SKAJORIE - 1
18+
——
Sebuah mobil baru saja meninggalkan halaman luas rumah menuju kediaman Lonan. Seharusnya mereka berlima, namun kali ini hanya berempat. Si Sulung meminta izin untuk tidak ikut.
Gumpalan awan tebal bertambah kian pekat ketika mobil memasuki kawasan jalan raya. Rintik tipis mulai menghiasi kaca depan yang langsung terempas oleh wiper. Mereka akan menempuh perjalanan dengan diiringi hujan lebat.
Di rumah, anak yang tidak ikut itu masih berdiri di balkon lantai dua. Ia mengamati halaman rumah. Sudah tau kosong, tapi masih berdiam seolah menunggu kedatangan seseorang.
Aire Skajorie Lonan mengangkat satu tangan, mulutnya menyambar benda kecil yang berada di genggaman. Benda berwarna perak itu ia isap pelan. Kemudian, dari mulutnya keluar asap tipis yang seketika berhamburan di udara.
"Permisi, Tuan Muda."
Suara wanita sedikit mengusik ketenangannya. Ia tidak menoleh, tidak berbalik badan, hanya menegapkan posisi tubuh. Gesturnya menunjukkan ia menunggu berita apa yang akan disampaikan pelayan rumah.
"Teman Tuan Muda sudah datang. Beliau masuk lewat pintu belakang," ujarnya dengan badan sedikit membungkuk.
Skajorie tak memberi tanggapan. Mulutnya tertutup rapat, tidak ada mimik sama sekali. Tidak tau kedatangan temannya itu membuat dia senang atau malah sebaliknya.
Ia beranjak dari tempat meninggalkan wanita tadi di balkon yang lantainya mulai basah terkena cipratan air hujan. Serbuan angin kencang membuat wanita usia empat puluhan tahun itu bergidik dan cepat-cepat menjauh dari balkon. Tak lupa ia menyentuh tombol khusus pada pintu kaca yang otomatis menutup dan terkunci.
"Sebentar lagi Tuan Muda tiba. Mohon menunggu, Nona." Pelayan lain menyampaikan informasi tersebut setelah menerima kabar dari rekan kerjanya.
Perempuan itu langsung berdebaran tak karuan. Desiran hangat memalut dadanya yang bergetar menunggu Skajorie datang. Telinganya menangkap suara samar dari arah tangga, yaitu ketukan sepatu menuju lantai bawah. Derap kaki Skajorie kedengaran semakin jelas seiring ia mendekati pintu belakang.
Pelayan rumah menyingkir dari sini sebelum Skajorie muncul. Perempuan tadi bersicepat merapikan diri, ia menunduk untuk memastikan tak ada kekurangan dari penampilannya. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai indah dengan warna natural berupa blonde, lurus, dan berkilau.
"Hai." Sapaan manisnya menyambut Skajorie.
Lelaki bertubuh tinggi itu membalas dengan mengembus asap tepat ke wajah cantiknya. Ia terbatuk dan refleks mengibas tangan di depan wajah. Ingin marah, tapi yang terjadi malah tertawa.
"Aku boleh main di sini sampai berapa lama? Boleh sampai malam? Mau ketemu adik-adik kamu," tuturnya.
"Setengah jam." Skajorie menjawab seraya berbalik dan melangkah ke sebuah kamar.
"Setengah jam?" Perempuan ini mengernyit. "Singkat banget. Aku enggak bisa ketemu adik-adik kamu, dong. Enggak bisa ketemu orang tua kamu juga."
Skajorie menyahut, "Tujuan kamu ke sini buat ketemu saya atau mereka?"
"Ah ... buat ketemu kamu." Suaranya memelan, ia masih terus berusaha menyamai langkahnya dengan Skajorie.
Dikarenakan memiliki kaki panjang, langkah Skajorie jadi besar-besar dan cepat meski ia berjalan santai. Ia pun tidak peduli orang yang berjalan di sampingnya akan tertinggal di belakang atau bagaimana. Hidupnya tak mau mengambil pusing urusan orang lain.
Skajorie melirik sekilas jendela raksasa setinggi tiga meter yang menampilkan pemandangan berupa hujan deras disertai badai angin dan gelegar mengerikan. Berulang kali kilatan cahaya muncul di langit. Garis-garis petir tak mau kalah menebar pesonanya yang ditakuti banyak manusia.
Ia membukakan pintu untuk teman perempuannya. Mereka masuk ke kamar yang merupakan tempat Skajorie biasa mencari ide untuk karyanya. Ide-ide tersebut bukan sembarang ide.
"Jangan sentuh benda apa pun tanpa seizin saya," ujar Skajorie, mengingatkan.
Cassia menarik tangannya yang terulur hampir menggapai sebuah kotak kecil di atas nakas samping kasur. Dari bentuk dan warna kotak itu ia bisa menebak apa isinya, tapi tetap penasaran bila pemiliknya adalah Skajorie.
Semua tentang Skajorie terasa menarik bagi Cassia. Ingin sekali dia korek segalanya mengenai lelaki tersebut. Meski sudah berteman cukup lama sejak kuliah, Skajorie tetaplah sosok tertutup yang sulit diterobos pintu rahasianya.
Tak ada percakapan penting setelah lampu dimatikan. Mereka berdiri saling berhadapan. Kedua tangan perempuan itu bergerak menyentuh pinggang Skajorie sampai berhasil melingkar di sana. Terpaan napas hangat Skajorie beraroma mint, terhirup sempurna oleh teman perempuannya.
"Aku bohong lagi ke tunanganku," ungkap Cassia disusul kekehan kecil. "Aku bilang pergi ke tempat makan sama teman-teman."
Ia memeluk Skajorie yang tak ada tanda-tanda akan membalas pelukannya. Menyentuh rambutnya pun enggan. Skajorie tidak betul-betul menyimak perkataannya karena yang ia butuhkan dari pertemuan ini hanyalah 'ide'. Persetan dengan topik lain.
"Naik." Skajorie menitah.
Dengan senang hati perempuan bertubuh ramping ini merangkak ke kasur sampai terduduk di bagian tengah. Senyumannya merekah memandangi Skajorie yang mendekat. Kilatan di luar sana memberi efek menakjubkan pada visual Skajorie di tengah kegelapan.
Seandainya dia milikku, batin Cassia.
Ia menyentuh ujung pakaian atas, lalu mengangkatnya hingga terlepas dari badan. Cassia tak menyisakan apa-apa di tubuhnya yang memiliki lekukan indah.
Sejenak Skajorie bungkam. Ia mematung tanpa mengedip mata, menatap lama teman perempuannya. Bukan karena terpesona akan kemolekan tubuh itu, melainkan dia sedang meresapi segelintir ide yang bermunculan memenuhi benak. Seperti kamera, otaknya mulai merekam.
"Saya tidak akan bertindak sebelum kamu memberi izin," tutur Skajorie.
Jemari Cassia menggapai deretan kancing kemeja Skajorie yang telah lepas empat buah dari atas. Ia berbisik, "Touch me, Sir. Please."
Tak ada paksaan di sini. Skajorie telah memegang izin tersebut secara penuh, berarti ia bisa melakukan apa saja yang ia mau. Benar-benar apa saja.
Skajorie meraih kotak kecil di atas nakas. Ia mengambil satu alat pengaman yang sebetulnya tak ia sukai untuk dipakai dalam hal semacam ini.
Kedua tangan Cassia meraba punggung Skajorie yang dihiasi tato besar berbentuk naga berwarna hitam. Berkali-kali ia tak sengaja menciptakan jejak cakaran setiap Skajorie menambah kecepatan.
Akal sehat perempuan-perempuan yang pernah berhadapan dengan Skajorie selalu merosot sampai ke palung.
Di sela panasnya aktivitas mereka, ponsel milik Cassia berdering. Deringnya tak mau berhenti sampai mengganggu kegiatan mereka. Ia terpaksa mengangkat panggilan telepon dari lelaki yang ia beri nama kontak 'Sayang ♡'.
Setelah menetralkan napas yang terengah, ia baru berani mengeluarkan suara. "Ya? Aku masih di luar."
"Masih lama pulangnya? Aku khawatir. Hujan deras, Sayang."
"Iya ... masih lama. Aku nunggu hujan reda. Kalau udah reda, aku langsung jalan pulang, deh." Cassia berucap lembut.
Skajorie kelepasan membuang napas berat. Ia menenggelamkan wajah di lekuk leher Cassia.
"Itu suara siapa? Kayak lelaki." Tunangan Cassia terdengar bingung dan sedikit terkejut.
"Itu suara orang lewat di deket aku. Enggak kenal," dustanya.
"Oh. Sayang ... jangan nakal, ya," peringatnya.
Sekali lagi Skajorie menimbulkan keresahan sepasang kekasih itu. Ia berdeham dan memosisikan diri sampai menemukan titik ternyaman di atas badan perempuan ini. Cassia sontak membekap mulut, takut desahnya keluar tiba-tiba.
Skajorie berhasil bikin Cassia melupakan semuanya, mengabaikan semuanya, dan berujung memohon-mohon agar Skajorie tak cepat berhenti.
"Jangan membagi fokus kamu dengan orang lain jika sedang berdua saya." Suara berat Skajorie menghadirkan gemuruh di dada Cassia.
"Yes, Sir. I'm sorry," responsnya.
🅢 🅚 🅐 🅙 🅞 🅡 🅘 🅔
Bulan bersinar terang tanda hujan telah berhenti. Skajorie menyendiri di lantai empat, di satu ruangan yang tak boleh dikunjungi siapa-siapa selain dirinya.
Harum khas Skajorie tercium pekat di tempat ini. Wewangian yang hangat dan sensual, semacam vanilla bercampur kayu manis, cendana, dan nilam.
Jemarinya lihai memegang kuas yang kini ia bawa ke permukaan kanvas. Ukiran indah tertoreh di sana membentuk mahakarya yang nantinya akan dinikmati banyak orang.
Cuplikan kebersamaannya dengan Cassia tadi siang terbayang-bayang di kepala.
Ia mengingat jelas tiap sentuhan yang terjadi. Ia merekam detail tubuh perempuan itu, memindai bagaimana teksturnya saat mereka bersentuhan. Ia pelajari perubahan rona pipinya di waktu-waktu tertentu. Ia pelajari perubahan kilau kulitnya ketika terkena cahaya, dan ketika cahaya itu redup.
Helaian rambutnya tak lewat dari pengamatan Skajorie. Bulu-bulu halus di wajah, jumlah tahi lalat di seluruh bagian badan, bulu-bulu di sekujur tubuh, sampai kukunya juga ia perhatikan.
Skajorie menjadikan Cassia muse untuk karya lukis terbarunya. Tentu Skajorie tak akan membiarkan ada kecacatan—bahkan setitik. Ia mau melahirkan karya sempurna menyerupai model aslinya.
🅢 🅚 🅐 🅙 🅞 🅡 🅘 🅔
Tiga hari berselang, Cassia menerima sebuah paket berukuran cukup besar. Kira-kira 120 x 85 sentimeter. Ia sempat heran dan menolak paket tersebut karena tak merasa membeli barang online di minggu ini. Namun, pesan singkat dari Skajorie membuat dia akhirnya menerima paket.
Skajorie:
Titipan buat tunangan kamu.
Cassia terlalu bersemangat mengetik balasan untuk Skajorie. Malah sambil senyum-senyum karena teringat momen mereka beberapa hari lalu.
Cassia:
Dari kamu? Dalam rangka apa kasih hadiah buat tunanganku? Sorry terkesan kepo. Aku seneng kalau kamu hangat ke dia hehe. Kebayang selucu apa kalau kalian akur hahaha.
Skajorie baru memberi tanggapan dua jam setelahnya. Dia memang malas berlama-lama memegang ponsel, sering mengabaikan benda tersebut. Lebih senang memegang kuas dan rokok elektriknya.
Skajorie:
Langsung kasih ke dia. Bila perlu di moment spesial kalian.
Cassia:
Ok, Sir. 🤍
Aku boleh intip isinya?
Skajorie:
Tidak.
Cassia:
Intip kamu, boleh? :3
Cassia cengengesan membaca chat singkatnya bersama Skajorie. Betapa bahagia hatinya bila berinteraksi dengan lelaki itu. Masih tersimpan rapi niatnya untuk memiliki Skajorie dan tunangannya sekaligus.
Sepanjang hari senyum Cassia merekah bak bunga yang baru mekar.
Malam itu, di pertemuan keluarganya dengan keluarga tunangannya, Cassia membawa titipan dari Skajorie. Benda sebesar itu ia bawa-bawa ke restoran mewah demi memamerkan hadiah dari sosok spesial di hatinya, untuk sosok spesial kedua di hatinya juga.
Cassia tau selera Skajorie bukan rendahan. Jadi, pikirnya hadiah dari Skajorie pasti bernilai tinggi.
"Buat kamu." Begitu manis Cassia berucap kepada pria muda yang berstatus sebagai calon suaminya.
Di tengah pembahasan serius seputar rencana pernikahan mereka, lelaki itu meminta bantuan anggota keluarga besarnya untuk membukakan pembungkus paket. Bungkusannya berupa kertas tebal berbahan doff dengan warna hitam. Polos, tak ada tulisan atau pun gambar pada kertasnya.
Ketika paket berhasil dibuka, semua orang yang menunggu-nunggu untuk melihatnya seketika membeku di tempat. Semua terperangah pada lukisan besar yang terpampang nyata di hadapan mereka.
Cassia tak berkutik. Jantungnya terasa tak berfungsi. Mulutnya terbuka sedikit, dan wajahnya perlahan memanas sampai menjalar ke leher. Ia tidak mengira Skajorie menitipkan hadiah segila ini.
Sebuah lukisan erotis.
Tunangan Cassia membaca tulisan tangan yang tertoreh di sudut kanan bawah kanvas. Tulisannya bisa dibaca semua orang karena ukurannya tidak terlalu kecil. Itu adalah judul untuk karya tersebut.
Tunangan seseorang bersama saya.
—Ska, inspirasi dari kejadian nyata.
Pada lukisan itu tampak jelas Cassia tanpa busana, telentang di kasur, ekspresinya menikmati sekaligus kesakitan. Area sensitifnya tidak disensor, digambarkan detail sampai letak tahi lalat persis seperti aslinya.
Skajorie ..., batin Cassia cemas.
•─────🅂🄺🄰🄹🄾🅁🄸🄴──────•
[] selain tatoan naga full sepunggung, Skajorie juga punya tato naga di leher kiri dan tato naga melingkar di lengan kiri atas. (tato di foto itu 👆🏿 aku edit wkwkwk. aslinya lengan polosan)
ᕙ( •̀ ᗜ •́ )ᕗ(づ ᴗ _ᴗ)づ♡
hai, babygeng manisku~ gimana perkenalan dengan Aire Skajorie Lonan di bab 1? ini masih permulaan kok~ kasih komentar kalian yuk hehehe 😇💜
spam "😇" sebagai penyemangat untukku :]
INFO ⚠️‼️ SKAJORIE di KaryaKarsa udah sampe part 11 ya. baru banget update kemarin hehe
sampai ketemu lagi di hari Jumat, babygeng!
—mamiw raden—
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro