Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Six Ways To Sunday - Lio Si Cerewet 6.2



Jangan lupa vote, komen, share cerita ini dan follow akun WP ini + IG @akudadodado.

Thank you :)

🌟


Kesialan tampaknya sedang memelukku terlalu erat belakangan ini.

Saat akan meraih es krim favoritku yang hanya tersisa satu, ada tangan kecil yang memegang ujung lainnya. Aku tidak perlu menoleh untuk tahu itu tangan milik siapa, karena suaranya yang menyebalkan sudah kuhafal di luar kepala. Bukannya aku mau juga, tapi bocah itu selalu menyapaku setiap ada kesempatan.

"Tante Jaja, ini es krim punyaku," kata Liora lalu menarik ujung yang digenggamnya.

Aku mengernyitkan alis, "Mana ada, emangnya ini supermarket punya bapakmu? Siapa cepat, dia yang dapat," sewotku. Itu peraturan dasarnya, kan? Siapa yang sentuh es krimnya duluan, itu yang dapat. Dan kalau mataku tidak salah, aku lebih dulu memegang es krim ini.

"Tapi tadi Lio duluan yang pegang es krimnya." Lagi-lagi Liora menarik ujung es krim, tapi aku tidak mau mengalah dan menariknya ke arahku lagi. Rambut Liora yang sedikit ikal membingkai wajahnya yang menengadah ke arahku. Mata bulatnya dinaungi alis yang berkerut dan hampir bertemu. Pipi gembilnya sedikit berwarna merah, mungkin karena kesal.

Aku mendengkus. "Kamu cari aja es krim yang lain. Itu masih banyak, kok."

"Aku sukanya es krim kukis ini. Kenapa nggak Tante Jaja aja yang cari es krim lain?" tanya Liora balik dengna keras kepala. Kenapa dari semua sifat yang diwarisin dari bapaknya, Liora justru mendapatkan bagian keras kepala? Tapi aku tidak mau mengalah. Aku sudah menunggu seharian penuh untuk memakan es krim ini setelah mencari di minimarket dan hasilnya nihil. Ini efek iklan terbaru mereka yang menggunakan idola dari Korea Selatan dan fansnya menyerbu camilan favoritku itu. Dari yang biasanya melimpah, kini menjadi barang langka.

Liora merengut. Bahkan itu tidak bisa disebut rengutan. Bibirnya maju sepanjang sepuluh senti dengan alis yang beberapa mili lagi akan menyatu seperti Aldebaran dari Saint Seiya. Tahu kan anime lawas satu itu? Aku hampir saja tertawa dan melepaskan peganganku di es krim. Jika biasanya alis tebal Liora mengingatkanku terhadap Shinchan, alis yang hampir menyatu ini membuatku ingin membelikan baju berwarna emas lengkap dengan penutup kepala milik Aldebaran untuk Liora cosplay.

"Yang kecil harus ngalah sama yang tua!" Aku membalas ucapan bocah itu dengan sengit dan menyentak es krim itu sedikit lebih keras hingga terlepas dari tangan Liora. Ekspresi wajah bocah itu menunjukkan seberapa kagetnya dia. Mata membulat lebar dan mulut yang tidak kalah lebarnya. Bola matanya tidak lepas dari es krim yang kini sudah berada di dalam keranjang belanjaku dan kuangkat tinggi-tinggi agar Liora tidak dapat menjangkaunya.

"Tante Jaja!" rajuk Liora.

Aku meninggalkannya hanya untuk mendengar suara kaki kecil yang mendekat dengan kecepatan tinggi. Aku mempercepat langkahku dan sedikit berlari hingga ke bagian daging, tempat Rei berada. Kami memang harus membeli isian kulkas untuk lauk pauk serta beberapa bumbu dapur dan camilan. Aku sudah menyerah untuk mencari es krim ini karena kabarnya di mana-mana kosong, jadi aku tidak mau melewatkan kesempatan untuk memakannya selagi ada.

"Tante Rei, es krimku diambil Tante Jaja." Liora langsung mengadu begitu dia berhenti di sebelah Rei.

"Dasar bocah, bisanya ngadu doang."

Liora langsung menceritakan duduk perkara keributan kami dan aku mendapatkan tatapan sinis dari Rei, meskipun begitu dia tidak melakukan apa-apa karena tahu kalau aku tidak akan mau menyerahkan es krimku secara sukarela. Jadi, sebagai sahabat yang jarang-jarang berbaik hati padaku dan takut mendapatkan malu karena tingkahku, dia menanyakan hal lain kepada Liora yang sudah mengembeng. "Lio, kamu sendirian di sini?"

Liora mengusapkan punggung tangannya ke mata dengan kasar. "Sama Papa sama Ara," jawabnya yang disusul dengan teriakan kencang yang mengundang semua orang untuk melirik ke arah mereka.

Aku dan Rei membeku di tempat kami berdiri dan tidak tahu harus melakukan apa. Biasanya di posisi seperti ini, kami sudah mengembalikan bocahnya ke orang tuanya. Prinsip kami adalah: Aunties are here for the fun ride only, if it gets bumpy, we give them back to their parents. Respectfully.

"Lo apain, sih anak orang? Kasih aja deh es krimnya. Lo nggak lihat kita dipelototin sama orang-orang?" Rei menutup wajahnya dengan telapak tangan dan berbisik kepadaku.

Aku kembali berbisik dan menelengkan kepalaku ke arah Rei yang menatap ngeri kepada Liora, masih tidak berhenti menangis. "Enggak. Gue cari ini susah payah, enak aja gue kasih ke dia."

"Lio," panggil orang lain yang membuatku dan Rei menoleh ke lorong tempat susu berada, tepat di sebelah kami.

Amos mendorong troli dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya menggendong Adara yang melingkarkan tangan di leher ayahnya. Rambut ikal yang lebih parah dari milik Liora diikat menjadi satu di atas kepala, seperti air mancur.

"Kamu kenapa di sini? Tadi katanya mau ambil es krim." Bapaknya si anak yang sedang menangis di hadapan kami ini mendekat dan berhenti di tepat di sebelah Liora. Tangan yang tadinya mendorong troli, kini berada di atas kepala Liora, "Kenapa?"

"Tante Jaja ambil es krim aku," jawabnya sesenggukan, satu tangan di mata dan yang lainnya digunakan untuk menunjukku.

Aku melongo dan menolak keras jawaban bocah itu. "Enak aja! Siapa cepat dia dapat!"

Amos menoleh ke arahku lalu balik ke arah anaknya yang kini sudah memeperkan ingus di celana panjang yang digunakan oleh Amos. "Nanti kita cari lagi, ya? Masih ada supermarket lai dekat sini." Liora memeluk kaki papanya dan mengangguk. Mereka bertiga berjalan melewati kami, tapi aku dapat mendengar bisikan Amos yang membuat darahku mendidih. "Yang waras yang ngalah."

Rei menarik tanganku sebelum aku melempar kepala Amos dengan daging sapi beku. "Lo kenapa ngajak ribut Lio terus, sih?"

"Dunia ini kejam, Liora harus tahu sejak dini."

"Tapi lo bukan emaknya, ngapain lo ngajarin kayak gitu?"

"Ini jenis pertanyaan retorik atau gue harus tahu jawabannya?"

"Itu pertanyaan untuk mengevaluasi tingkat kedewasaan lo. Malu-maluin, ribut sama bocah masalah es krim."

13/1/23

Wkwkwk rebutan es krim ma bocah. 

Buat yang mau baca on going tapi partnya udah banyak (58 part) bisa ke The Honeymoon Is Over. Kalau mau yang udah tamat n masih lengkap bisa ke Love Or Whatnot, Every Nook and Cranny, dan Rumpelgeist.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro