
SHD-9
Ketika seseorang telah pergi untuk selamanya maka yang bisa kamu lakukan adalah menyimpan dengan baik semua kenangan dalam ingatan. Selain kenangan, yang harus disimpan adalah semua benda mati yang berkaitan dengan pemiliknya. Cara agar tidak bisa melupakannya maka jangan hilangkan semua hal yang berkaitan dengannya. Dan itulah yang dilakukan oleh Matthew saat ini. Membeli beberapa lemari kaca dan mengemas semua barang Maria ke dalam lemari kaca tersebut. Rose ngamuk stengah mati melihat Kelakuan Matthew namun melihat perlawanan yang ditunjukkan Matthew walaupun hanya dari tatapan tajam membuat Rose mengulurkan niatnya. Rizal juga membujuk Rose untuk membiarkan semua hal yang dilakukan oleh Matthew. Rizal menganggap Matthew hanya masih belum menerima kepergian Maria dari hidupnya padahal baru bertemu satu hari setelah sekian lama tidak bertemu.
Setelah selesai mengemas semua barang-barang Maria ke dalam kaca, Matthew lalu keluar dari kamarnya dan mengunci kamar tersebut. Rose yang baru saja keluar dari kamar Maria yang telah selesai direnovasi melihat kelakuan Matthew hanya bisa menghembuskan napas kasar.
Matthew menatap tajam Rose lalu menghampirinya. "Aku akan membuktikan bahwa kamu tidak pernah jadi ibu yang baik untuk Maria," ucap Matthew penuh penekanan lalu menyerahkan sebuah buku kecil bersampul coklat berbahan kulit dengan tulisan 'MarMar'.
Rose memutar bola matanya tidak suka dengan ucapan Matthew. Ia menatap tajam Matthew namun Matthew terlihat tidak memperdulikannya dan pergi begitu saja dari hadapan Rose membuat Rose semakin geram.
"Seharusnya kamu sadar Maria bunuh diri karena ulah kamu!" Teriak Rose ke arah Matthew yang sedang menuruni tangga menuju lantai satu.
"Baca!" balas Matthew tanpa menoleh ke arah Rose.
Setelah keluar dari rumah besar tersebut Matthew mengendarai mobil yang sering dipakai ibunya yang kini beralih menjadi miliknya keluar dari rumah besar tersebut. Hari ini Ia akan mulai menyelidiki kasus kematian Maria. Kasus kematian adiknya sendiri. Ia akan menemukan bukti dan juga menemukan pelaku sebenarnya. Maria harus mendapatkan keadilan atas kematiannya walaupun itu akan memakan waktu yang cukup lama Ia tetap akan melakukannya.
SUV berwarna hitam itu membela jalanan dengan gagahnya sampai akhirnya berhenti disebuah Cafe bergaya modern-clasic. Matthew segera memarkirkan mobilnya dan masuk ke dalam Cafe. Telinganya langsung disambut oleh alunan lagu calsic yang begitu menangkan hati. Suasana cafe pun terlihat begitu menenangkan dengan aromanya yang khas. Aroma yang menenangkan hati dan pikiran.
"Pantesan Maria mendatangi tempat ini," gumam Matthew lalu melangkah mendekati meja kasir.
Matthew mendatangi tempat ini karena hanya ini lokasi ini yang diberitahukan Maria kepadanya setelah Maria 2 hari keluar dari rumah. Maria memberi tahukan tempat ini pun karena Ia mengancam akan melacak lokasi Maria pada saat itu jika tidak memberitahunya.
"Bisa bertemu dengan manajernya, Mas?" tanya Matthew pada kasir yang merupakan seorang pria berambut gondrong yang dikuncir.
"Ada yang bisa saya bantu, Kak?" tanya penjaga kasir tersebut.
Matthew mengeluarkan dompetnya dan menunjukan tanda pengenal mahasiswa akademi kepolisian pada kasir tersebut. "Saya ingin memeriksa cctv di cafe ini."
Tanpa memeriksa kartu tanda pengenal tersebut, penjaga kasir tersebut langsung mengarahkan Matthew ke ruang CCTV. Sepertinya Ia melihat lambang kepolisian yang ada pada tanda pengenal tersebut dan langsung mengerti maksud Matthew. Matthew pun mengikuti penjaga kasir tersebut masuk lebih dalam lagi ke dalam cafe itu dan berhenti didepan sebuah ruangan bertuliskan ruang pengawasan. Penjaga kasir tersebut masuk terlebih dahulu lalu keluar setelah satu menit dan langsung mempersilahkan Matthew masuk. Matthew menuruti masuk ke dalam ruangan yang dipenuhi oleh 3 layar monitor yang menayangkan cctv dari setiap sudut cafe tanpa terlewatkan. Matthew tersenyum senang. itu artinya Ia akan mendapatkan rekaman saat Maria mendatangi tempat ini.
"Masnya ingin memeriksa cctv di tanggal berapa?" tanya orang yang bertugas mengawasi cctv.
Raut Matthew terlihat kaget mendengar suara itu sebab sejak tadi Ia sama sekali tidak memperhatikan sisi lain ruangan. Ia hanya memperhatikan layar-layar di depannya saat ini.
"Tanggal 10 bulan ini ,Pak."
petugas bertubuh sedikit berisi tersebut langsung membuka file cctv di tanggal yang disebutkan Matthew.
"Untuk jam berapa, Mas?" tanya petugas CCTV tersebut setelah mendapatkan file sesuai tanggal yang diinginkan. "Cafe kita buka 24 jam mas. Jadi mau memeriksa CCTV di jam berapa?" tanya petugas tersebut.
Matthew membuka ponselnyan dan mengecek pesan WhatsApp-nya dengan Maria yang di Pin. "Mulai dari jam 6 sore, Pak."
Petugas tersebut lalu membuka rekaman CCTV dan menayangkan rekaman tersebut. Terdapat banyak rekaman dari setiap sudut ruangan. Matthew memperhatikan setiap rekaman tersebut dengan teliti sampai akhirnya matanya berfokus pada satu titik rekaman CCTV.
Seorang perempuan berambut sebahu yang terlihat cantik seperti biasanya. Sosok yang sangat dikenalnya dari sudut mana pun. Maria. "Pak tolong perbesar rekaman CCTV yang ini," Matthew menujuk ke layar yang ada Maria di sana.
Petugas tersebut mengangguk dan langsung membesarkan rekaman yang dimaksud Matthew di layar utama. Mata Matthew fokus melihat Maria yang terlihat begitu menikmati waktunya dengan seseorang perempuan berambut panjang yang sayangnya wajahnya tidak bisa terlihat karena posisi duduknya yang membelakangi kamera.
"Apakah ada sudut cctv yang bisa menangkap wajah perempuan itu?" Tanya Matthew.
Petugas tersebut memeriksa rekaman CCTV lain lalu memperbesar satu rekaman CCTV namun di rekaman tersebut hanya menunjukkan tampak samping dari perempuan berambut panjang tersebut. Raut Matthew terlihat kecewa sebab dia tidak dapat melihat wajah perempuan tersebut.
"Saya bisa minta dua file tersebut?" tanya Matthew pada petugas tersebut.
"Bisa, Pak."
Matthew langsung memberikan flashdisk yang telah Ia persiapkan dalam tasnya kepada petugas tersebut. Petugas tersebut kemudian mengcopy file rekaman CCTV tersebut.
"Kakak akan mendapatkan keadilan untuk kamu MarMar," Ucap Matthew dalam hati sambil menatap tampak samping Maria yang ada di rekaman CCTV tersebut.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro