Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 3

[Cerita ini dilindungi undang-undang akhirat. Jika melakukan plagiat, akan dicatat oleh malaikat]

"Kalau tidak bisa menjadi solusi,
setidaknya jangan menjadi beban untuk orang lain."

***

Dedaunan kering berjatuhan memenuhi jogging track sore itu. Kebiasaan yang sering Rifly lakukan setelah ba'da azhar adalah menjaga kebugaran tubuh dengan berolahraga di lingkup fakultas hukum. Sore itu cuaca sedang teriknya, matahari masih ingin menampakkan diri. Tapi itu tidak menjadi penghalang Rifly untuk melaksanakan rutinitas pilihannya.

Sudah lima kali putaran Rifly mengelilingi jogging track dengan kecepatan sedang. Fisiknya yang sangat baik itu mendukung semua aktivitasnya seharian, padahal dari pagi hingga pukul dua siang tadi ada perkuliahan dan makannya pun hanya pada siang hari saja. Anak kos yang super irit.

Laki-laki berparas dingin itu mempunyai prinsip bahwa dari manapun latar belakang seseeorang, tergolong dari keluarga seperti apa pun, orang kota atau kampung, jika berbicara daya tahan tubuh dan kesehatan semua itu tergantung pada pribadi masing-masing. Jadi tak heran jika Rifly selalu tampak segar di mata para kaum hawa sekalipun ia selalu menampakkan wajah arogansinya itu. Mungkin saja hal tersebut yang membuat beberapa wanita di kampus tertarik dengannya.

Setelah merasa cukup untuk mengeluarkan banyak lemak dan kalori, Rifly mencoba menepi di salah satu pepohonan rindang untuk berselonjoran. Napasnya masih terengah-engah saat mencoba duduk di atas rerumputan. Keringatnya terus saja bercucuran, bajunya sudah sedari tadi basah menyerupai orang yang sedang mandi keringat.

Semakin sore, matahari semakin terlihat redup lantaran secara perlahan bergeser ke ufuk barat. Cahaya merah mulai terbentang memadati langit. Sore itu kondisi lapangan mulai ramai oleh pengunjung. Kurang lebih sejam lamanya Rifly beristirahat di bawah pohon, napasnya sudah teratur sekarang.

Rifly kemudian berdiri untuk bergeser kembali ke kos, ia merasa dua belas kali putaran yang hampir sejam sudah cukup hari ini. Ia kemudian bergegas menuju parkitan motor, Rifly baru menyadari bahwa ia belum juga meminum air sedari tadi dan tumbler minumnya ada di dalam bagasi motor.

Di tengah perjalanan menuju parkiran, seseorang memanggil dan menghampiri dirinya, lagi-lagi seorang perempuan. Tapi kali ini perempuan yang menutup mahkotanya dengan jilbab segitiga berwarna merah—hampir semua perempuan beranggapan bahwa rambut adalah mahkota baginya—, Rifly mengenali wajahnya yang sering ada di beberapa jadwal kelas yang sama dengan perempuan itu. Tapi sayang sekali, ia tidak mengetahui namanya.

"Permisi, Rifly," tegur perempuan itu.

Rifly yang tadinya sudah ingin balik ke kos justru terhadang. "Iya, kenapa?"

"Gue boleh minta tolong nggak?"

"Minta tolong?" Alis Rifly mengernyit.

"Oh iya, kenalin ... gue Intan." Perempuan itu menyodorkan tangannya ke Rifly.

Lagi-lagi Rifly tidak mengindahkan. Ia tidak menjabat tangan perempuan itu. "Maaf, saya tidak bersalaman dengan perempuan," ketusnya.

"Loh kenapa?" tanya Intan.

"Bukan mahramnya."

"Oh ..." Perempuan itu menurunkan tangannya tapi wajahnya masih berusaha tersenyum. "He he, kirain kenapa."

"Maaf, jika tidak ada yang begitu penting. Saya permisi."

Baru saja Rifly ingin melangkah, Intan tidak melepasnya. "Eh, bentar. Gue belum selesai."

Perempuan itu merentangkan tangan kanannya untuk menghadang. Entah ini wanita ke berapa yang tak diindahkan oleh Rifly. Pandangan perempuan itu seakan tak mau hilang dari hadapan laki-laki yang seolah ingin terlihat bengis pada setiap mata perempuan.

Akan tetapi tak bisa dipungkiri, meski jawaban Rifly begitu keras dan tajam hingga menusuk hati, caranya memperlakukan perempuan cukup sopan dengan menggunakan bahasa-bahasa yang baku.

"Gue boleh minta tolong isi ini nggak?" tanya Intan lagi sembari mengangkat telepon genggamnya.

Mata Rifly seketika tertuju pada layar handphone milik Intan. Tulisannya cukup besar untuk ia baca.

Google Form:

Formulir pendaftaran Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Hukum

"Ini apa?" tanya Rifly.

Intan masih tersenyum, menatap wajah dingin Rifly. "Google form."

"Iya, tahu. Maksud saya, buat apa kamu nunjukin itu ke saya?"

"Oh. Gue mau lo ikut open recruitment organisasi ini."

Mata Rifly menyipit. "Terus .. minta tolongnya di mana?"

Perempuan itu menggaruk-garuk kepalanya. "Yaaa ... minta tolongnya lo daftar organisasi ini buat dalemin ilmu agama. Nanti kita barengan deh belajarnya."

Rifly menggelengkan kepala. Ia tersenyum kecut. "Saya nggak tahu harus bilang apa. Tapi saya serius bertanya. Kamu dari tadi nggak jelas, mau kamu apa, sih, sebenarnya?" Rifly melipat kedua tangannya di depan dada.

Lagi pula Rifly benar-benar tidak akrab dengan perempuan yang sedang mempermainkannya itu. Paling tidak, ia mengenal wajahnya yang selalu muncul di beberapa kelas yang mata kuliahnya sekelas dengannya. Jadi Rifly tidak ada jalan lain selain meladeninya.

Intan mendengkus dan berdecak sebal. "Lo jadi cowok nggak peka! Udah berapa cewek yang lo jutekin, sih? Gue tuh serius mau ngajak lo masuk organisasi ini. Yaa biar kita bisa lebih akrab. Itu sih mau gue."

"Lebih akrab? Apa sebelumnya kita saling mengenal?" tanya Rifly.

Terlihat raut wajah cantik Intan berubah rancu, bibirnya perlahan berkeluk. "Gue kenal sama lo. Tapi ... lo bukannya kenal ya sama gue?"

"Saya cuman kenal muka. Nama kamu baru saya tahu tadi pas kamu memperkenalkan diri. Intan, kan?" Rifly menjawab datar.

Mendengar jawaban tersebut, hati Intan seperti tertusuk-tusuk. Siapa yang tak mengenal Intan di kampus ternama itu? Salah satu anak dosen yang banyak diincar oleh senior maupun sejawatnya. Tapi apakah Rifly peduli? Mengetahui nama dari perempuan itu saja tidak.

"Sorry ... gue salah orang ternyata! Gue pikir lo tu baik. Tapi tampangnya doang cakep. Tapi hati lo jahat! Gue nyesel samperin lo ke sini!" pekik Intan lalu beranjak pergi

"Kenapa baru menyesal sekarang? Kamu juga tertarik dengan saya? Jangan berharap lebih. Saya tidak sebaik apa yang kamu pikirkan." Kali ini Rifly tersenyum ikhlas kali ini.

Tak semua orang menyukai pujian, dan salah satunya adalah Rifly orangnya. Ia lebih suka dicaci daripada dipuji-puji dan dilangitkan ketampanannya.

Intan mengangguk-angguk. Kali ini ia tersenyum meremehkan. "Betul juga kata mereka-mereka yang tertarik sama lo. Lo tuh arogan. Bukan siapa-siapa tapi sombongnya selangit!" hardiknya.

Perempuan mana yang tak sakit hati menerima tamparan kata-kata pedas dari seorang Rifly. Ia tak suka dengan perempuan yang bertele-tele, tidak langsung to the point. Sudah cukup berhadapan dengan perempuan sosialitas pagi tadi, sore hari dipertemukan dengan perempuan yang tidak jelas apa maunya.

"Inilah saya. Kenapa? Kamu tidak terima? Tidak suka? Silakan benci sesukamu. Dan satu lagi. Kamu tadi mau minta tolong, kan? Maaf, saya tidak bisa membantu kamu. Maaf kalau ini menyakitkan."

Intan tidak mengindahkan kata-kata Rifly, ia sudah muak berhadapan dengan lelaki yang sudah membuat mood-nya terganggu. "What ever! Bilang dong dari tadi. Kalau nggak bisa menjadi solusi, setidaknya jangan menjadi beban untuk orang lain!"

Perempuan itu menarik sebelah jilbabnya ke belakang, ujung jilbabnya hampir mengenai wajah Rifly. Ia sengaja melakukan itu karena dongkol dengan perlakuan Rifly padanya.

"Misi! Gue mau lewat!" Intan menyambar Rifly dengan sangat kasar.

Rifly mendesah kesakitan. "Astagfirullah. Kenapa harus kontak fisik?!" celetuk Rifly.

Sayangnya, perkataan Rifly tidak diindahkan. Ketika Rifly menoleh, perempuan itu sudah jauh melangkah. Entah Rifly yang salah karena berperilaku tak sewajarnya atau Intan yang terlau terbawa perasaan.

Hanya saja, semua perempuan di kampus yang pernah berusaha mendekati Rifly bukannya sudah tahu kalau laki-laki satu ini tak pernah mengindahkan perempuan mana pun?

Satu mangsa lagi sudah dibuat Rifly mendongkol. Apa esok masih ada? Memang susah kalau ketampanan sudah di atas rata-rata, oleh karen itu Rifly ingin menjaganya dengan sebisa mungkin berperilaku dingin pada setiap perempuan yang ingin melakukan pendekatan pada dirinya.

***
To be continued ....

Bismillah,
Sebelumnya saya mau mengucapkan Marhaban Yaa Ramadhan untuk semua muslim yang sedang melaksanakan ibadah puasa pada ramadhan tahun ini. Semoga puasanya lancar yaaa. Jangan lupa hatam 30 juz yak hehe *ya walaupun author usaha juga buat bisa tadarusan till 30 juz🌝🙏🏻*

Oh iya, ini first update kembali di bulan ramadhan. Dan spesial di bulan ini, saya akan update rutin di siang hari (insya Allah)

Jadi, kita bakal ngebubu-READ bareng dimari'. Jadi jangan lupa add ke reading list kalian cerita "Single Lillah" mulai dari sekarang!

Dan ... rajin-rajin komen & vote cerita ini yaaa. Biar saya nggak kesepian. Wkwk

Syukron waa jazakumullah khair.

Sampai jumpa besok😇🙏🏻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro