BAB 1
Di ujung tangga paling bawah, gadis dengan rambut sewarna biru tua dan telinga yang lancip berdiri tenang. Dia memeluk erat sebuah amplop coklat.
Gadis itu menarik napas dalam. Sejenak, dia mengernyit kala mencium aroma anyir yang dibawa angin. Tidak ingin membuang waktu lebih lama, dia segera melangkahkan kakinya menaiki tangga.
Begitu dia tiba di ujung lain tangga, dia berkata lantang, "Penjelajah Hujan melapor untuk bertugas!"
Begitu dia selesai berbicara, pintu platinum di depannya membuka perlahan. Hujan meneguk ludahnya sembari mendongak untuk melihat tepi atas pintu.
"Besar sekali," gumam Hujan.
Setelah pintu membuka sempurna, Hujan segera masuk ke dalam. Dia berjalan cepat untuk sampai ke tujuan.
"Satu ... dua ... tiga lorong, belok kiri," Hujan bergumam, lalu berbelok ke kiri.
"Satu ... dua pintu, belok kanan," lanjutnya masih bergumam kemudian berbelok ke kanan.
"Lurus terus hingga aula kedua, lalu belok kanan," gumamnya terus kemudian berbelok ke kanan.
"Lurus hingga menemukan pintu bertuliskan 'Main Gate' lalu sampai."
Hujan mendongakkan kepalanya melihat tulisan di atas pintu platinum yang terbuka. Dia berjalan masuk kemudian menaiki tangga. Ketika telah tiba di ujung lain tangga, Hujan melihat seorang gadis berkacamata yang sedang duduk menatapnya.
"Salam Nona Serena. Saya Penjelajah Hujan, bimbingan Pengawas ke-04-9. Untuk ke depannya saya akan berada di bawah bimbingan Nona," ujar Hujan dengan kepala menunduk hormat.
Serena tersenyum. Dia berdiri kemudian berbalik. Wanita itu menatap puluhan layar tv di hadapannya.
"Soran sudah mengabariku. Dia berkata muridnya sedang mencari pengalaman yang berbeda dan mengirimkanmu padaku. Apakah bisa kita mulai melihat pekerjaanmu?" Serena masih tersenyum ketika menoleh ke arah Hujan.
"Ya, Nona Serena. Kapan pun Anda siap." Hujan membungkukkan tubuhnya 90°.
Serena berjalan ke pintu di sisi ruangan. Buru-buru Hujan mengikuti di belakang Serena.
Begitu melewati pintu, Hujan melihat lorong yang panjang. Di sisi kanan dan kiri lorong terbuat dari kaca. Dari sana, dia bisa melihat struktur bangunan yang seperti labirin.
"Dunia yang kuawasi ini merupakan kecerdasan buatan ciptaan para petinggi central. Dunia ini diciptakan untuk menghukum manusia dengan dosa besar dari dunia yang diawasi oleh Pengawas ke-04-1 hingga Pengawas ke-04-9. Sistem hukumannya merupakan permainan bertahan hidup di situs penelitian yang dipenuhi oleh anomali. Menariknya, jika mereka mati di dalam sana mereka akan kembali hidup sebagaimana di dalam game. Namun, rasa sakit yang mereka rasakan adalah nyata sehingga hal itu lambat laun akan merusak mental mereka." Serena menghentikan langkah. Dia berbalik menatap dinding kaca yang melindungi lorong. Pandangan mata Serena dingin, tidak menyimpan setitik emosi pun.
Hujan menganggukkan kepalanya pertanda paham. Matanya masih menatap bangunan seperti labirin yang terletak di bawah lorong.
"Tugasmu kali ini adalah untuk mengamati seorang narapidana baru dengan code name D-16542. Aku akan menempatkanmu sebagai salah satu anomali dengan code name UNAME. Kau harus memastikan narapidana kali ini mati lebih dari seratus kali sebelum dia berhasil keluar dari permainan. Anomali lainnya hanya kecerdasan buatan sehingga mereka memiliki pola pergerakan yang bisa dicurangi. Saat itulah peranmu dibutuhkan." Serena menoleh ke arah Hujan. Tidak ada fluktuasi di dalam nada bicaranya, seolah hal ini bukan sesuatu yang besar.
Hujan mengepalkan tangannya. Dia menggenggam erat baju untuk menetralisir tangan yang gemetar.
"Apakah kau ragu atau takut? Soran mengirimmu ke sini untuk melatih mentalmu. Sebagai seorang penjelajah, kau tidak bisa terus-terusan berada di lingkungan sekolah yang penuh dengan cinta. Kau harus menyadari banyak hal harus terjadi untuk membuat cerita yang menarik. Tidakkah kau ingat kejadian 'itu' sehingga Soran tidak bisa membimbingmu?" Serena bertanya. Nadanya datar pun tidak cepat atau lambat. Namun, hal itu semakin membuat Hujan tertekan.
"Saya tahu. Saya akan melakukan tugas saya dengan baik," Hujan kembali membungkukkan badannya 90°.
Serena mengangguk puas. Dia berbalik dan melanjutkan perjalanan ke ujung lorong. Setelah beberapa waktu berjalan, mereka tiba di sebuah ruangan lain yang penuh dengan monitor. Hanya saja monitor di sini menampilkan ruangan yang lebih kompleks dan detail walaupun jumlahnya lebih sedikit.
"Ini akan menjadi 'kurungan'-mu. Sebagaimana anomali lain, kau tidak bisa keluar dari ruangan ini hingga permainan dimulai. Namun, kau baru benar-benar bisa keluar dari situs ini setelah misimu selesai. Lakukan apa pun untuk menbunuh narapidana itu," ujar serena sembari menepuk pundak Hujan.
Serena berbalik. Dia keluar dari pintu mereka masuk. Wanita itu lalu menyentuh dinding di sisi pintu dan seketika itu pula pintu tersebut menghilang, menyisakan dinding yang solid.
Sekarang, Hujan sendirian di ruangan luas ini.
Dia berjalan mengelilingi meja yang terdapat di tengah ruangan. Di atas meja itu, terdapat tumpukan dokumen. Dia meletakkan amplop coklat yang dibawanya dan duduk.
"Sebelum itu, mari baca apa yang ada di dalam sini," Hujan bergumam.
Penjelajah Hujan, aku tidak bisa membimbingmu untuk sementara dan aku tidak mampu membentukmu untuk menjadi sepertiku. Jadi, aku mengirimkanmu pada Serena. Menurut penilaianku, dunia yang dikelola Serena akan menjadi tempat latihan yang baik bagimu agar hal 'itu' tidak terulang kembali. Di dalam amplop ini, aku sudah menyiapkan cincin ruang untukmu. Di sana ada satu stel pakaian yang bisa kau gunakan selama di situs dan juga beberapa cairan obat yang akan membantumu dalam misi ini. Gunakan cairan itu pada mayat, maka kau akan mendapat pasukan mayat yang siap menuruti perintahmu. Jika kau menggunakannya pada manusia hidup, maka dia akan mati kemudian menjadi pasukan mayatmu. Hanya ini bantuan yang bisa kuberikan. Kuharap, kita akan segera bertemu.
Hujan meletakkan kertas tersebut di atas meja. Dia kemudian mengambil dokumen yang sudah terlebih dahulu ada di sana. Satu demi satu dokumen dia baca.
SCP-173
SCP-096
SCP-008
SCP-035
....
Hujan menoleh ke arah CCTV di ruangan itu. Dia kemudian berujar, "Nona Serena. Ada beberapa hal yang telah Pengawas-04-9 siapkan untukku. Bolehkah aku menggunakan code name lain? Jika boleh aku ingin menggunakan code name SCP-049. Jika boleh, bisakah Anda mengedipkan lampu CCTV sebanyak dua kali?"
Lampu berwarna merah di bawah CCTV berkedip dua kali. Hujan menghela napas lega. Dia kemudian memeriksa cincin ruang yang Soran persiapkan untuknya. Di sana, terdapat satu set baju dokter pada abad pertengahan lengkap dengan masker berbentuk paruh burung. Selain itu, ada ratusan botol berisi cairan berwarna hijau pekat serta bebera buah jarum suntik.
"Mungkin karena digunakan untuk mayat, tidak penting apakah jarum suntik ini harus baru atau tidak, jadi jumlahnya sangat sedikit," Hujan bergumam kala melihat stok jarum suntiknya yang hanya sepuluh buah.
Hujan berjalan di sekeliling ruangan. Dia kemudian pergi ke pintu yang terdapat di ruangan tersebut. Ketika mencoba membukanya, pintu itu bahkan sama sekali tidak bisa digerakkan.
"Jadi benar jika pintu ini hanya bisa terbuka saat permainan dimulai. Ini pasti pintu yang akan menuju ke situs permainan," ujar Hujan berbicara pada dirinya sendiri.
Hujan kembali ke mejanya. Dia duduk di balik meja dan menatap lekat monitor di hadapannya. Beberapa monitor menampilkan anomali yang terdapat dalam situs ini, sedangkan monitor lainnya menunjukkan lorong dan ruangan yang dilalui oleh tentara dan peneliti. Ada juga monitor yang menampilkan kamar tahanan.
Hujan menyipit ketika melihat salah satu kamar tahanan. Di pintu kamar itu, terdapat nomor D-16542. Setelah memastikan penglihatannya tidak salah, Hujan menyandarkan tubuhnya. Dia sudah tahu siapa di situs ini yang bukan kecerdasan buatan, yaitu dirinya sendiri dan tahanan yang terdapat di sana.
"Dia adalah targetku. Aku harus bisa membunuhnya sebelum dia berhasil menyelesaikan permainan. Ingatlah, siapa pun yang ada di sini adalah pendosa dengan kesalahan yang tidak bisa dimaafkan bahkan dengan kematian. Jadi jangan ragu untuk membunuh mereka," Hujan berujar. Nada suara Hujan bergetar. Tangan gadis itu gemetaran dan kepalanya menunduk. Penjelajahan keduanya yang berakhir bencana benar-benar hanya bisa diperbaiki dengan berlatih di tempat ini.
Hujan kembali menolehkan kepala ke monitor yang menunjukkan tahanan D-16542. Pintu tahanan itu tiba-tiba terbuka dan dua orang tentara yang memegang senapan masuk ke dalam ruangan.
Hujan mengambil pakaian yang akan dia gunakan. Dia setelahnya merangkap pakaiannya yang sekarang dengan pakaian yang Soran siapkan untuknya. Setelah memastikan pakaiannya telah digunakan dengan sempurna, Hujan kembali menatap layar.
Kini, tahanan D-16542 sedang berada di sebuah ruangan anomali dengan dua NPC manusia lainnya. Hujan menatap anomali itu dengan seksama kemudian berujar, "SCP-173, jadi di awal permainan mereka akan menghadapi SCP-173? Harusnya itu bukan hal yang sulit jika ada tiga orang di sana."
Baru saja Hujan selesai berbicara, lampu tiba-tiba mati dan langsung hidup lagi. Keadaan yang seperti ini berlangsung berulang kali. Sejenak, Hujan bingung, tetapi dia mengembalikan ketenangannya dengan cepat. Namun, fokus Hujan terlambat datang. Ketika dia melihat layar, narapidana itu telah tewas di tangan SCP-173. Pandangan Hujan tiba-tiba menggelap dan kepalanya pusing. Ketika penglihatannya kembali, dia berdiri di dekat dinding keluar sembari memeluk amplop coklat.
****
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro