Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Sepuluh - Live Bersamanya

Sepuluh - Live Bersamanya





Hujan deras masih mengguyur tanah Bandung sejak petang, bertepatan dengan malam Minggu. Harusnya Kejora sudah siaran langsung Instagram sejak dua puluh menit yang lalu, tetapi gadis itu malah sedang bakar-bakaran di dapur rumah Langit bersama Senja. Sedang tidak ada hari istimewa, ini hanya iseng-iseng Kejora karena mengaku kedinginan.

"Ini kamu mau bikin para orang tua kolesterolnya naik?" seloroh Ambu ketika Kejora dan Senja menata ayam bakar, sosis bakal, dan jagung bakar di meja makan. Kejora pun sengaja mengajak Ambu serta Abah ke rumah Langit. Memang sudah tidak ada sekat di antara dua keluarga itu. Langit boleh kapan saja datang ke rumah Kejora, begitu pula sebaliknya.

"Nggak papa sekali-kali, Jeng," sahut Mamah. "Untung Mamah nggak masak tadi sore."

Kejora tersenyum. Saking dekatnya dengan Langit, gadis itu juga memanggil mamanya Langit dengan sebutan Mamah, sama seperti anak-anaknya.

Dua keluarga itu mulai berdoa sebelum makan. Lalu makan dengan tenang. Tidak berlangsung lama tenangnya, sebab Kejora dan Langit saling berebut paha ayam, makanan favorit mereka.

"Tadi kamu udah, Jora. Ini bagian aku," kata Langit dengan tangan sudah memegang ujung tulang paha ayam.

Kejora tak mau kalah. "Nggak. Ini punya aku!"

"Kamu udah gendut. Nggak boleh makan daging banyak-banyak."

"Ih, jahat banget bilang aku gendut!"

Keduanya saling tarik-menarik. Hingga Senja berhasil memisahkan mereka dengan mengambil potongan daging itu, lalu digigit.

"Senja!" pekik Kejora dan Langit serempak.

Senja cengengesan. "Daripada buat rebutan, mending aku gigit deh."

Kedua orang tua Kejora dan Langit hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah anak-anaknya.

Makan malam selesai. Senja sudah pamit lebih dulu karena ingin mengerjakan tugas sekolah. Sementara Kejora dan Langit pergi ke dapur untuk mencuci piring bekas makan tadi.

"Jora!"

"Hem?"

Kejora tidak menoleh sama sekali. Tangannya masih sibuk membilas piring yang sudah disabuni Langit.

"Kejora ...."

"Apa, sih, dari tadi mang--" Kejora mendongak dan ucapannya terputus lantaran Langit mencolek hidung mancungnya dengan sabun.

"Langit!"

Pembalasan dimulai. Ia memercikkan air ke wajah Langit, tapi laki-laki itu berhasil menghindar. Kejora tidak berhenti, ia terus mencipratkan air ke Langit. Sampai Kejora ingin menyemburkan air menggunakan selang, Langit mengangkat tangannya.

"Udah-udah. Kalo kamu pake itu emang mau ngepel malem-malem? Katanya dingin."

Kejora mencebik. "Habis kamu jail banget!"

"Iya, deh, maaf. Mana sini akan bersihin sabunnya."

"Nggak usah!"

Melihat Kejora masih memajukan bibirnya, Langit mengacak rambut gadis itu karena kelewat gemas.

"Oh, ya, foto yang kemarin udah kamu cetak belum?" tanya Kejora setelah membersihkan wajahnya.

"Udah."

"Kalo gitu di mana? Aku ambil--"

"Ada di kamar. Nanti aku yang ambil."

"Lah, emang kenapa kalo aku yang ambil?"

"Emang kamu mau masuk ke kamar cowok?"

Gadis itu menggaruk lehernya. "Ya, nggak, sih, tapi dulu kamu biasa aja, tuh."

"Itu dulu, sekarang beda."

"Apa bedanya?"

Hening. Entah karena Langit sedang membereskan piring atau memang tidak mau menjawab, yang jelas pertanyaan Kejora dibiarkan menggantung. Kejora sendiri heran, sudah lama ia tidak boleh masuk ke kamar Langit. Alasannya karena privasi, padahal dulu bebas. Kejora pun tidak memaksa, toh dirinya juga punya privasi dan Langit tak pernah mengusiknya.

"Aku ambilin fotonya."

Langit beranjak menuju kamarnya, sedangkan Kejora melangkah ke ruang tamu. Ternyata kedua orang tuanya masih mengobrol dengan orang tua Langit.

"Nih." Langit sudah kembali dan menyodorkan beberapa lembar foto kepada Kejora.

"Makasih!" Kejora menerima foto itu. "Kalo gitu aku duluan, ya! Ambu sama Abah masih mau di sini?"

"Iya, Neng. Kamu kalo mau pulang dulu nggak papa," jawab Ambu.

"Oke."

Setelah mengucapkan itu, Kejora mengambil langkah lebar agar cepat sampai ke rumahnya. Kebetulan hujan sudah menyisakan titik-titik kecil. Usai menutup pintu, Kejora duduk di sofa, lantas mengeluarkan ponsel. Begitu layarnya menyala, DM dari Pasha menarik perhatiannya.

Pasha Novandra
[Hai! Kenapa belum live?]

"Dia tanya kenapa aku belum live!" Kejora membekap mulutnya sendiri.

Gadis itu memilih menjawab pesan tersebut dengan memulai siaran langsungnya. Ketika sudah ada sepuluh orang yang menonton, Kejora baru menyapa.

"Malam, semuanya. Maaf, ya, aku agak terlambat soalnya habis makan. Tau nggak aku bikin apa? Aku bakar-bakar ayam sama sosis. Enak, lho."

Tak lama Kejora mulai membaca komentar-komentar yang masuk.

@koloremak: Nggak papa, Kak. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Yang penting malmingku tidak kesepian.

@abcdefg: Halo, Kak Kejora. Ditunggu tutorial make up selanjutnya.

@mayat_hidup: Kak, nggak ada niatan collab sama siapa gitu? Jomlo nggak enak, lho.

Kejora tertawa setelah membaca komentar terakhir. Memang selama ini ia belum berani berkolaborasi dengan siapa pun meski sudah ada tawaran baik dari DM maupun email. Entah Kejora merasa belum mampu.

"Menurut kalian enaknya collab sama siapa nih? Coba tulis, deh." Kejora sedikit menantang para penggemarnya.

@aiueo: Sama Kak Pasha, dong. Minggu kemarin, kan, Kakak di-notice sama dia.

@abcdefg: Setujuuu.

@lalalayeyeye: Ayo @Pasha_Novandra gabung ke sini.

@mayat_hidup: Bantu tag, deh, @Pasha_Novandra.

@koloremak: Bukannya doi lagi syuting di sana, ya?

@layanganancur: Wah, iya, betul. Deket, lho. Beneran nggak ada niatan collab?

Kejora mulai panik. Sepertinya Pasha belum menonton siaran langsungnya. Kalau banyak yang menandai akun lelaki itu, apa tidak mengganggu?

"Kan, Kak Pasha itu lagi syuting, bukan liburan. Jadi, kalo minta collab mungkin harus mencocokkan jadwalnya. Ya, nggak, sih?"

Belum ada satu detik Kejora berkata seperti itu, tiba-tiba ia mendapatkan notifikasi jika Pasha ingin meminta bergabung dengan siaran langsungnya. Kali ini Kejora tak dapat menyembunyikan raut wajah terkejutnya. Benar-benar di luar dugaan.

Dengan tangan gemeteran, Kejora menekan tombol accept, dan tak butuh waktu lama wajah Pasha terpampang jelas di layar. Lelaki itu mengenakan kaus polos berwarna putih, rambutnya terlihat basah, seperti baru selesai mandi.

"Halo, siapa tadi yang minta collab?" Pasha bersuara. Mata Kejora berkedip beberapa kali. Ia masih tidak percaya jika malam ini Pasha bergabung di siaran langsungnya.

Di kolom komentar seketika heboh menyambut Pasha. Kejora sendiri sampai lupa bagaimana caranya berekspresi.

"Kebetulan aku lagi syuting di dekat rumah Kejora. Kalau udah selesai jangan lupa nonton filmnya, ya!"

Kejora berusaha mengimbangi walau sulit. Tentu saja live malam ini menghadirkan letupan-letupan kecil di hati gadis itu.


Nyaris pecah 1k lebih. Untung bisa direm 🤣

Mungkin di part 12 kali ya biar bisa tahu dari sudut pandang Pasha 😍

Terus kira-kira kenapa Langit nggak ngebolehin Kejora masuk ke kamarnya?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro