Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Delapan Belas - Muak dengan Keadaan

Delapan Belas - Muak dengan Keadaan





Andai Pasha punya mesin waktu, ia ingin kembali ke masa sebulan yang lalu, saat dirinya akan menandatangani kontrak itu. Ia akan membaca seluruh isi yang tertulis, kalau perlu sampai berkali-kali supaya yakin bahwa Rosa bukanlah lawan mainnya.

Sayang sekali nasib baik tidak pernah berpihak kepadanya. Kenyataannya, Pasha harus terjebak dalam posisi terjepit. Melakukan adegan dengan lawan main yang ia benci sepenuh hati, membuat lakonnya tidak maximal. Pekikan serta cemooh dari Ario hari ini membuat suasana hatinya rusak parah.

"Lo lagi kenapa, Sha? Kemarin baik-baik aja, lho. Jangan sampai projek ini jadi ngaret gara-gara pemeran utamanya nggak profesional."

Melihat sang aktor tertekan seperti ini, Sena jadi iba. Ia sendiri juga merasakan ada yang aneh dengan Pasha setelah malam itu. Namun, Sena tak berani bertanya lebih dulu. Ia ingin Pasha sendiri yang bercerita.

"Lo kalo ada masalah, lo bisa cerita ke gue. Ya, walaupun entar nggak dapet solusi, seenggaknya hati lo bisa lega."

Sayangnya, Pasha bingung mau memulai dari mana, bahkan ia sendiri masih mencerna semuanya. Pun Sena belum tahu masalah orang tua Pasha. Sengaja merahasiakan itu. Bukan Pasha tidak percaya, hanya saja ia takut aib keluarganya menyebar sebelum waktunya.

"Kalo lo nggak mau cerita, ya udah nggak papa. Gue ngerti lo butuh privasi, tapi gue pengen lo bisa ngatasin ini sebelum makin kacau. Lo ngerti, kan?"

Sena memberikan ruang dengan meninggalkan Pasha sendirian di tempat duduknya. Mungkin dengan begini, pikiran Pasha bisa waras kembali.

Pasha menghela napas, meraih kertas berisi dialog serta adegan yang harus dihafal. Tak niat membaca, malah kertas itu digulung-gulung kemudian diremas. Kertas kusut seperti hatinya yang semrawut. Reputasinya kini dipertaruhkan.

"Kertas dikusutin kayak gitu, emang nanti bisa dibaca?"

Sontak Pasha menoleh, mendapati Kevin yang mengulurkan minuman dingin ke arahnya. Awalnya Pasha mempertahankan gengsi, tetapi karena haus dan mau mendinginkan pikiran, ia menerima minuman itu.

Kevin mengambil tempat di seberang Pasha. Kemudian membuka tutup minuman itu. "Sorry kalo gue bikin kaget."

"Nggak masalah." Pasha masih enggan menggerakkan tutupnya. Mendadak canggung didekati oleh Kevin. Selama dua belas hari syuting, ini baru kali pertamanya mereka duduk bersama. Biasanya Pasha yang sengaja menghindar atau Kevin yang lebih dulu dipanggil untuk take.

"Gue sebenarnya nggak mau lancang, cuma gue rasa lo beneran punya masalah sampai nggak bisa fokus pas kamera udah ready."

Kini Pasha memutar tutup botol itu, lalu meneguk air hingga sisa setengah. Sensasi dingin yang ia rasakan sedikit menenangkan pikirannya. "Gue cuma mikirin rumah aja."

Kevin mengangguk. Tak mau bertanya lebih sebab bukan ranahnya untuk menyelami isi pikiran rekan kerjanya itu. "Kalau gue boleh ngasih saran, sebaiknya lo singkirin dulu pikiran itu pas lagi kerja. Kalau perlu lo mikirin yang bikin lo seneng aja. Kita ini sedang memerankan seseorang, sebagai aktor kita dituntut untuk bisa seimbang."

Ucapan Kevin barusan mengingatkan Pasha dengan Kejora. Tadi ia berhasil mendapatkan nomor telepon gadis itu. Seperti mendapatkan hadiah, Pasha tak dapat melukiskan perasaannya. Sekarang ia bisa menghubungi Kejora tanpa terlihat aktif di Instagram.

Kembali ke Kevin. Melihat laki-laki itu, Pasha pun teringat sesuatu.

"Vin, lo kenal sama Dela Risma?" Pertanyaan pertama terlontar dari mulut Pasha.

Kevin mengerutkan keningnya. "Diva itu? Ya, sangat tahu, sih. Gue pernah satu film sama beliau. Soal akting memang perlu diasah lagi, tapi kalo nyanyi, nggak perlu ragu. Lagian siapa yang nggak kenal sama beliau? Kalo lo nggak tau, berarti Dela Risma bukan selera musik lo."

Pasha membenarkan ucapan Kevin dalam hati. Memang benar awalnya Pasha tidak tahu lagu-lagu yang  dinyanyikan oleh Dela Risma. Bahkan tahu ada diva bernama Dela Risma saja setelah mencari bukti perselingkuhan papanya. Ya, Dela Risma adalah wanita simpanan papanya.

"Lo tau nggak kalo ternyata Rosa itu anaknya dia?"

"Gue bahkan baru tahu pas beliau datang ke home stay ketemu Rosa. Dunia ternyata sempit, ya. Dari dulu gue selalu penasaran sama keluarganya. Gue acungi jempol karena beliau bisa menjaga privasi serapi itu."

Dada Pasha bergemuruh. Lagi-lagi ucapan Kevin tepat sasaran. Dela Risma benar-benar pandai menyimpan kebusukan dengan image bagus di depan layar kaca. Bagaimana reaksi publik jika tahu diva yang mereka sanjung ternyata merusak rumah tangga orang tua seorang aktor?

Pasha pastikan bahwa hanya dirinya yang bisa membongkar kedok wanita itu.

"Lo ke atas duluan. Gue mau cari minuman."

"Oke."

Sembari menggulung lengan kemejanya, Sena melangkah pergi. Sebelum masuk, Pasha memandang bangunan seberang yang dijadikan tempat beristirahat para aktris dan kru perempuan. Lampunya masih menyala, tetapi sunyi. Mungkin mereka masih bersih-bersih diri.

Begitu pintu terbuka, Pasha bisa mendengar riuh para kru yang baru saja tiba di home stay. Untuk para kru, mereka tidur di lantai dasar dan aktor tidur di lantai dua. Dapur, ruang tamu, pantri, dan dua kamar mandi luar berada di lantai dasar, sedangkan di lantai atas hanya berisi empat kamar dengan kamar mandi dalam dan balkon. Untuk makan, selama ini cukup terpenuhi. Bagian konsumsi selalu disiplin.

Kaki sang aktor menaiki tangga satu per satu. Tiba di depan kamar, Pasha mendorong pintunya. Namun, kakinya urung maju sebab di dalam ada sosok perempuan yang sejak dulu mengacaukan pikirannya.

"Kok lo bisa masuk kamar gue?!" Pasha mulai tersulut amarah.

"Salah sendiri pintunya nggak dikunci." Rosa meraba kasur kosong dengan wajah menyeringai. "Lo nyenyak tidur di tempat kayak gini?"

"Keluar sekarang!"

"Kita bahkan belum senang-senang, lho."

Pasha beringsut mundur saat Rosa mendekat. Napasnya naik-turun. "Tolong, lo keluar dari kamar ini sekarang!"

"Dulu, kan, lo naksir sama gue. Bukannya ini kesempatan bagus? Lo bisa apa-apain gue semau lo, terus kita bertingkah seperti pasangan yang bahagia. Gue yakin nggak semudah itu ngelupain gue ...."

Pasha mengepalkan tangannya kuat-kuat. Berharap Sena atau siapa pun segera naik ke lantai dua. Ia tak mau lepas kendali di sini.

"Gue bilang keluar, sebelum gue ngelakuin sesuatu yang bikin lo nyesel udah masuk ke kamar ini!"

Bukannya takut, Rosa justru tersenyum miring. Ia terus mendekat hingga Pasha terpojok di dinding. Sebelum pergi, Rosa membisikkan sesuatu di telinga lawan mainnya.

"Gue pastikan lo bakal bertekuk lutut di depan gue."

Pasha membanting pintu setelah Rosa pergi, mengunci rapat-rapat. Tubuhnya bersandar pada daun pintu, tetapi tak lama merosot ke lantai. Pasha meremas rambutnya. Sungguh ia benci dengan hidupnya sekarang.

Sesungguhnya masalah Pasha ini biar ceritanya panjang aja, gaes 🤣  tetep nyambung, kok. Kan Kejora yang nanti menyembuhkan hati Pasha, eaakk.

Tapi jadi Pasha nggak enak juga ya. Harus main film bareng sama anak dari selingkuhan papanya :(

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro