Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Sleeping Beauty

ATTENTION!

Neuron-Hime dalam cerita ini tidak ada hubungan dengan cerita Neuron-Hime saya yang lain. Saya hanya mengambil nama mereka sebagai tokoh karakter.

***

SINDROM PUTRI TIDUR (SLEEPING BEAUTY) atau KLEIN-LEVIN SYNDROME (KLS) : merupakan penyakit langka yang memiliki gejala khas, yaitu penderitanya bisa tidur dalam jangka waktu lama (hipersomnia). Sindrom putri tidur biasanya menyerang remaja dan sekitar 70 persen penderitanya adalah kaum pria.

Sc: google.com (www.alodokter.com)

***

Ini bukan dongeng. Ini nyata bagiku--setidaknya terasa begitu. Setelah mataku terpejam, lalu terbuka kembali, semua yang tersisa hanya semak belukar, hutan besar, dan malam gelap dengan rintihan insecta dan makhluk nokturnalnya. Aku menyebutnya Dark Bleeding Forest. Seperti namanya, hutan ini penuh dengan darah. Entah itu darah manusia yang tersesat di dalamnya atau darah monster yang habis dicincang manusia. Teriakan, lolongan, geraman, dan rintihan tidak pernah hilang dari hutan ini. Terdengar seperti alunan simfoni merdu yang dimainkan tiga malaikat kecil bersayap putih bagiku.

Di sini, aku ratunya. Aku penguasanya. Dan ini adalah wilayahku, tempatku menemukan kesenangan. Mereka memanggilku Queen Blood. Padahal aku sama sekali tidak minum darah atau mandi darah seperti yang mereka lakukan. Aku hanya gadis biasa, dengan gaun merah, dan rambut digerai. Wajahku cantik dan senyumku juga manis. Suaraku lembut dan tubuhku mungil. Tapi anehnya siapa saja yang bertemu denganku pasti menelan ludah, menggigil, setelahnya lari pontang-panting. Tidak sopan dan kadang membuatku jengkel setengah mati sampai-sampai ingin rasanya kuremuk tubuh mereka. Walaupun--yah, akhirnya memang kuremuk, sih.

Tidak ada hari terang di sini. Setiap hari selalu gelap dan--malam. Aku suka warna hitam dan aku tidak suka silau karena putih. Jadi, aku memutuskan wilayahku ini akan jadi wilayah malam abadi. Beberapa penguasa wilayah lain protes padaku, katanya mereka jadi kesusahan menemukan istanaku karena terlalu gelap. Lebih lagi kadang mereka tersesat dan bertemu monster mengerikan. Aku hanya tertawa mendengarnya, setelahnya menatap mereka antusias. "Benarkah? Pasti seru sekali. Coba ceritakan lebih banyak tentang monsternya. Apa mereka mencabikmu? Di bagian mana? Oh, luka lebar di lehermu itu mereka yang cabik ya? Ahaha. Sayang sekali kenapa tidak di bagian perutmu saja."

Namamya Nolan. Panggilannya King Candy. Dia penguasa Candy Land. Pulau permen. Pulau penuh warna dan kecerahan. Di antara wilayah penguasa lain, aku paling benci wilayah Nolan. Bising, menjijikkan, dan melihat langit cerahnya membuatku muak. Tidak heran kenapa kami tidak pernah akur satu sama lain.

"Tapi, menurutku lumayan seru. Kekuatan monster-monster itu memang luar biasa dibanding sepuluh prajuritku. Walaupun--yah, mereka tidak ada apa-apanya dibanding dengan pedangku." Critz, penguasa World Warior Arena. Julukannya King Steel. Raja Baja. Seperti namanya Critz mengubah wilayahnya menjadi tempat berperang. Tidak ada hari tanpa peperangan. Yang dilakukannya setiap hari adalah melatih ribuan prajurit, lalu terjun ke medan perang ciptaannya sendiri. Dia ... maniak perang.

Mengingat wilayah Critz lumayan kusukai karena penuh aroma darah, dan terpenting seringnya diselimuti kengerian, aku hanya mencibir. "Lain kali kubuatkan monster khusus untukmu, Critz. Agar kau tidak bisa menyombong begini di depanku."

Aku mengangkat gelas wine, kemudian menenggaknya.

"Kudengar-dengar umurmu baru tujuh belas. Bukankah kau belum legal untuk minum anggur?"

Aku mengangkat kepala, menatap sosok yang duduk di seberang. Si tuan rumah yang mendapat giliran untuk menjamu kami.

"Kalau begitu kenapa dihidangkan jika tidak boleh kuminum? Ditaruh di depan hidungku pula." Aku meneguk lagi wine dari gelas di tanganku. "Lagian--masa bodoh dengan legalitas. Aku ratunya di sini."

Dia tertawa.

Tawanya terlihat polos dan menawan. Tawa tercerah dan terenyah dari empat orang yang ada di sini. Namun, wilayahnya yang paling gelap. Tidak hanya gelap, tapi juga mengerikan. Penyiksaan, pembantaian, peminum darah, aliran sungainya darah, dan ketika malamnya tiba, kabutnya mengikis kulit, melelehkan daging, membuatmu merintih pilu lalu mati perlahan, dan akhirnya jadi serpihan debu. Semua itu ada di wilayah ini.

Namanya Ron. Dan jika aku adalah Queen Blood, Ron dijuluki King Bleeding. Berdarah. Dia suka darah. Dia pecinta darah dan teriakan nelangsa korbannya. Dia ... predator gila. Anehnya, Ron memberi nama wilayahnya berkebalikan, seperti Sweet Island. Pulau Manis. Manis untuknya, dan pahit bagi makhluk-makhluk yang tersesat ke dalamnya. Ya--apa lagi, kan, maknanya?

"Itulah kenapa aku selalu menyukaimu, Hime," ujarnya lalu mengedipkan mata, membuatku mendengus jengkel, namun setelahnya tertawa.

Aku suka melihat tawanya. Selain tawanya, wajahnya mengingatkanku pada seseorang. Aku tidak tahu kenapa mereka bisa sama persis padahal aku tahu 'dia' tidak mungkin ada di dunia ini. Atau--ini dia dari belahan bumi yang lain, ya? Tapi setidaknya, dengan adanya Ron di sini, aku bisa mengurangi rasa rinduku padanya. Terlebih, aku suka dengan wilayah Ron yang mengagumkan.

"Ngomong-ngomong bulan depan giliran Nolan yang mengadakan perjamuan," sela Critz, membuatku dan Ron langsung meringis.

"Aku tidak suka wilayah Nolan," tuturku.

"Aku juga benci pada teriakan anak-anaknya. Membuatku ingin menguliti mereka." Ron mengangguk lalu meremas tangannya di atas meja.

"Ya--aku ingin memporak-porandakan saja pohon-pohon permen di sana dengan prajuritku rasanya," tambah Critz geram.

Tidak ada di antara kami yang menyukai wilayah Nolan. Wilayah cerah itu sungguh memuakkan.

"Hey, hey, jangan begitu, Bung. Apa kalian tidak bosan dengan suasana kelam, hah? Sekali-kali coba yang cerah-cerah dan membuat hati bahagia." Nolan memberikan pembelaan, lalu setelahnya tertawa. "Tapi kalian harus tetap datang. Aku tidak sabar untuk menyajikan permen terbaikku."

Aku mendengkus, Critz memutar mata, dan Ron mendesah berat. Tidak ada yang gembira mendengar ucapan Nolan. Soalnya, kami tahu akan seperti apa permen yang dia sajikan.

Kepala anak kecil yang dipenggal dengan bibir tersenyum. Disiram lelehan karamel dan ditaburi serbuk gula di atasnya yang sudah dibelah. Kata Nolan, "Setiap hari mereka hanya memakan permen, jadi daging dan darahnya pasti sangat manis. Terutama benaknya. Kujamin."

Aku melirik arloji di tanganku. Ada pendar-pendar merah berkedip di sana. Aku menatap mereka semua. "Aku harus pergi, waktuku habis. Sampai jumpa lagi semua." Setelahnya tubuhku menghilang perlahan. Waktunya kembali dan bertemu dengan si dia.

Aku membuka mata. Mendapati langit-langit berwarna peach dengan bintang-bintang kecil warna-warni menempel di sana. Melirik ke samping dan aku menemukan tubuhku terbaring di atas ranjang dengan seprai putih, serta sosok lain yang tertidur menumpu kepala di sampingku sementara tubuhnya duduk di kursi.

Sudah berapa lama aku pergi?

"Hime, kamu sudah bangun?"

Aku kembali menatap cowok yang tadi tertidur. Lalu mengangguk.

"Akhirnya kamu bangun. Aku kira bakalan lebih lama lagi." Dia tersenyum lega.

"Kali ini selama apa?" tanyaku penasaran.

"Udah hampir seminggu kamu gak bangun-bangun. Apa kamu gak inget waktu ketiduran dan nyaris jatuh dari tangga sekolah? Untung aku ada di sana."

Aku ber-oh panjang. Ya--sepertinya memang begitu aku terakhir kali di dunia yang ini. Klein-Levin Syndrome penyebabnya. Sindrom yang membuatku bisa tidur di mana saja dan tidak bangun-bangun untuk waktu yang lama. Orang-orang menyebutku Sleeping Beauty atau Putri Tidur atau Snow White. Ya suka-suka mereka sajalah.

Yang mereka tahu, aku tidur seperti orang mati dan tidak bangun-bangun. Namun, mereka tidak tahu jika ada dunia lain dari dunia ini yang kutinggali. Pernah kuceritakan pada Papa atau Mama, tapi respons mereka malah biasa saja dan bilang, "Kamu mimpi doang itu. Orang tidur lama begitu juga."

Aku membenarkan dudukku, menghadap ke arah dia, Neuron, dengan wajah antusias.

Neuron terkekeh, lalu bersedekap. "Kali ini--bagaimana ceritanya?" dan mendengarkanku dengan tak kalah antusias. [ ]

Thanks for reading. Secuil jejak Anda means a lot \(*°-°*)/

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro