Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Tujuh - Akhirnya Bertemu

Tujuh - Akhirnya Bertemu





Di kelas, Kejora benar-benar tidak bisa menyimak penjelasan dari dosen. Pikirannya sudah berkelana membayangkan pertemuannya dengan Pasha. Setelah kemarin gagal karena dihadang oleh beberapa pengawal, Kejora ingin hari ini misinya bertemu dengan sang aktor berhasil. Ia sudah mengajak Dara dan Naya.

Di bawah meja, diam-diam Kejora menyalakan ponsel, membuka aplikasi Instagram. Semula gadis itu ingin scroll beranda, tetapi setelah melihat ada yang mengirim pesan, Kejora mengurungkan niatnya. Ia kemudian menekan ikon pesan. Begitu melihat siapa pengirimnya, mata Kejora membulat.

Pasha_Novandra
[Hai. Kemarin aku nggak sengaja liat kamu di home stay. Itu beneran kamu, kan?]

Kejora menutup mulutnya. Menahan sekuat tenaga agar tidak berteriak di dalam kelas. Jadi, kemarin Pasha melihatnya?

Setelah melirik ke segala arah, jemari Kejora bergerak di atas layar.

[Iya, itu aku, Kak.]

Terkirim. Kejora tidak sabar menanti balasannya sembari menatap ke arah dosen, menggengam ponselnya erat-erat.

Lima menit kemudian, ponsel Kejora berdering singkat. Kejora kembali menunduk, membuka kunci layar, membaca balasan DM dari Pasha.

[Tempat tinggalmu dekat sama home stay?]

Lagi-lagi tangan Kejora gemeteran. Ia menggigit bibirnya menahan gugup. Pasha menanyakan rumahnya dan hal itu membuat Kejora tak bisa berpikir jernih.

"Gia Kejora Trianisa!"

Spontan Kejora mendongak, lantas terkesiap. Di hadapannya sekarang berdiri seorang perempuan bermekap tebal yang sejak tadi mengisi kelasnya.

"Kamu mau dapat nilai F dari saya?"

Pertanyaan itu terdengar seperti ancaman di telinga Kejora. Seketika gadis itu menggeleng, menelan ludah. "Nggak, Bu."

"Ya sudah kalau begitu simak penjelasan saya!"

Kejora meletakkan ponselnya di meja. Membuka sampul buku dan memegang sebuah pulpen. "Iya, Bu."

"Ih, sebel banget sama Bu Saras! Pake ngancem mau kasih nilai F segala pula!"

Kejora mengentak kedua kakinya di rumput. Moodnya sangat kacau mengingat ancaman Bu Saras di kelas.

"Ya, kamu ada-ada aja main HP pas lagi materi," sahut Naya seraya mengikat rambutnya ke belakang.

"Nah, orang kamu yang cari perkara," timpal Dara.

Kejora mencebik. "Ya, habis gimana dong. Pasha tadi DM aku di tengah-tengah kelas, masa iya nggak aku jawab."

Mata Dara mendelik. "Hah? Serius?"

"Iyalah."

"Mana coba aku lihat!"

"Nih, kalau nggak percaya!" Kejora menyodorkan ponselnya yang menampilkan isi DM Instagram Pasha. Setelah itu, Dara menepuk bahu Kejora dengan sangat keras. Untung sih badan Kejora berisi, tepukan Dara tidak ada apa-apanya.

"Kok bisa kamu di DM sama Pasha?"

"Ya bisa, dong. Kan, followersnya Kejora banyak." Bukan Kejora yang menjawab, melainkan Naya. Mendengar itu, Dara cemberut. Dipikir-pikir benar juga, dia kalah telak dengan Kejora.

"Naya ada benernya, Dar. Aku aja sampai sekarang masih nggak percaya kalo Pasha DM aku duluan." Kejora keluar dari aplikasi Instagram. "Gimana jadi ke sana nggak?"

"Jadi dong. Hari ini jangan sampai nggak ketemu dia!"

"Oke, kalau gitu aku telepon Langit dulu."

Kejora menempelkan ponselnya ke telinga sebelah kanan, menunggu panggilan ke nomor Langit tersambung. Namun, lama ia menunggu, Langit tidak mengangkat teleponnya juga. Kejora mencoba sekali, tapi hasilnya sama saja. Kejora jadi kesal.

Hingga kemudian pesan dari Langit datang. Kejora segera membukanya.

[Maaf, Jora. Aku nggak bisa antar kamu ketemuan sama artis itu. Acaranya molor terus sekarang belum selesai. Nanti kita ketemu di rumah, ya!]

Ada rasa kecewa hinggap di hati Kejora, tetapi ia sendiri tidak bisa protes. Langit sudah benar, lelaki itu mengutamakan pekerjaannya daripada janjinya dengan Kejora.

"Dar, aku bonceng kamu lagi, ya?" Kejora memasukkan ponselnya ke saku blazernya.

"A' Langit nggak bisa jemput?" tanya Naya.

Kejora menggeleng. "Acaranya belum selesai katanya."

Suasana di sekitar home stay masih sama seperti kemarin. Padat. Banyak gadis berjejer rapi menanti sang idola. Para pengawal pun setia berdiri di depan pintu.

Ketika dua orang lelaki yang salah satunya berkacamata hitam keluar bersama, sontak gadis-gadis itu berteriak heboh dan pengawal siap menjaga keamanan. Kejora berusaha memotong jalan, tapi gagal. Tubuhnya terpental ke belakang. Kejora mengatur napasnya. Mereka lebih brutal dari yang ia kira.

Dara mengembuskan napas kasar. "Ini sih kita bakal gagal lagi, Jor."

"Kalo jodoh nggak ke mana, Dar. Tunggu aja." Naya mencoba menghibur temannya. Dara mengacak rambut model bobnya.

Sementara Kejora tertolong postur tubuhnya yang tinggi. Ia bisa melihat Pasha menyapa gadis-gadis itu. Mencoret-mencoret--yang Kejora yakini tanda tangan--baik di kertas maupun di pakaian. Kadang-kadang tangannya bergerak menyugar rambut belah tengahnya. Seakan dihipnotis, gadis itu sampai lupa bagaimana caranya mengedipkan mata.

"Jora! Dia mau ke sini!"

Kejora tidak mendengar seruan Dara. Telinganya hanya mendengar gesekan sneaker milik Pasha yang semakin mendekat ke arahnya.

"Kejora! Minggir!" Dara kembali berteriak. Namun, sepertinya percuma. Kejora mematung di tempatnya. Mau mendorong pun Dara tak akan mampu menandingi tubuh Kejora yang besar.

Pasha sudah berdiri tepat di depan Kejora. Gadis-gadis tadi masih berteriak heboh. Mulut Kejora terbuka. Matanya menatap pahatan Tuhan di hadapannya. Rambut belah tengah, hidung mancung, mata bulat, alis tebal, bibir tipis warna pink kemerahan, kulit wajah putih bersih, serta dagu lancip.

Jadi, seperti ini wajah artis?

"Kejora, kan?"

Kejora menelan ludahnya dengan susah payah. Suara Pasha yang berat terdengar merdu di telinga gadis itu. Apalagi saat Pasha mengulurkan tangannya, Kejora lupa caranya bernapas.

"Senang bertemu dengamu, Kejora."

Boleh Kejora pingsan sekarang?


Kalau aku ketemu sama idola, apa bakal sama kayak Kejora? 🤣

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro