06. kamis
"Frost, sudah mau berangkat kerja?"
[Name] mengucek matanya dengan keadaan setengah sadar. Di pagi hari begini, jam enam pagi lebih tepatnya―suaminya itu sudah rapi untuk pergi ke kantor. Membuat dirinya heran karena ini bukanlah hal yang biasa.
"Oh! Sudah bangun? Yaa khusus hari ini aku berangkat lebih cepat, biar pulangnya juga lebih cepet, hehehe!"
Wanita yang masih berada di atas ranjang itu mengerutkan keningnya, "tumben, kenapa?"
"Ini kan, Kamis."
"Hah, memangnya kenapa kalo ini Kamis?"
FrostFire―suami dari wanita tersebut―malah tertawa kecil. Dirinya melangkah ke arah sang istri yang masih diselimuti rasa penasarannya itu dengan sengiran khasnya.
Tubuhnya sedikit ia tundukkan agar tingginya dengan sang istri sama. Ia menatap wajah baru bangun tidur yang manis untuk sekian detik―sebelum bibirnya bergerak maju untuk memberi kecupan pada wajah wanitanya.
"Enggak, gapapa. Kamu kalo ngantuk tidur aja, harus simpen energi buat hari ini! Gak boleh capek-capek, nanti malemnya gak ada energi."
"Ya gapapa dong? Kan tinggal tidur."
Ini entah [Name] lupa atau bagaimana, tapi yang jelas [Name] mengatakannya dengan keadaan setengah sadar. Mungkin karena itu, ya? Dia belum sepenuhnya sadar.
"Aduh, kamu lupa, ya? Yah, gak seru, dong."
"Apasiiih!? Aku baru bangun. Jadi diem, deh."
Sang pria tertawa, ia mengelus rambut acak-acakan milik istrinya itu dengan kasar, membuat rambutnya menjadi semakin tak karuan―bahkan terlihat sulit untuk disisir.
Emang, kelakuan.
"Utututu gemes! Dadah, sayang! Aku sarapan di jalan aja atau di kantor. Muah muaaah~"
FrostFire memberi kecupan jarak jauh berkali-kali pada [Name], sebelum dirinya itu menghilang karena segera meninggalkan kamar.
Tak lama setelah FrostFire keluar, [Name] baru sadar sepenuhnya dan maksud ucapan suami nya tadi.
"... Skip langsung ke Jum'at bisa, gak?"
Memandang wajahmu cerah,
Membuatku tersenyum senang.
―FrostFire yang otw dapet chuchuchuan.
Pukul 15:57
Sedari tadi, di kantor Halilintar dirinya terus menerus tersenyum sendiri, membuat Halilintar yang sedang berada di depannya merasa merindinga dan kebingungan,
"Sehat?"
"Hehehehe"
Oke, tanpa bertanya lagi Halilintar sudah tahu apa jawabannya. Ia lebih memilih fokus pada dokumen serta syarat kerja sama mereka versi terbaru yang FrostFire bawa.
"Bang,"
"Hm,"
"Cepet dikit bisa gak? Gak sabar nih hehehe."
Heran Halilintar tuh. Adik sepupunya yang ini kenapa lagi, sih? Tiap bertemu pasti wajahnya sedang terlihat seperti orang sinting.
"Kenapa, sih?"
"Itu Bang ... hehehe, urusan pria."
Lo pikir Halilintar apaan? Oh, FrostFire mikirnya Halilintar itu laki-laki, soalnya belum nananininunu terus belum nikah xixixi.
Padahal sih, calon otw ada.
"Gausah gitu juga gue paham."
"Wih, serius?"
"Orang kayak lo satu jenis sama mereka, sih. Gampang ditebak jadinya."
Mereka? Siapa? Itu, loh si trio.
"ISSH, UDAH! cepet. Bang Hali fokus liat aja, biar ini cepet selesai juga. Udah jam empat sore, nih."
"Santai, nyerang kayak begitu enaknya malem. Harus sabar."
Halilintar tak menuruti keinginan FrostFire, ia tetap fokus mengecek dokumen dari FrostFire dengan lambat―atau lebih tepatnya sengaja dilambatkan agar FrostFire bisa bersabar.
"?? Keliatannya Bang Hali udah pro banget, perasaan belum punya bini."
"Calon udah."
"... Astagfirullah! Belum halal, Bang!"
"??? Kenapa sih lo? Gue juga gak apa-apain anak gadis orang."
Halilintar, sih, sudah biasa dituduh seperti ini oleh para adik atau sepupunya. Padahal mah, Halilintar anak baik-baik. Yang begituan emang ajaran dari sekolah aja. Halilintar inget banget Pak Guru di sekolahnya pernah ngomong pas pelajaran itu,
"Kalo nyerang, enaknya malem, Nak."
Awalnya Halilintar tak paham, tapi setelah mendengar ocehan ketiga adiknya yang sudah menikah itu―dirinya langsung paham.
Mungkin jika sudah dicoba nanti juga akan semakin paham maksud sang guru.
"Ya kan siapa tau! Udah ah, buru kek."
"Gak ada profesionalnya banget."
"Aelah, cuma kita berdua doang di sini, gak masalah, lah. Toh juga sepupu."
"Jaim dikit kek lo."
"Kayak lo jaim aja."
Andai FrostFire tau, Halilintar sedang berusaha jaga image dan menambah kesabarannya saat ini karena dirinya.
"Ah udah, lah. Pulang lo sana. Entar gue telpon nanti malem."
"WIDIH, SERIUS NI? yah jangan malem, lah. Besok aja kita ketemu lagi."
"?? Gak mau diganggu banget, lo."
"Ya gak mau lah! Pokoknya besok. MAKASIH ABANG SEPUPU!"
Setelahnya, ia pergi meninggalkan ruangan sepupunya itu. Niat membicarakan kerja sama perusahaan mereka hari ini, eh tapi Halilintar nya keburu badmood gara-gara FrostFire gak bisa serius. Mending sama Halilintar dikasih pulang aja biar seneng.
Eh tapi―tiba-tiba Halilintar dapet notif dari si calon kesayangan. Moodnya langsung naik dong. Apalagi notif itu berisi pesan suara dari sang gadis, suara yang selalu menjadi favorit Halilintar.
Diam-diam, ia memukul meja dan berteriak girang ketika mendengar pesan suara dari si calon. Ia tak bisa―terlalu gemas calonnya ini, makanya, mumpung tak ada orang, Halilintar langsung menyalakan mode dirinya yang tak seorang pun tau sampai sekarang.
Yaitu, jingkrak-jingkrak kelewat senang dan terus mengatakan, "manis banget, gemes banget, lucu banget, huuu gemes."
Tapi―itu semua tak berlangsung lama karena tiba-tiba Fang datang dengan mengetuk pintu terlebih dahulu. Untung diketuk, kalau tidak, mampus sudah dia. Imagenya hancur.
"Li? Gue masuk, ya."
"O-oh―ekhem, iya. Masuk aja."
Ceilah balik lagi.
Pukul 17:03
FrostFire sudah kembali ke rumah, perjalanan dari kantor Halilintar ke rumahnya memang lumayan jauh, karena itu, FrostFire tak begitu suka ketika harus pergi ke sana. Ia lebih suka jika Halilintar yang mendatanginya.
Saat FrostFire selesai menaruh tas kerja dan laptopnya ke tempat yang aman, FrostFire mencari keberadaan sang istri―yang saat ini ia tebak sedang bersembunyi.
"[Name], aku udah pulang, loh!"
Dia berteriak di rumahnya itu, agar penghuni rumah yang ia panggil namanya muncul di depannya tanpa harus ia cari terlebih dahulu.
"Ish, bajumu sama yang lain udah di ruang tengah. Sana mandi di kamar mandi bawah!"
FrostFire mengerutkan alisnya bingung, ia menuju ke ruang tengah di mana ada barang yang [Name] sebutkan tadi. Tapi kenapa?
Segera FrostFire menghampiri kamar mereka. Namun―pintu kamar mereka dikunci, yang itu artinya [Name] sedang menyelamatkan diri sekarang. Setidaknya itu yang dia pikirkan.
"Ih! Mana boleh begini! Bukaaaaaa!"
"Enggak! Gak bakal!"
"Buka!"
"Gak."
"Kenapa, sih? Kalopun aku mandi di bawah, aku butuh umh ... dalemanku. Kamu nyiapin tapi dalemannya gak ada."
"...."
"Aku jebol, ya!"
"??? SINTING, JANGAN! AKU LAGI PAKE BAJU! SABAR SEBENTAR BISA GAK?!"
[Name] berteriak dari dalam kamar, ia panik ketika FrostFire berkata seperti itu. Karena nyatanya, dirinya tidak bersembunyi, tapi sedang memakai pakaiannya saja.
"O-oh! Ya sudah, buka aja. Toh udah sah, kan? Hari ini juga harinya...."
"KAMU BISA GAK SEHARI GAK SINTING APA GIMANA GITU!!??"
_______
Betul, ini masih awal, belum ke mereka hajwndid an.
btw, kayaknya jatah up hari rabu buat minggu ini aku up besok ya! lebih cepet dari biasanya karena aku ada kegiatan organisasi sekolah tanggal 15-17. Itu nginep gituu, no hp hp. mau gak ikut tapi ini wajib 😔 wshdnk.
see u besok, ya!
besok mereka 👀
tulis gak? /jk
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro