Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Dua Puluh Dua - Mengawasi Kejora

Dua Puluh Dua - Mengawasi Kejora





Dara kembali mengajak Kejora ke lokasi syuting setelah kelas selesai. Namun, kali ini Kejora tidak tampak antusias. Di rumahnya sudah banyak antrean endorse yang harus di-review. Gara-gara selama beberapa hari ini bertemu dengan Pasha, endorse-nya jadi terbengkalai. Ada beberapa produk yang mendekati deadline. Kalau Kejora melewati garis waktu yang telah disepakati, ia akan membayar ganti rugi.

"Ya udah, nanti kalau udah selesai, kamu bisa nyusul, ya."

Kejora mengiakan meski hati tampak ragu. Apa bisa lima belas produk dihabiskan siang ini?

Samar-samar terdengar suara motor yang sangat Kejora kenali. Mata gadis itu terbelalak begitu tahu bahwa pendengarannya tidak salah. Seingat Kejora, dia tidak meminta sahabatnya ke sini. Di WA pun tidak ada pesan dari laki-laki itu.

"Langit? Kamu nggak ada job?"

Lelaki yang kini mengenakan jaket kulit berwarna hitam menaikkan kaca helmnya. "Udah selesai. Ayo naik."

Usai pamit dengan Dara, Kejora mengambil helm, mengenakannya, lalu duduk di belakang Langit.

"Tumben jemput?" Kejora mendongak agar sampai ke telinga Langit.

"Biar kamu nggak kabur ke tempat artis mulu."

"Aku nggak kabur, ya. Aku selalu izin sama Ambu."

"Terus karena udah izin kamu ngerasa bebas main sampai magrib?"

Kejora bergeming. Merasa bersalah. "Lagian hari ini aku nggak mau ke sana, kok."

Motor Langit belok ke kanan. Kemudian berhenti karena lampu merah. "Kenapa?"

"Ada banyak produk yang harus di-review. Udah mau deadline."

"Tuh, kamu liat sendiri. Gara-gara kamu keluyuran terus, jadi lupa, kan, sama orang yang udah percaya sama kamu."

Pipi Kejora yang terapit helm mengembang. Dari kaca spion, Langit dapat melihatnya. Kejora yang seperti itu terlihat menggemaskan.

"Nanti aku bantuin," kata Langit sembari memacu kuda besinya.

"Harus, dong! Aku nggak bisa kalo sendirian."

Langit terkekeh pelan, bahkan nyaris tak terdengar sebab kalah dengan suara kendaraan di sekitar.

Mereka pun sampai di tempat tujuan. Kejora langsung menyeret Langit masuk ke rumahnya. Ia memiliki niat untuk menyelesaikan semua produknya agar bisa segera menyusul Dara ke lokasi. Ketika kakinya menginjak lantai dekat pintu, Kejora dikejutkan dengan Abah yang duduk di sofa sambil baca buku.

"Abah?!" seru Kejora.

Lelaki berjenggot panjang itu lantas menutup buku bacaannya. "Neng, sini duduk! Langit juga, duduk!"

Kejora dan Langit saling pandang sebentar, kemudian menuruti perkataan sang Abah. Mereka berdua memilih tempat duduk di seberang Abah. Suasana mendadak berubah tegang. Kejora tahu jika Abah di rumah saat jam kerja pasti ada sesuatu yang ingin dibicarakan. Dan itu berkaitan dengan dirinya.

"Kuliah kamu gimana, Neng?" Abah membuka percakapan.

"Lancar, kok, Bah."

"Kerjaan kamu?"

Kejora mengulum bibirnya. "Ya, lancar juga."

"Itu kata Ambu banyak tumpukan paket yang belum kamu buka di dalam."

Hening. Kejora tak mampu melawan abahnya kalau sedang mode serius.

"Maaf, Abah," ucap Kejora lirih.

"Neng, abah senang kamu sekarang banyak yang suka, tambah rejeki, tapi Neng harus ingat, tanpa mereka Neng bukan siapa-siapa. Jangan sampai Neng mengecewakan mereka gara-gara kamu teh nggak serius. Abah senang kamu mau bersosialisasi sama siapa aja, tapi inget waktu juga. Ambu kemarin bilang kamu setiap selesai kuliah nggak pernah pulang dulu, malah langsung pergi ke tempat artis. Kasian Ambu, Neng."

Gadis yang kini mengikat rambut panjangnya itu hanya menunduk. Namun, telinganya mendengarkan semua ucapan Abah.

"Dan buat kamu, Langit ...."

Seketika Langit menegakkan tubuhnya, sedangkan perasaan Kejora mulai tak keruan. Kenapa Abah tiba-tiba memanggil Langit? Dia, kan, tidak terlibat apa pun.

"Bisa tidak kamu ingetin Kejora saat saya tidak ada?"

Diam-diam Kejora menghela napas lega. Ia pikir, abahnya mau bicara yang bukan-bukan.

Langit mengangguk. "InsyaAllah, Abah."

Abah kemudian melepaskan Kejora dan Langit. Sepasang sahabat itu lantas memasuki sebuah ruangan kecil didominasi warna pink yang dijadikan tempat untuk rekaman konten Kejora. Tumpukan paket itu teronggok di lantai.

"Itu apa aja isinya?" tanya Langit.

"Ada baju, celana, sandal, kacamata, terus tas," jawab Kejora seraya memilah paket-paketnya.

"Terus yang mana dulu yang harus jadi kontennya?"

"Sebentar." Kejora mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Setelah layarnya terbuka, terpampang jelas daftar produk yang harus di-review beserta tanggal unggahnya. Kejora sengaja menjadikannya wallpaper agar selalu ingat. "Yang posting besok, tuh, ada lipstik sama facial wash. Dua-duanya minta foto sama video di feed. Nah, kalo facial wash aku udah update di story selama empat belas hari atas permintaan adminnya. Kamu lihat sendiri, deh, hasilnya. Mukaku keliatan beda, kan?"

Sebelum menjawab, Langit memperhatikan wajah sahabatnya terlebih dahulu. "Iya. Lebih bersih dari sebelumnya. Berarti produknya cocok sama kamu, ya?"

"Betul. Lagian, aku nggak mungkin ngasih review kalo nggak cocok. Aku nggak mau bohong, Ngit. Walaupun mau dikasih bayaran gede, kalo harus bohong mending nggak usah."

"Emang kamu pernah digituin?"

"Pernah sekali. Makanya habis itu aku selalu selektif. Taruhannya, kan, mukaku bakal tambah cakep atau sebaliknya."

Langit manggut-manggut paham. Tangannya sudah sibuk membuka kamera. Sementara Kejora pergi ke kamar dulu untuk ganti baju.

Setelah mengganti pakaian dan merias wajah seadanya, Kejora review produk facial wash-nya lebih dulu. Kemudian lipstik dan sandal. Saat ingin me-review barang selanjutnya, ponsel Kejora berdering. Gadis itu meminta jeda dulu.

Wajah gadis itu semringah ketika nama Pasha yang terlihat di layar.

"Kamu lagi di mana? Tumben nggak ikut ke sini sama temen kamu?"

"Di rumah, lagi review produk."

"Oh, berarti lagi sibuk, ya?"

"Kalo udah selesai aku bakal nyusul Dara, kok!"

"Serius? Ya udah kalo gitu aku tunggu."

Kejora tersenyum lebar. Jantungnya berdebar-debar saat mendengar Pasha akan menunggu kedatangannya.

"Siapa?" tanya Langit setelah Kejora menurunkan ponsel.

"A' Pasha. Nanti kalo yang tas selesai, anterin aku ke sana, ya!"

"Tapi masih banyak, Jora. Nggak ke sana sehari nggak papa, 'kan?"

Kejora mendengkus. "Ya udah gini aja. Kalo yang buat upload besok udah semua, kamu bakal anterin aku ke sana. Gimana?"

"Tapi aku nggak nganterin doang, lho. Aku bakal di sana sampai kamu puas ketemu sama dia."

"Oke, deal!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro