BAB 1
[Cerita ini dilindungi undang-undang akhirat. Jika melakukan plagiat, akan dicatat oleh malaikat]
"Di balik kesulitan, masih ada kesulitan. Jadi pandailah menahan keluhan.
Sebab setiap kesulitan ada kemudahan yang pasti Allah berikan.
Perbanyak husnuzan, dan berhenti suuzan."
***
Mampus, tugas gue ketinggalan di kos!
Rifly menepuk keras jidatnya seraya berlari keluar dari dalam kelas. Dengan begitu cepatnya, ia terbirit-biri turun dari lantai tiga tanpa menghiraukan orang-orang yang sedang menaiki anak tangga. Semua mata dikejutkan oleh laki-laki berambut gundul itu. Untung saja, Rifly begitu lihai mengelabui sekerumun orang yang berlalu lalang.
Lima menit lagi waktu kuliah akan dimulai. Sementara Rifly harus menempuh waktu selama sepuluh menit dari kampus menuju indekos dengan mengendarai motor. Raut wajahnya begitu penuh dengan kecemasan, laju motor dengan kecepatan tinggi membuat kemeja navy blue yang ia kenakan terlihat kusut setelah subuh tadi disetrika rapih.
Ia harus tiba tepat waktu di kelas dengan kondisi tugasnya sudah harus ada di atas meja dosen sebelum dosen bersangkutan memulai perkuliahan. Tapi nahasnya, Rifly kehilangan kesempatan itu. Setelah mengambil selembar kertas folio yang memuat tulisan tangan tugas mata kuliah Hukum Pidana, pintu kelas sudah tertutup rapat.
Rifly memutar badannya sambil ngos-ngosan. Embusan napas pasrah keluar ketika ia melihat waktu pada arloji yang melekat di pergelangan tangan kiri. Alama, telat lima belas menit. Masuk nggak, yaaa. Lirihnya bimbang.
Minggu kedua perkuliahan Rifly sudah harus mendapatkan kesialan. Di dalam kelas, dosen sudah hadir sebelum dirinya dan konsekuensi harus Rifly terima. Mau tidak mau, ia kembali memutar badannya, dan mengumpulkan keberanian membuka pintu kelas yang sudah tertutup rapat itu.
Selang beberapa detik, Rifly mengucapkan salam dengan kondisi pintu kelas yang sekarang setengah terbuka. Sontak semua mata tertuju padanya. Dari dosen hingga mahasiswa semester dua yang masih tergolong MABA (Mahasiswa Baru) hingga Bu Maya selaku dosen pengajar. Kelas Hukum Pidana A yang dipenuhi mahasiswa dari berbagai daerah itu tak memberi senyum sapa sedikitpun padanya oleh karena belum saling mengenal satu sama lain. Namun, di pojok kiri kursi paling depan, satu laki-laki berbadan gemuk tersenyum menyeringai menatap ke arah Rifly, seperti sedang menertawai temannya yang sebentar lagi akan dapat semprotan dari dosen.
Seketika kelas hening. Rifly menatap dosen dan berkata, "Maaf, Bu. Saya tadi pulang ambil tugas yang ketinggalan di rumah." Ia berjalan tersenyum ke arah meja dosen dan meletakkan langsung kertas tugasnya di atas meja.
"Telat berapa menit?" tanya dosen pengajar terdengar sangar.
Rifly berpura-pura kembali melihat waktu, padahal ia sudah tahu. "Lima belas menit, Bu."
"Oke, silakan. Kamu mahasiswa pertama di minggu kedua semester dua ini yang melakukan pelanggaran kontrak kuliah di kelas saya," tegasnya.
"Huft," Rifly mendengkus. "Siap, Bu."
"Keluar sekarang juga, atau kamu mau nyanyi? Silakan kamu pilih."
Rifly melempar tatapan ke arah temannya yang sedari tadi cengegesan, wajahnya penuh dengan kepuasan melihat temannya akan mendapatkan hukuman. Ilham memainkan alisnya, tapi tetap saja matanya menyipit karena tersenyum naif.
Sudah pasti Rifly akan memilih bernyanyi di depan kelas, di depan semua MABA yang sekiranya wajah laki-lakinya terlihat sama semua oleh karena kepala yang cukurnya seukuran, dua senti dan hampir menyerupai botak. Daripada harus keluar dari kelas dan ketinggalan mata kuliah, bernyanyi adalah pilihan terakhir.
"Saya mau nyanyi saja, Bu," dijawabnya lesu.
"Oke, silakan. Tapi tunggu ...."
Bu Maya, dosen yang sedikit tegas ketika memberi hukuman tapi enjoy saat membawakan materi kuliah menjeda Rifly yang sudah ingin mulai bernyanyi. Dosen itu justru mengeluarkan handphone dari dapat tas, lalu membuka aplikasi instagram kemudian merekam Rifly di instastory.
"Action." Bu Maya tersenyum lebar.
Wajah Rifly semakin menunjukkan kepasrahannya. Ia bingung ingin menyanyi lagu apa, ia benar-benar tidak mahir melantunkan lagu pop, up beat, jazz, atau pun dangdut. Terkecuali ....
Rifly menutup mata sejenak, lalu menarik napas panjang. Setelah itu ia membuka mata, dan mengeluarkan suara yang setidaknya membuat semua mata di semua kelas hampir tak berkedip.
Ia berselawat menyebut Nabi Muhammad.
Yaa nabi salam alaika
Yaa rasul salam alaika
Yaa Habib salam ailaika
Sholawatullah alaika
....
Tak berlangsung lama, setelah selesai Rifly mendapatkan tepuk tangan dar kelas dan tak ada komentar pun dari Bu Maya. Setelah itu Rifly langsung duduk di kursi sebelah Ilham yang sedari tadi cengengesan. "Puas lo, Pororo!" sinis Rifly.
Ilham tak kuasa menahan tawa. "Tinggi juga nyali lo, Rif. Kenapa nggak keluar aja, sih."
Baru saja Rifly ingin membalas Ilham, Bu Maya langsung memotong perbincangan mereka berdua.
"Tadi itu nyanyian, ya? Atau selawatan, sih?" Bu Maya mengernyitkan alis. Ia seperti berpikir.
Mata Rifly membelalak. "I—iya, Bu. Nyanyian tanpa ritme dan irama. He he," jawabnya asal.
"Ah, tadi kamu versi ngaji, kan?" elak Bu Maya.
"Nggak ngaji, kok, Bu," bantahnya "Kan tadi saya nggak lagi megang al-qur'an,"
Tawa di kelas kemudian pecah. Begitu juga dengan Ilham hingga tak sadar memukul pundak Rifly. Jawaban Rifly seakan-akan menjadi bahan candaan, dan ia juga turut menertawakan dirinya.
Terlihat Bu Maya menggelengkan kepala. "Semuanya diam!" serunya. "Rifly, kamu itu saya suruh nyanyi. Bukan ngaji! Silakan kamu berdiri dan angkat kaki dari kelas!" Suara Bu Maya tiba-tiba meninggi dan berhasil membuat seisi kelas hening kembali.
Apa? Keluar? Rifly membatin.
"Tapi, Bu? Sayakan sudah melaksanakan hukuman dari Ibu," elaknya.
"Kamu terlalu banyak ngeyel. Sekarang juga keluar!"
"Ta—tapi, Bu. Sa—"
"Keluar!" pekiknya sekali lagi sembari menunjuk ke arah pintu kelas. "Nggak ada tapi-tapian."
Untuk kesekian kalinya Rifly mengembuskan napas pasrah. Dengan terpaksa ia berdiri dan jalan tertunduk melewati teman-temannya dan juga Bu Maya. Kelas masih hening, Ilhan tak lagi tertawa di sana. Wajahnya datar melihat Rifly yang diusir dari dalam kelas.
Apa tadi jawaban Rifly berkesan mengolok-olok sehingga membuat Bu Maya sedikit tersinggung? Ia seperti tidak menerima perlakuan yang Bu Maya lakukan terhadapnya.
Di luar kelas, Rifly kemudian bersandar pada tiang penyangga koridor. Pikirannya kalang kabut. Wajahnya menatap langit kampus yang begitu cerah, tapi sayangnya, perasaan Rifly berantakan. Ini untuk pertama kalinya ia membuat masalah dengan dosen, berharap tidak akan pernah lagi. Ingin rasanya ia berkeluh kesah, tapi ia selalu ingat pesan mamanya.
"Di balik kesulitan, masih ada kesulitan lainnya. Jadi tahan keluh kesahmu, yaa, Nak. Kalau mau ngeluh, ke Emak aja. Nggak apa-apa. Jangan dulu ke Allah, cukup istigfar. Takutnya nanti kamu yang harusnya huznuzan, malah suuzan. Ke orang lain aja nggak boleh berburuk sangka, apalagi ke Allah."
Rifly mengelus dada seraya mengucap, Astagfirullah al-azim. Ya Allah, maafin hamba-Mu ini.
Ya Allah, hamba lapar. Pengin makan aja, mumpung Ilham si barbar lagi di kelas.
Ia tertawa sendiri, dan kemudian memilih pergi dari depan kelas menuju Kantin. Setidaknya, ia bisa mengambil sisi positif dari masalah yang dihadapinya hari ini.
Sejatinya, Rifly tak pernah mengeluh tatkala masalah menghampiri. Sebab di saat ia ingin mengeluh, pikirannya selalu membawanya ke arah yang positif. Dan salah satu yang Rifly hindari sejak dulu adalah sifat berburuk sangka kepada sang pencipta langit dan seisinya. Sebisa mungkin ia harus pandai menahan berbagai macam keluhan dalam hidup.
***
Alhamdulillahirabbilalamin ...
Bab pertama dari "Single Lillah" sudah tayang. Dan dalam seminggu ini, saya bisa update cerita ini dua kali dalam seminggu. Insya Allah, diminggu-minggu berikutnya bisa seperti ini, mohon doanya.
Saya ucapkan, syukron waa jazakumullah khairan yang sudah membagikan vote dan komentar-nya, yaa. Dukungan antum sekalian selalu membuat saya semangat untuk terus berkarya.*insya Allah*
So lets start, ada apa sih dengan cerita ini? Siapa Rifly? Well, sepanjang Bab selain membaca, kita akan selalu berjumpa di akhir cerita per bab, yaa. Kita akan bercerita panjang perihal kisah yang satu ini. Insya Allah akan menginspirasi kita semua.
Oleh karena itu, jangan lupa untuk add cerita ini ke reading list kalian dan follow instagram saya untuk mengetahui info-info terupdate Single Lillah di sana.
You can find me here (on instagram):
@yudiiipratama
@wattpad.wahyudipratama
Happy reading, everyone!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro