Skenario Terburuk Global Warming
Kita sedang diambang dunia yang menjadi lebih panas 3 derajat celcius pada tahun 2100, dan kita setengah jalan menuju ke sana.
Hal pertama yang memengaruhimu adalah udara. Di banyak tempat di seluruh dunia, udaranya panas dan berat tergantung pada cuaca, tersumbat oleh polusi partikulat. Matamu sering berair. Batukmu sepertinya tidak pernah hilang.
Kau berpikir tentang beberapa negara di Asia, di mana karena pertimbangan, orang sakit biasa memakai masker putih untuk melindungi orang lain dari infeksi yang ditularkan melalui udara. Sekarang, kau sering memakai masker untuk melindungi diri dari polusi udara. Kau tidak bisa lagi keluar begitu saja dari pintu depan dan menghirup udara segar—mungkin tidak ada.
Sebagai gantinya, sebelum membuka pintu atau jendela di pagi hari, kau memeriksa ponselmu untuk melihat seperti apa kualitas udaranya.
Wabah Penyakit Zoonosis & Meningkatnya Populasi Nyamuk
Malaria dan Demam Berdarah hanyalah sekian dari beberapa penyakit yang paling mematikan di dunia. Meningkatnya suhu dapat menciptakan kondisi hidup yang cocok bagi nyamuk di tempat-tempat yang mereka tidak mampu bertahan pada satu atau dua dekade lalu. Pertanyaannya adalah kapan—bukan jika—mereka akan menyebar di luar habitat mereka saat ini?
COVID-19 mungkin dapat diselesaikan dengan vaksin. Namun, kalau dipikir-pikir, virus jahat ini hanyalah episode awal dari pandemi global yang akan datang. Karena hilangnya habitat satwa liar, semakin banyak penyakit zoonosis yang menyerang manusia dalam beberapa dekade terakhir. Virus dan hotspot baru terjadi hampir setiap bulan dewasa ini.
Naiknya Permukaan Air Laut
Ada beberapa skenario tentang dampak langsung kenaikan temperatur yang disebabkan oleh pemanasan global. Namun, jika kita berbicara tentang kemungkinan yang terburuk, 300 juta orang di seluruh dunia akan kehilangan tempat tinggal.
Berdasarkan studi terbaru dari Postdam Institute for Climate Impact Research, suhu global akan naik rata-rata 12 derajat Celcius jika manusia terus-terusan membakar semua bahan bakar fosil. Hal ini mengakibatkan mencairnya seluruh lapisan es Antartika, dan semua es yang menutupi Greenland.
Sebagai konsekuensi, permukaan laut akan naik 3 cm per tahun dan pada akhirnya akan mencapai ketinggian 58 meter. Eropa dan Asia akan terkena dampak paling parah.
Di Eropa utara, Belanda akan benar-benar ditelan oleh laut. Kota Hamburg dan Berlin di Jerman akan lenyap. Garis pantai Jerman akan bergerak ke selatan sejauh 400 kilometer.
Sumber: amp.dw.com
Satu-satunya yang tersisa dari Denmark adalah sebuah pulau. Venesia akan tenggelam, meskipun penghalang banjirnya sudah dipikirkan dengan matang.
Asia adalah benua yang paling terdampak. Seluruh Bangladesh—populasi 180 juta jiwa—akan kebanjiran. Singapura, Hong Kong, Shanghai, dan Beijing akan hilang dari peta. Jika pemanasan global dapat ditahan pada 2 derajat Celcius, permukaan laut masih akan naik sekitar satu meter. Dengan demikian, negara kepulauan seperti Maladewa dan Tuvalu akan lenyap dari muka bumi.
Sumber: amp.dw.com
Meskipun kenaikan suhu tidak akan terjadi dalam semalam, tindakan kita hari ini dapat mengubah muka bumi seperti yang diharapkan. Sejauh ini, Antartika berkontribusi kurang dari 10 persen terhadap kenaikan permukaan laut. Akan tetapi, jika suhu terus naik, lapisan es di Kutub Selatan akan runtuh. Meskipun, ini akan terjadi sangat lambat, dibutuhkan beberapa ribu tahun agar es mencair sepenuhnya.
Terlepas dari apa yang terjadi, semua orang yang hidup di Bumi saat ini akan merasakan efek pertama dari perubahan iklim, baik itu peningkatan suhu atau badai yang lebih berat. Namun, bagi keturunan kita, hal-hal bisa jauh lebih mengerikan.
Punahnya Keanekaragaman Hayati
Alam sedang dalam krisis. Hingga satu juta spesies terancam punah dalam beberapa dekade ini. Ekosistem yang tak tergantikan seperti bagian hutan lindung di Indonesia berubah dari paru-paru dunia menjadi sumber karbon sebab deforestasi. Aktivitas manusia telah mengubah 70% dari semua dataran yang tersedia menjadi sektor agraria, beberapa satwa liar dan tumbuh-tumbuhan bisa saja kehilangan habitat dan terancam punah.
Akan tetapi, perubahan iklim memainkan peranan yang lebih drastis terhadap kemunduran ini. Perubahan iklim mengubah ekosistem laut, darat, dan perairan tawar di seluruh dunia, meningkatnya penyakit, dan mendorong kematian massal keanekaragaman hayati. Di daratan, kenaikan suhu tinggi telah memaksa satwa liar untuk bermigrasi ke dataran yang lebih tinggi atau garis khatulistiwa yang lebih tinggi; banyak yang bergerak menuju kutub bumi dengan konsekuensi yang luas bagi ekosistem. Risiko kepunahan spesies meningkat setiap hari manusia menyalakan mesinnya.
Seperti yang saya kutip dari laman Climate Action: kenaikan hingga 3 derajat celcius dapat mengakibatkan 40% mamalia akan kehilangan habitanya; jika udara naik lebih tinggi maka konsekuensinya sangat tak terbayangkan. Di lautan, kenaikan suhu meningkatkan risiko hilangnya ekosistem laut dan pesisir pantai. Terumbu karang, misalnya, hampir hilang setengahnya dalam 150 tahun terakhir. Pemanasan lebih lanjut akan menghancurkan hampir semua terumbu yang tersisa, hingga akhirnya tak ada lagi yang bisa dimakan.
Fenomena Defisit Kelembaban Udara
Kekeringan ekstrim akan melanda, wajah dunia tidak lagi hijau akibat menurunnya tingkat vegetasi di seluruh planet.
Sebagai konsekuensi yang harus kita tanggung, catatan ini berkaitan dengan parameter yang dikenal sebagai Vapor Pressure Deficit (VPD) yaitu metriks perbandingan jumlah kelembapan udara saat ini versus jumlah kelembapan maksimum yang dapat ditampung.
Di bawah kondisi kekeringan ekstrim, sumber daya air: termasuk air bawah tanah, air di permukaan, dan kelembaban tanah itu sendiri akan berkurang dan dapat menciptakan keadaan darurat air. Banyak lingkungan lahan perkotaan, pinggiran kota, dan pertanian saling terhubung (seperti di Pulau Jawa), kekeringan dapat memperparah alokasi air yang semuanya memiliki dampak sosial ekonomi yang serius.
Kehidupan di Bumi pada Akhir Abad akan Sangat Menakutkan
Kita menyaksikan bagaimana planet ini sedang dibentuk kembali dari lingkungan yang kaya dan keanekaragaman hayati ke tempat yang keras dan tidak ramah di mana manusia dan spesies lain terus berjuang untuk bertahan hidup. Banyak spesies telah musnah dari Bumi. Area luas dengan alam yang sangat indah telah dihancurkan dan tak pernah terlihat lagi. Banjir, kekeringan, badai, dan gelombang panas berulang kali melanda rumah kita. Semua itu akan menjadi pemandangan yang menghancurkan untuk dilihat.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro