Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Sembilan Belas - Jajanan Murah

Sembilan Belas - Jajanan Murah






Kejora tidak menyangka jika kini nomor Pasha berada di antara daftar kontak ponselnya. Masih terbayang dengan jelas saat Pasha meminta nomornya duluan. Ini artisnya, lho, yang inisiatif. Kalau penggemar lainnya jangankan meminta nomor yang sifatnya privasi, follback pun meski sudah jungkir balik tidak akan pernah digubris oleh si artis. Dewi keberuntungan sepertinya berpihak kepada Kejora.

Begitu urusan dengan kelas dan dosen selesai, Kejora kembali membajak dapur rumah Dara. Kali ini ia akan membawakan cilor ke lokasi. Tadi pagi Kejora sempat bertanya apa makanan kesukaan Pasha, tapi laki-laki itu hanya menjawab 'makanan enak'. Bagi Kejora, semua makanan di dunia ini enak-enak, kecuali kalau sudah basi. Karena itu, cilor menjadi opsi. Sekalian memperkenalkan jajanan khas Bandung kepada orang Jakarta.

"Kamu yakin mau bawa sebanyak ini ke lokasi?" Mata Dara membulat saat Kejora menutup box berisikan tiga puluh tusuk cilor.

"Yakin, dong. Nanti kita bagi-bagi aja ke kru."

Dara menurut saja. Toh dirinya hanya modal tempat. Bahan, minyak goreng, gas, sampai bensin pun yang membeli Kejora. Fee dari paid promot, kan, selalu banyak. Setiap kali Kejora mendapatkan endorse, baik Dara maupun Naya kecipratan uangnya. Kejora tak pernah melupakan kedua temannya.

Honda Beat yang dikemudikan Dara berhasil membawa Kejora ke lokasi. Usai memarkir motor dengan benar, mereka berdua bergegas mendekati set. Namun, langkahnya terhenti saat seorang perempuan menghadang jalannya, memasang wajah tidak suka. Kejora tahu namanya. Rosa.

"Halo," sapa perempuan itu dengan alis terangkat sebelah. Matanya mulai menguliti Kejora dari ujung rambut sampai ujung kaki. Seringai muncul setelah itu.

Merasa diperhatikan, Kejora melirik pakaian serta celananya. Dia tidak salah kostum, kok.

"Kalian, kok, sering ke sini, ya? Nggak tau malu banget."

"Lah, emang kenapa kalo kami sering ke sini?" sahut Dara.

"Ya, nggak sopan aja. Kalian, kan, bukan siapa-siapa di sini. Ini tempat buat artis, kalian mending ke dapur aja, bantuin tim konsumsi masak. Kalian cocok jadi pembantu."

"Siapa yang cocok jadi pembantu, Ros?"

Kejora dan Dara mendongak, sedangkan Rosa memutar tubuhnya sembilan puluh derajat. Matanya terbelalak melihat kemunculan Kevin.

"Jangan ngomong kayak gitu. Nggak baik, lho."

"Kok lo belain mereka?"

"Aku nggak belain siapa-siapa." Kevin tersenyum. "Lo nggak tau dia siapa?" lanjutnya seraya menunjuk ke arah Dara. "Dia anak yang berkuasa di sini, lho. Lo mau nanti dia pulang terus ngadu ke bapaknya, terus besoknya ada paku di dalam badan lo? Kalo gue, sih, nggak mau, ya. Hiiih."

Mendengar itu, sontak Rosa mengusap kedua tangannya. Ia berdigik ngeri, kemudian pergi dengan wajah ketakutan. Kevin geleng-geleng.

"Biasa, orang kalo udah kena star sindrom bakal kayak gitu," kata Kevin setelah Rosa benar-benar hilang dari pandangan.

Dara berdecih. "Tau gitu nggak usah ngefans sama dia!"

Kevin terkekeh. Kemudian beralih menatap Kejora. "Pasha lagi ke musala kayaknya. Dia udah ketinggalan salat Zuhur."

Gadis itu mengerjap. Dia sudah tahu Pasha muslim, tapi mendengarnya beribadah di sela-sela syuting memberikan kesan tersendiri di hati Kejora.

Mata Kevin beralih ke box berukuran sedang yang dibawa Kejora dan Dara. "Itu kalian bawa apa?"

Dara mengangkat box itu. "Ini cilor, Kak."

"Serius? Aku mau, dong."

Kejora dan Dara saling pandang karena tidak percaya.

"Lho, kan, ini gorengan. Nanti suara Kak Kevin rusak gimana?" tanya Kejora.

"Ya, nggak bakal. Orang aku makan gorengan nggak sering."

Selanjutnya, Kevin menggiring Kejora dan Dara duduk di kursi kayu. Sepertinya aktor itu tidak sabar mencicipi jajanan itu. Ia juga mengajak beberapa kru untuk istirahat sebentar sambil makan cilor.

"Hampir dua minggu di sini, baru kali ini, lho, makan cilor enak banget," ujar salah satu kru dengan mulut penuh.

"Siapa dulu yang bikin." Dara menyenggol bahu Kejora. "Aku cuma bantu doa aja. Liat minyak panas, tuh, serem."

Kejora menahan senyum. Siapa yang tidak suka ada orang yang memuji masakannya? Kejora tidak munafik, kok. Pujian itu selalu bikin semangat, asal tidak terlena.

"Makan besar nggak ngajak-ngajak gue."

Suara Pasha mengalihkan perhatian Kejora. Dua orang kru menyingkir agar Pasha bisa masuk. Mata sang aktor menyipit tatkala melihat bulatan yang mirip cilok, tapi ditusuk dan warnanya kuning kecokelatan.

"Ini apa?"

Kevin mengigit satu bulatan. "Cilor, Sha. Coba makan, deh. Enak."

Kening Pasha mengernyit. "Cilor? Bedanya sama cilok kemarin apa?"

"Beda, lah. Kalo cilok cuma bulatan gini. Kalo cilor, ditusuk dulu pake tusuk sate, terus digoreng sambil diputer-puter bareng telur. Makannya namanya cilor, aci dibalur telur."

"Kak Kevin, kok, bisa tau cara buatnya?" Kejora takjub.

Alis Kevin terangkat. "Tau, dong. Pas masih sekolah sering beli terus liat proses pembuatannya di gerobak pedagang. Dulu murah. Satu tusuk harganya lima ratus. Beli lima ribu bisa kenyang."

Mendengar itu, Pasha makin bingung. "Sekolah mana yang ada jajanan kayak gini?"

Giliran Kejora dan Dara mengernyitkan dahi. Lho, memang di sekolah Pasha tidak ada jajanan seperti ini?

Kevin mengambil satu tusuk lagi. "Sekolah gue, lah. Jangan-jangan di sekolah lo dulu nggak ada, ya?"

Pasha menggeleng.

"Serius, lo baru liat ini sekarang?"

Kini kepala Pasha mengangguk sebagai jawaban. Sungguh, seumur hidupnya baru tahu ada jajanan bernama cilok dan cilor. Padahal dirinya dan Kevin sebaya, tapi kenapa Kevin bisa tahu banyak hal? Dulu Kevin sekolah di mana?

"Fix, Sha, masa kecil lo kurang bahagia."

Kejora menahan bibirnya yang berkedut begitu melihat raut wajah Pasha yang berubah setelah mendengar ucapan Kevin.

"Cobain, deh. Rasanya hampir sama kayak cilok kemarin. Cuma bedanya ini digoreng." Kejora mengambilkan satu tusuk untuk Pasha.

Pasha menerimanya, lalu menggigit satu butir. Matanya melebar setelah butiran itu masuk ke mulutnya. Kejora benar, rasanya mirip seperti cilok, tapi yang ini lebih enak.

"Enak." Pasha mengambil satu tusuk lagi.

"Baru tau, ya, kalo enak?" celetuk Kevin yang sudah habis sepuluh tusuk. Pasha mendengkus.

Kejora makin senang ketika Pasha mengambil beberapa tusuk dan berebutan dengan Kevin. Gadis itu bersyukur sebab menjadi orang pertama yang mengenalkan Pasha dengan jajanan murah.



Cilor bikinan Kejora.

Apa ada yang kayak Pasha, baru tau ada jajanan enak dan murah?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro