awal
Menikahi pria yang baru dikenal minggu lalu adalah hal gila yang pernah [Name] lakukan.
Lebih gila lagi, orang tuanya setuju dan terharu ketika akhirnya suaminya itu datang ke rumah membawa keluarganya dan melamar dirinya untuk yang ketiga kalinya.
Padahal, dulu ia memiliki mantan yang lebih tampan dan waras daripada suaminya ini, namun, orang tuanya tak suka dengan mantan-mantannya yang pernah ia kenalkan ke mereka. Justru mereka malah menyukai yang rada-rada gimana gitu, makanya, direstui lah [Name] menikah dengannya.
Awalnya, sih, [Name] mau menolak lagi dan membujuk orang tuanya, namun, ketika mendengar jikalau suaminya itu orang kaya, xixixixi, diterima, lah. Iya, mata duitan.
[Name] itu masuk di salah satu golongan orang butuh duit banget, banget, banget.
Gimana, ya. Suaminya itu pas dia tolak soalnya malah bilang gini,
"Mau uang, gak?"
"... Sinting."
Kan [Name] jadi kegoda :( terus, siapa sih suami [Name]?
Itu, loh, MC kesayangan kita di sini, si―
"Sayaaaang, mau bobok?"
"JAUH-JAUH, LO, FROSTFIRE JELEK."
... Betul, seperti yang disebut, FrostFire jelek namanya.
_______
[Name] menaruh guling di tengah ranjang mereka. Ketika suaminya itu ingin menerjang dirinya dengan sebuah pelukan, ia lebih dulu memintanya menjauh dan membuat batas seperti ini. Kan suaminya jadi cemberut.
"Apa ini?"
"Batas."
"Loh, kok gitu!? Kan kita udah sah. Aku loh nikah sama kamu biar bisa chuchuchuan!"
"APAAN CHUCHUCHUAN??!"
"YA CHUCHUCHUAN!!!??"
"GAK! GAK! POKOKNYA GAKMAU, ENTAH APA ITU CHUCHUCHUAN, POKOKNYA GAUSAH!"
Ini udah yang cewek ngegas, si cowok juga ngegas. Hadeh.
"Iiih, gak bisa!"
FrostFire melempar guling yang menjadi pembatas untuk mereka itu ke lantai, lalu, ia merangkak mendekat ke arah sang istri, dan ditangkapnya si istri untuk ia peluk juga tahan.
"Nah, gini lebih enak."
"SINTINGGFSY LEPASIN!"
"Siapa kamu nyuruh-nyuruh?! Enggak!" bukannya dilepas, FrostFire malah semakin mengeratkan dekapannya. Ia kini malah seperti memeluk guling, soalnya kakinya juga ikut nahan. Beneran [Name] jadi guling.
"LEPASSSH!"
"Enggak, uuuh gemes deh. Marah-marah aja tetep gemesin, aduh, Mbak, gak sia-sia aku ke minimarket."
"Frosty!" akhirnya, disebut juga namanya.
"Iya, Sayaang?"
"Sayang siying sayang mata lo! Lepas gak!?"
"Gakmau, gini udah nyaman. Kamu gak mau chuchuchuan ya sudah, gini aja."
"... CHUCHUCHUAN APA SIH ANJ―"
"―heh, mulut! Ngomong gitu, cium nih."
Setelahnya, [Name] langsung membuat ekspresi seolah menahan muntah,
"HUEK, NAJIS BANGET, KAYAK OM-OM."
"IIISH, [NAAAMEEE]!"
"Makanya lepasin!"
Sebal juga lama-lama, akhirnya, FrostFire keluarkan jurus ampuhnya itu.
"Shuut, diem! Mau uang, gak?"
"SINTING BANGET, LO! GUE MATA DUITAN TAPI GAK GITU JUGA. LEPASSS CEPET!"
Enggak tau, [Name] gak tahan, [Name] mau minggat, [Name] gak kuat. Padahal baru dua jam atau empat jam-an dia serumah.
"Le. Pas."
"Gak!"
"Lepas."
"Enggaaak!"
"FrostFire."
"ih, ya sudah. Tuh, udah lepas, shuuh! Sana, dah, dah, sanaaa."
FrostFire lepaskan juga perempuan mungil yang ia peluk tadi, lalu, ia berdiri dari ranjang sambil membawa bantalnya, membuat [Name] heran dengan perubahan mendadak.
"Kemana, lo?"
"Tidur di sofa. Katanya gamau bareng."
Ngambek, guys.
Kan [Name] jadi merasa bersalah dikit, dikitt banget. Soalnya rumah besar yang mereka tempatin itu FrostFire yang beli.
[Name] jadi gak enak gitu.
"Yakin loe? Gak pegel di sofa?"
"Pegel sih,"
"Kan, gob―"
"Ya kalo besoknya gue pegel-pegel, tinggal lo pikir aja gara-gara siapa?"
Dia mendelik pada [Name], lalu kembali melangkah menuju sofa yang berada di dekat pintu kamar mereka.
"Ish. Ya sudah, sini! Ah lo mah ribet. Tapi harus ada guling di tengah pokoknya."
"Gak mau, maunya sambil peluk manjah~"
Nah, mulai. Habis ngambek, marah, sebel, sekarang tiba-tiba ngedipin mata satu, godain [Name] kayak sebelum-sebelumnya.
"Di sofa aja lo!"
"Cih,"
"APA CAH CIH CAH CIH??!"
"Ih, baru nikah udah galak. Pantes minimarket nya sepi. Kasirnya galak."
Aduh, makin emosi deh [Name].
"HEH! LO YA! gue tuh ramah banget ke pelanggan, lo ga inget gimana gue pertama kali nyambut lo di minimarket? Senyum gue. Tapi lo-nya makin ngadi-ngadi, ya gue galakin, lah! Cuma ke lo doang gue galak."
"Gue spesial nih berarti?"
"... LO TUH KENAPA SI―AARRGH!"
kok jadi gugup aku?
saat bersamamu,
saat kau senyum padaku.
―FrostFire yang disenyumin mbak-mbak.
Esok harinya, saat [Name] bangun, ia tak melihat keberadaan FrostFire di sampingnya. Namun ia melihat sebuah surat dan juga kartu di atas meja.
'Pagi, galakku! Aku harus ketemu Ayah buat omongin soal perusahaan, aku tiba-tiba ada tekad mau nerusin perusahaan Ayah. Kartu nya buat kamu, kodenya tanggal lahirku.'
"... Mana gue tau lo lahir tanggal berapa."
[Name] mengambil kartu yang ia perkirakan banyak isi saldonya itu, ia melihat depan belakang kartu sebelum kembali berucap.
"Jadi gini ya rasanya dinafkahin suami." gumamnya. Ia bangkit dari ranjang lalu menuju kamar mandi untuk mencuci muka, setelahnya, baru ia turun ke bawah. Dia masih cuti, jadi malas-malasan aja, deh.
Tapi saat sampai di bawah, [Name] malah bertemu dengan seorang pria yang memiliki wajah persis seperti FrostFire.
"... SIAPA LO??!"
"Eh? Kakak Ipar ... Selamat pagi, perkenalkan nama hamba Boboiboy Sopan, bungsu dari enam bersaudara. Hamba berada di sini atas perintah saudara pertama hamba; untuk menemani dan membuatkan Kakak Ipar yang cantik ini sebuah sarapan pagi."
... Sopan bener, kayak namanya. Batinnya. [Name] melihat dari atas ke bawah penampilan Sopan, tak lama, ia melihat wajah Sopan yang masih tersenyum itu.
'Lama-lama kalo liat mukanya, mukanya jadi nyebelin. Mirip si sinting.'
"Tanggal lahir kalian kapan, ya?"
"Mohon maaf sebelumnya, apakah ini agar Kakak Ipar bisa memakai kartu debit yang saudara pertama hamba berikan?"
"... Y-yaa, gitu."
Sopan nampak terkekeh, tak lama, ia mengeluarkan sebuah kartu debit dari kantung celananya dan memberikannya kepada [Name].
"Saudara pertama hamba menitipkan ini pada hamba. Beliau bilang, mohon diberikan pada Kakak Ipar, kodenya tanggal pernikahan kalian. Kalau boleh tau, siapa nama panjang Kakak Ipar, ya?"
[Name] menerima kartu itu terlebih dahulu, sebuah senyum sumringah tercetak jelas di wajahnya―sebelum ia ingat apa yang Sopan tanyakan tadi.
"Aku? [Fullname]. Salam kenal, Sopan."
Pria itu mengambil tangan kanan [Name], ia menunduk lalu mengecup pelan tangan kakak iparnya itu,
"Senang bertemu dengan Anda, Nona. Sebelumnya, hamba ingin memberi sebuah penawaran yang menarik. Boleh sedikit mendekat? Hamba akan memberitahukan dengan sebuah bisikan."
Awalnya, [Name] terkejut dengan tingkah Sopan yang seperti ini. Aneh saja, tapi lebih aneh FrostFire. Lalu tak lama ia mengangguk, ia mendekat ke arah Sopan dan membiarkan Sopan membisikkannya sebuah kalimat.
"Kalau nanti Nona [Name] merasa bosan atau tak ingin bersama kakak pertama hamba, Nona bisa datang kapan saja pada hamba."
Tunggu ... ini bukannya―ajakan berselingkuh?
"... Sedikit informasi untuk Nona, uang hamba sama banyaknya seperti Kakak pertama, jadi jangan khawatir."
Setelahnya, Sopan menjauhkan wajahnya dan kembali ke dapur untuk membuatkan [Name] sarapan.
Berbeda dengan [Name] yang masih diam,
"... Orang sinting mana lagi ini?" katanya.
Ia pikir Sopan, ternyata tak ada sopan-sopannya.
______
WAHAHAHAAA AKHIRNYAA, up juga ya.
fyi aja, di sini nem mata duitan. aku kayaknya juga udah spoilerin di book glacier, sih.
tapi walau gitu, dia istri yang paling normal di antara istri-istri fusion yang lain. yh, minusnya mata duitan aja, sih. 🙏
Update 4x seminggu, ini beneran cuma romcom aja, gak ribet alurnya. Paling ribetnya di frostfire kebingungan gimana biar dia bisa chuchuchuan sama nem/heh
Sopan bakal jadi pebinor apa sekedar usil niee, kebetulan dia yang nikah terakhir.
See u besok!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro