Percakapan Hebat
Minggu pagi, ibu pergi ke sebuah resepsi. Melihat mempelai laki-laki dan pendamping yang dikasihi. Ibu pulang, bertanya kabar yang masih itu-itu lagi. Mengapa aku betah menyendiri?
Sendiri bukan berarti sepi, Bu. Ini caraku merenungi waktu-waktu yang pergi, memaafkan kekecewaan yang berlalu, atau menikmati ruang tunggu, sebelum temu.
Temu belum bertamu, sujud masih seperti beban. Bagaimana cara berbisik kepada Tuhan? Kadang hanya mencarinya ketika penuh kekecewaan. Aku seakan tak punya muka memohon kebahagiaan. Tak ada jalan pintas menuju pelaminan.
Pelaminan itu pasti tiba, cepat atau lambat. Meski dirimu memberi waktu tenggat. Bu, percayalah aku tak henti bermunajat. Meski melajang belum menunjukkan tanda-tanda tamat.
Rindu ini belum skak-mat.
24/02/2019
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro