hanya bisa diam. Bahkan ketika beberapa gadis ikut memeluk Jongin begitu erat; seperti sudah terlalu terbiasa.
Bahkan ketika seorang wanita berambut coklat keemasan memberi ciuman pada bibir Jongin; bahkan hingga kekasihnya itu ikut membalas kecupan itu.
Kyungsoo hanya bisa termangu, lantas segera menundukkan wajahnya. Ia mengepalkan tangannya yang kosong dan saat itulah Kyungsoo menyadari bahwa ia telah benar-benar kehilangan genggaman tangan Jongin.
"Selamat atas kelulusanmu, Jongin! Kudengar kau akan segera ke Yonsei, wahh.. Cepat sekali mereka menarikmu."
Kyungsoo masih membeku ketika suara tawa Jongin pecah diikuti kekehan genit gadis itu. Kyungsoo tidak mengerti apa yang seharusnya ia lakukan saat ini. Apakah ia harus marah? Oh tentu saja ia marah tetapi sekarang, ia malah seperti orang bodoh dengan berdiri mematung seperti sebuah barang pajangan.
"Oh ya.. Kyungsoo ya? Wah.. Kau juga datang."
Saat itulah Kyungsoo mendongak. Namanya dipanggil dengan begitu sangat mendayu oleh gadis berambut coklat itu. Gadis itu tersenyum dengan ramah akan tetapi reaksi Kyungsoo bahkan tidak bisa seramah biasanya. Tidak, bahkan kepada gadis ini yang masih merangkul bahu kekasihnya dengan begitu sangat mesra. Apa selama ini Jongin begitu sangat dekat dengan gadis ini?
Seketika emosinya bergejolak, bahkan Kyungsoo tak mampu hanya untuk sekedar tersenyum kali ini. Lagi-lagi bayangan gadis itu mencium Jongin dengan balasan yang sama dari kekasihnya membuat Kyungsoo sakit.
"Aku rasa aku pulang saja," bisik Kyungsoo berusaha berbicara setenang mungkin.
"Hey, kenapa?" Jongin menunjukkan wajah kecewa dan Kyungsoo bahkan tidak ingin menjawabnya karena setelah itu ia memilih berbalik dan melangkah pergi begitu saja meninggalkan Jongin dan teman-temannya.
Air matanya telah menetes bahkan hingga ke luar dari Pub, Jongin masih belum mengejarnya. Kyungsoo tidak ingin dikasihani tetapi setidaknya Jongin harus mengerti tentang keadaannya. Bagaimana bisa ia membiarkan kekasihnya ini begitu saja pergi sendirian. Dan sialnya, Kyungsoo bahkan harus mencari halte bus terdekat hanya untuk pulang.
Kyungsoo bahkan sudah melewati halaman parkir pub ketika suara Jongin terdengar, berteriak memanggil namanya. Sudah berapa lama, dan Jongin baru mengejarnya? Kyungsoo tidak tahu harus kecewa atau senang saat ini. Jadi yang bisa ia lakukan hanya terus melangkah menghiraukan panggilan Jongin yang semakin lama semakin terdengar sangat jelas.
"Hey.. Kau mau pergi kemana?"
Kyungsoo menghempaskan lengan Jongin begitu saja dan terus melangkah pergi. Baru ketika Jongin kembali menarik tangannya lebih kuat sehingga membuat ia berbalik. Saat itulah Kyungsoo benar-benar telah menangis.
"Kenapa kau menangis?" tanya Jongin dan Kyungsoo hanya bisa mengutuk di dalam hatinya terhadap pertanyaan itu. Bodoh. Bodoh. Bodoh.
"Kyungsoo, kau--"
"Diam bodoh! Aku ingin pulang!"
Jongin termangu, bahkan ketika Kyungsoo telah kembali menghempaskan lengan Jongin hingga terlepas. pria itu masih diam menatap Kyungsoo dengan heran. Ini adalah kali pertama Kyungsoo menangis seperti ini bahkan hingga berteriak memakinya. Jongin hendak kembali bicara akan tetapi Kyungsoo telah kembali berteriak kepadanya.
"Pergilah, cium saja gadis-gadis itu, aku tidak peduli! Aku hanya ingin pulang sekarang!"
"Kau marah?"
Kyungsoo rasanya ingin sekali memukul rahang Jongin dengan sangat keras. Ya, tentu saja ia sangat marah dan bagaimana bisa Jongin bertanya seolah ini adalah hal yang tidak perlu dipermasalahkan. Ketika Kyungsoo melirik Jongin, ia dapat melihat Jongin telah berkacak pinggang di hadapannya dengan reaksi bingung.
"Kau benar-benar marah? Apa yang kau bicarakan?"
"Tentu saja kau dengan gadis yang berciuman itu denganmu!"
Jongin berdecak dan saat itulah Kyungsoo merasa perasaannya telah diabaikan.
"Itu hanya ciuman Kyungsoo, hanya ciuman!" tekannya. "Dia Go Eun, temanku jadi itu bukan berarti apa-apa."
Jantung Kyungsoo terasa telah ditikam. Hanya? Bagaimana bisa Jongin mengatakan ciuman itu sebuah hanya? Apa itu berarti Jongin memang telah terbiasa melakukannya?
"Hanya ciuman ya?" Kyungsoo tertawa. Mengejek dirinya sendiri akan rasa kecewa yang ia terima.
"Kyungsoo, dengar, jangan dulu berprasangka buruk. Aku hanya mencintaimu jadi percayalah bahwa aku tidak akan benar-benar setega itu untuk menyakitimu. Maafkan aku."
Aku mengusak air mataku, bahkan dengan mendengar ucapannya saja sudah membuatku mengerti bahwa Jongin menganggap hal ini hanyalah hal sepele yang tidak perlu di permasalahan. Kyungsoo tidak menampik bahwa ia memang kecewa tapi pada akhirnya ia hanya bisa diam dan memilih mengabaikan permohonan maaf Jongin kali ini.
"Aku ingin pulang, aku harus mengurus Cloud9 untuk pekan depan," bisikku lirih. Aku berusaha mencari saja sedikit rasa empati yang Jongin berikan kali ini. Sudah lama sekali, Kyungsoo tidak mengingat kapan terakhir kali Jongin menemaninya setiap malam untuk membantu memberi saran akan postingan di blognya. Tidak di Pub ini, setidaknya Jongin memberi saja sedikit waktu untuknya hingga malam ini sebelum ia pergi.
"Baiklah aku akan mengantarmu, jangan pergi sendiri, aku sangat khawatir." Jongin menarik tangan Kyungsoo dan menuntunnya menuju mobil Jongin. Ketika mereka telah masuk Kyungsoo menemukan Jongin tengah menelpon seseorang kali ini. "Aku akan mengantarkan kekasihku dulu, aku akan segera kembali. Tidak akan lama."
Kyungsoo seketika bungkam dan menahan sekeras mungkin rasa sesaknya untuk tidak lagi menangis di hadapan Jongin. Hanya dengan percakapan singkat lewat telepon telepon itu Kyungsoo sadar, Jongin sudah berubah. Jongin tidak lagi mengerti tentang keinginannya lagi.
***
Hampir seharian Kyungsoo menunggu dan tidak ada satupun pesan lain yang muncul selain pesan berisi ucapan 'Happy Birthday my sweetpee. I love you.'
Itu adalah ucapan ulang tahun dari Jongin. Pesan yang dikirimkan pada pukul tiga pagi. Meskipun Kyungsoo kecewa karena tidak seperti sebelumnya yang dimana pria itu selalu memberi ucapan ulang tahun kepadanya tepat waktu. Bahkan hingga memberi kejutan. Tetapi tahun ini berbeda. Setelah Kyungsoo membalas pesan itu, tidak ada lagi balasan lain dari Jongin yang di terimanya.
Kyungsoo mencoba mengerti. Mungkin saat ini Jongin jauh lebih sibuk. Bagaimanapun mengharuskan Jongin berada di rumah sakit sepanjang waktu mungkin telah terlalu banyak menyita waktunya. Tetapi hal itu tidak dapat menutup kemungkinan bahwa Kyungsoo masih menunggu. Mungkin Jongin tengah membuat kejutan untuknya. Mungkin Jongin akan segera menghubunginya. Kyungsoo begitu sangat merindukan kekasihnya, bahkan ia baru menyadari betapa singkatnya mereka berkirim pesan kali ini; setelah Jongin mulai melakukan koas di Yonsei.
Hampir menuju penghujung hari di ulang tahunnya. Sudah pukul sepuluh malam dan Jongin masih belum mengabarinya. Apa ia sesibuk itu? Atau memang Jongin tidak berniat memberi hal apapun kepadanya di hari special ini? Pada akhirnya Kyungsoo lah yang menghubungi Jongin meskipun membutuhkan waktu hingga lebih dari delapan panggilan tak terjawab hingga Jongin mengangkatnya.
"Ya Kyungsoo, ada apa?" suaranya terdengar tergesa dan Kyungsoo hanya bisa menghela napas untuk itu.
"Kau sedang sibuk ya?"
"Yah.. Banyak sekali yang harus kulakukan disini? Kenapa kau menelponku?"
Kyungsoo berdeham beberapa saat. Ia tak yakin dengan ucapannya tapi Kyungsoo hanya ingin memastikan bahwa Jongin tidak melupakan hari ulang tahunnya meskipun kekasihnya itu sudah mengucapkannya.
"Hari ini ulang tahunku," bisik Kyungsoo.
"Aku tahu, aku sudah mengucapkannya bukan. Selamat ulang tahun sayang, aku akan memberimu hadiahnya jika kita bertemu lagi nanti."
"Apa itu.. Berarti kau tidak bisa pulang?"
"Tentu saja aku pulang, tapi tidak sekarang."
Perasaannya mengatakan hal yang sebenarnya dan Kyungsoo tidak dapat menutupi rasa kecewanya kali ini. Lantas ia segera menggigit bibir bawahnya, menahan isakannya yang mungkin bisa terdengar oleh Jongin.
"Kau benar-benar tidak bisa pulang ya? Aku merindukanmu dan aku ingin kau ada disini sekarang. Ini hari ulang tahunku, setidaknya kita bisa merayakan bersama."
Desahan berat terdengar di ujung panggilan dan Kyungsoo hanya bisa diam mengantisipasi apa yang akan dikatakan Jongin kali ini. Kyungsoo berharap penuh bahwa Jongin akan mengerti tentang perasaannya kali ini.
"Kyungoo itu hanya ulang tahun, oke? Banyak hal yang harus kulakukan disini jadi aku benar-benar tidak bisa pulang sekarang. Aku tahu kau sedih tapi kau harus mengerti tentang keadaanku kali ini."
"Tapi aku hanya meminta untuk merayakannya saja berdua bersamamu, apa itu sangat sulit? Hanya sebentar.. Kumohon."
"Ayolah Kyungsoo, jangan kekanak-kanakan." Jongin mengucapkannya dengan begitu sangat tenang seolah tidak sadar bahwa ucapannya itu telah menghancurkan hati Kyungsoo seketika. Kyungsoo mulai menangis. "Kau sudah dewasa, tidak perlu merayakannya seperti itu, lagipula hanya anak-anak yang merayakan ulang tahunnya. Jadi berhentilah bersikap kekanak-kanakan."
Kyungsoo mulai terisak dan ia hanya bisa meredam tangisannya dengan menggigit bibirnya sendiri kuat-kuat. Kyungsoo hanya diam selagi ia kembali mengingat ucapan Jongin beberapa saat yang lalu. Kekanak-lanakan? Apakah itu yang selama ini ia tunjukkan kepada Jongin? Apa ia begitu sangat kekanak-kanakannya hingga Jongin tidak ingin merayakan ulang tahunnya? Kyungsoo merasa benar-benar telah diabaikan.
"Kyungsoo, kau masih disana?" sadar dengan keterdiaman Kyungsoo kali ini, Jongin memanggil kekasihnya dan itu membuat Kyungsoo semakin marah. Seolah apa yang telah dikatakan Jongin kepadanya benar-benar hal yang terlalu biasa untuk diucapkan kepada seseorang yang tengah mengharapkan kedatangan kekasihnya. Di hari ulang tahunnya. Di hari dimana Jongin telah menghancurkan hari terbaiknya. Kyungsoo mulai merasa bahwa Jongin telah berubah. Dia tidak sama seperti dulu dan Kyungsoo tidak bisa menanggung perasaan kecewanya lagi. Bahkan setelah hari dimana Jongin berciuman dengan seorang gadis di Pub, tepat di hadapannya.
"Baiklah, maaf telah menganggu harimu yang sibuk. Selamat malam."
Kyungsoo menutup panggilannya secara sepihak. Ia menunggu untuk beberapa saat apa Jongin akan kembali menghubunginya seperti biasa; ketika sadar bahwa ia tengah marah, atau sebaliknya. Mengabaikan kemarahannya dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Butuh waktu lama hingga menit terakhir di ulang tahunnya Jongin tak kunjung membalas panggilannya. Saat itu juga Kyungsoo mengerti, ia tidak sanggup menahan rasa sakitnya selama ini.
Kyungsoo menatap kue tart strawberry yang ada di hadapannya. Lilin masih menyala bahkan hingga lelehannya ikut jatuh pada permukaan kue tart itu. Kyungsoo menangis, bukan hanya ia merayakannya seorang diri tapi juga ia sedih karena Jongin tidak ada disini; karena dia juga telah mengecewakan semuanya bahkan hingga menghancurkan hatinya.
Dalam tangisannya Kyungsoo mendengus. Kekanak-kanakan? Apa ini begitu kekanak-kanakan hingga Jongin bahkan tidak mau untuk merayakan. Sudah sangat jelas bukan hanya tidak ingin pulang, jongin juga tidak ingin melakukan tindakan bodoh seperti ini.
Kyungsoo meniup lilinya cepat, dan itu adalah kali terakhir ia merayakan ulang tahunnya. Bahkan kali terakhir ia menghubungi Jongin untuk waktu yang sangat lama.
Tidak akan ada yang mengerti tentang perasaannya, terlebih itu Jongin. Jongin sudah tidak peduli dengan perasaannya lagi. Terlalu kekanak-kanakan hingga akhirnya Kyungsoo memutuskan untuk menunjukkan seperti apa dia sebenarnya; seperti yang Jongin inginkan.
***
Sudah lebih dari satu bulan sejak kepergian Jongin ke Yonsei, pada akhirnya Jongin dapat pulang meskipun itu hanya satu hari. Tetapi Jongin tidak membiarkan kesempatan itu pergi begitu saja dan memilih untuk menemui Kyungsoo. Jongin begitu sangat merindukannya, ditambah kali ini mereka jarang sekali berkomunikasi. Satu-satunya pesan yang sering mereka kirimkan hanya menanyakan kabar dan saling bertanya tentang hari mereka. Setelah itu, Kyungsoo tidak akan membalasnya begitupun Jongin yang tidak bisa menunggu lebih lama pesan Kyungsoo dikarenakan ia masih harus melakukan pelatihan setiap saat.
Jongin sudah tidak dapat menunggu lebih lama lagi ketika ia melihat gadisnya tengah terduduk seorang diri di tepi sungai Han. Jongin melangkah mendekat dan langsung merengkuh punggung Kyungsoo dengan sangat erat.
"Aku merindukanmu," bisik Kyungsoo.
Tidak ada balasan ataupun suara yang terdengar dari bibir Kyungsoo. Meskipun begitu Jongin mengacuhkannya lantas mengambil duduk di samping Kyungsoo dengan satu tangan menggenggam erat tangan kekasihnya.
"Hei.. Aku memiliki sesuatu untukmu, kau pasti akan--" Jongin berhenti merogoh sakunya ketika Kyungsoo menahan tatatapannya untuk diam. Jongin tidak mengerti tapi dari tatapan Kyungsoo kali ini begitu sangat berbeda, begitu sangat kosong.
"Ada hal yang ingin aku bicarakan," kyungsoo menghela napas cukup panjang hingga akhirnya dia kembali melanjutkan ucapannya. "Kita akhiri saja hubungan ini."
"Apa?" Jongin terbelalak, tidak menyangka dengan apa yang diucapakan Kyungsoo kali ini. "Apa maksudmu unuk mengakhirinya?"
"Aku sudah tidak bisa bertahan lagi, perasaanku telah berubah."
Jongin masih termangu ketika dengan halus Kyungsoo melepaskan genggaman tangan Jongin dari tangannya, membuat tangan itu jatuh dengan lunglai.
"Aku sudah tidak mencintaimu lagi jad aku ingin ini berakhir. Maafkan aku, aku hanya tidak ingin menyakitimu lebih lama lagi. Aku tidak bisa membohongi perasaanku."
Jongin masih menatap Kyungsoo dengan begitu sangat lekat. Mencari sebuah kesalahan, setidaknya apa yang dikatakan Kyungsoo tidak benar. Akan tetapi tatapan tenang Kyungsoo begitupun dengan mimik mukanya yang serius sudah sangat menunjukkan bahwa Kyungsoo tidak main-main dengan ucapannya.
Jongin menjatuhkan lengan dari dalam sakunya dan kembali menatap Kyungsoo tidak percaya. Gadis itu langsung berdiri dan memberi sebuah salam seolah itu adalah bentuk perpisahan mereka yang terakhir kalinya.
"Hidupkah dengan baik dan maafkan aku jika selama ini aku telah banyak menyulitkanmu. Terima kasih juga untuk semuanya, selamat tinggal."
Kyungsoo lantas berbalik pergi begitu saja meninggalkan Jongin yang masih mematung tidak memercayai dengan apa yang terjadi kepadanya beberapa saat yang lalu. Ia masih mencerna semuanya bahkan hingga ucapan selamat tinggal terakhir yang diucapkan Kyungsoo. Ketika ia mendongak, barulah ia sadar bahwa Kyungsoo telah begitu sangat jauh darinya saat ini.
Jongin berteriak memanggil nama Kyungsoo bahkan berlari untuk mengejarnya. Tetapi seolah tidak peduli, Kyungsoo mengabaikan semua panggilannya dan dengan terburu-buru memasuki sebuah taksi yang membawanya pergi dengan cepat.
Jongjn terengah-engah. Ia menatap kepergian Kyungsoo dengan tatapan nanar. Tidak percaya bahwa setelah bertahun-tahun hubungannya bersama Kyungsoo bisa diakhiri dengan semudah itu.
Seribu tanya membanjiri pikiran Jongin kali ini. Apa yang terjadi kepada Kyungsoo sebenarnya? Dan satu lagi, jongin tidak menampik bahwa ia merasa sakit hati akan sikap Kyungsoo kali ini dan air matanya mukai menetes tanpa ia sadari.
***
Flashback off
***
Jongin memejamkan matanya dengan begitu helaan napas sangat berat ketika ia menduduki kursi di ruangannya. Hari ini begitu melelahkan dan kejadian dimana ia harus terjebak di dalam lift bersama Kyungsoo terus membayangi pikirannya kali ini.
Bukan karena kepanikannaya akan tetapi tentang kebenaran yang selama ini tidak pernah ia sadari. Bagaimana tentang ucapannya yang bisa menyakiti hati Kyungsoo hingga mengubahnya menjadi seperti ini.
Jongin mendesah dan ia hanya bisa termenung menyesali semua yang pernah ia ucapkan kepada Kyungsoo. Andai saja ia dulu bisa mengerti perasaan Kyungsoo, andai saja ia menghilangkan sikap ketidak peduliannya, andai saja ia bisa menjaga sikapnya di hadapan Kyungsoo, mungkin kali ini mereka masih terus bersama.
Dan hal terakhir yang ia sesali bahwa ia tidak bisa melindungi Kyungsoo seprti halnya yang diharuskan seorang pria menjaga kekasihnya. Ia tidak bisa melakukan itu semua. Hanya pelukan pria lain yang dapat menenangkan Kyungsoo saat itu, dan Jongin merasa sedih bahwa itu bukanlah dirinya.
Ketika Jongin membuka matanya, tatapannya menemukan sebuah bingkai foto yang sudah tertutup menelungkup di atas meja. Jongin mengambilnya lantas membukanya dengan perlahan. Sebum ia menyimpan bingkai foto itu di tempat asalnya, ia memerhatikan lekat-lekat foto itu.
Bagaimana jongin begitu merindukan senyuman Kyungsoo yang seperti ini. Dia begitu sangat ceria, bahagia dan cantik. Bagaimana bisa Jongin bisa menyakiti hati Kyungsok yang begitu sangat lembut.
Jongin kembali meneteskan air matanya, menyentuh dengan halus gambaran foto dirinya, Rahee dan Kyungsoo. Foto terkahir mereka bersama ketika tengah berlibur. Sudah sangat lama sekali, sudah lebih dari tujuh tahun foto terakhir ini diambil dan Jongin menginginkan hari itu untuk kembali. Inilah satu;satunya foto yang berharga untuknya. Foto dimana ia bisa menunjukkan rasa cintanya dan memberi kedua orang yang sangat berati di hidupnya dapat tersenyum dengan bahagia.
Jongin tersenyum menyesali perbuatannya yang telah menghilangkan senyum kebahagian satu sosok pada bingkai dunianya. Pada akhirnya Jongin kembali menyimpan foto itu di tempatnya dengan tatapan merindu terus memerhatikan ulas senyum Kyungsoo yang begitu sangat cantik.
Jongin kini beralih membuka salah satu laci di mejanya dan mengambil satu kotak kecil berwarna biru marun dalam tangannya.
Jongin membuka kotak itu, menunjukkan sebuah keliauan cantik dari anting-anting berlian sederhana yang dulu pernah sengaja ia pesankan untuk hadiah ulang tahun Kyungsoo; hadiah yang sampai saat ini belum ia berikan.
Kyungsoo tidak pernah memakai anting-anting dan Jongin ingin menjadi satu-satunga pria yang membuat Kyungsoo mau memakai anting di telinganya. Jongin tahu bahwa hal yang lebih sederhana akan membuat Kyungsoo jauh lebih cantik.
Pada akhirnya jongin hanya bisa menghela napas melihat anting-anting itu. Jika ia masih diberi kesempatan. Ia ingin memutar waktu kembali, menunjukkan penyesalannya bahwa ia tidak benar-bemar menyakiti Kyungsoo hingga sebrengsek tiu. Perasaannya masih sama. Ia masih mencintai Kyungsoo sama besarnya seperti dulu ketika mereka masih menjadi sepasang kekasih.
Apa kesempatan itu masih ada? Jongin mengharapkannya. Jongin menutup kotak anting itu dan hanya bisa tersenyum miris menyadari bahwa masih sangat lama hingga anting-anting ini sampai kepada pemilik seharusnya.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro