Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

9. Terungkap (a)

Written by Yamashita_Izumi
Edited by HafsahAzzahra09

***

"Kim-ssi!"

Suara lalu-lalang kendaraan yang melaju sama sekali tidak mengganggu. Begitu pun rambutnya sedikit berantakan diterpa angin, Ara tetap berkonsentrasi penuh pada layar ponsel pintarnya. Chit-chat dengan seniornya, Myunghae, menyita banyak perhatian gadis itu. Namun, panggilan barusan mampu membuat konsentrasinya pecah seketika.

"Kim-ssi! Apa kau tidak bisa mendengarku, huh?"

"Astaga, menyebalkan sekali! Siapa, sih?" gerutu Ara sambil mengalihkan pandangan dari layar ponsel menuju arah datangnya suara. "Seo Komsa-nim?" Wajah gadis itu sedikit terkejut saat menyadari siapa yang baru saja memanggilnya.

Jungho menggerakkan telunjuk, menyuruh Ara untuk datang ke tempat ia berdiri. Gadis penggemar teh itu sedang malas untuk berjalan. Namun, kasusnya yang belum benar-benar selesai dan rasa penasaran, membuat Ara mendekat cepat ke arah Jungho.

"Ada apa, Komsa-nim?" tanya Ara penasaran.

"Seperti yang kau tahu, kami sudah mengumpulkan banyak bukti bahwa Choi Dalpo positif pengguna narkoba sekaligus pelaku yang telah memfitnahmu. Namun, masih ada sedikit proses yang perlu kau lakukan sebelum persidangan. Bisa ikut aku ke kantor polisi?"

Tubuh Ara bergetar karena amarah. Sosok yang cukup populer di kampus Yonsei itu ternyata berhati busuk. Di balik wajah tampan dan kekalemannya, Dalpo justru menyinpam fakta yang sangat mengecewakan Ara. Walaupun Dalpo kerap berbohong, Ara tetap tidak menyangka seniornya itu akan tega memfitnahnya.

"Tentu saja, apa pun akan kulakukan agar Dalpo Oppa membusuk di penjara!" seru Ara sambil memegang erat ponselnya, menahan amarah.

Jungho menatap iba pada pelajar yang menjadi kliennya itu. Empati memenuhi perasaannya. "Setelah dari kantor polisi, apa kau punya waktu?"

"Eh?"

"Aaa ... aku hanya ingin sedikit membicarakan soal psikologis Dalpo. Kau 'kan mengenalnya, aku membutuhkan keteranganmu sebagai bahan belajarku. Ba-bagaimana?" lanjut Jungho agak gugup.

Ara sedikit kikuk. "Ng ... boleh saja. Tidak ada yang melarang."

Jungho pun segera mengajak Ara masuk ke mobil sedannya dan segera melesat ke kantor polisi. Sebenarnya, ini hanya motif sang jaksa. Pertemuan pertama mereka cukup mengejutkan. Namun, semakin banyak hari berlalu, Jungho justru semakin tertarik untuk mengenal gadis aneh itu lebih jauh.

♥♥♥

Myunghae sedang berdiskusi dengan Heechul dan Jihan di kafe J-Ha.

"Jihan-ah, Heechul-ah, aku masih tak menyangka Dalpo begitu tega dengan urieui Ara," keluh Myunghae. Kejadian beberapa hari lalu di kantor polisi benar-benar membekas dalam ingatannya.

Ia dan beberapa temannya di komunitas amal tiba-tiba saja didatangi oleh polisi. Berawal dari situ, mereka akhirnya tau mengenai kasus yang menimpa Ara. Syok? Sudah pasti! Mereka bakan menyesal karena hari itu tidak bisa menghadiri rapat keanggotaan dan justru meninggalkan Ara hanya berdua dengan Dalpo. Terlebih Myunghae. Ia yang paling terluka saat mendengar Ara masuk penjara.

"Gara-gara dia pula, acara amal yang sudah kita rencanakan sejak bulan lalu, terpaksa batal begitu saja!" protes Jihan sambil menegak minuman lecinya.

"Mau bagaimana lagi? Uang tiga puluh ribu won juga menghilang. Bisa-bisa para donator mengamuk jika mereka tahu uang ini lenyap." Myunghae menutup muka. Sunyi pun menjadi pilihan saat mereka larut dalam pikirannya masing-masing. Mereka tidak tahu nasib Taeyang setelah kasus ini.

Di saat kedua temannya masih membisu dan tidak memancing obrolan apa pun, tiba-tiba, Myunghae menerima pesan di ponselnya.

"Ya! Ini dari Ara, dia ingin kita mencari keberadaan uang itu."

"Hah? Yang benar saja, kita mau mencarinya di mana?" Heechul menggaruk kepalanya.

"Ara mencurigai Dalpo Oppa. Jadi, kita harus mencurigai siapa pun yang dekat dengannya."

Myunghae mencoba menghubungi teman-teman komunitas amal lainnya untuk meminta bantuan. Setelah mereka menyetujui permintaan Myunghae, ketiga senior Ara itu pun segera bangkit dari kursinya. Mereka segera membagi tugas sesuai instrusi Ara untuk mempercepat proses penyelidikan.

Beberapa orang mengunjungi rumah Dalpo, rumah saudara Dalpo, teman kampusnya bahkan para wanita yang pernah dikencaninya. Mereka pun menyebar ke beberapa titik sasaran. Saling menghubungi untuk memberi kabar terbaru, menjadi kesepakatan mereka.

Namun, setelah jam demi jam berlalu dan hari mulai beranjak sore, mereka masih belum menemukan fakta baru yang mencurigakan. Tidak ada hal baru yang mereka menemukan.

"Myunghae-ya! Sepertinya, kita menyerah saja. Kita jujur saja pada donator kalau uangnya hilang," keluh Heechul yang ingin pasrah pada keadaan. Semua anggota keluarga, teman-teman, dan gadis-gadis yang berkaitan dengan Dalpo tidak mengetahui perihal uang yang sedang mereka cari. Justru ekspresi terkejut dan panik adalah yang mereka dapatkan saat menggali informasi itu.

Mereka mungkin saja berbohong, tetapi, hari ini sudah cukup melelahnya. Anggota Taeyang akan menyelidiki kebenarannya lagi besok. Terlebih Heecgul dan Myunghae merasa kalau Taeyang bukanlah detektif seperti di drama-drama yang biasanya mereka tonton bersama. Pencarian fakta ini tentu akan menjadi pekerjaan yang sangat melelahkan. Heechul kembali meloloskan napas lelah sambil mengusap peluh.

"Lebih baik kita minta bantuan polisi saja," saran pemuda dengan gaya rambut berlayer itu.

"Aku juga ingin begitu. Tapi kita sudah tidak punya waktu! Acara ini akan berlangsung minggu depan! Yang benar saja! Melapor ke polisi membutuhkan waktu dan proses yang panjang. Lagipula, aku sudah tidak ingin menginjakkan kakiku lagi di kantor polisi."

Heechul mengerti, dirinya juga tidak ingin berurusan dengan polisi. Sebenarnya, mereka bisa saja meminta bantuan Ara yang mengenal Jungho. Lelaki itu memiliki banyak kenalan di kepolisian. Namun, Myunghae bersikeras untuk menyelesaikan masalah ini dengan anggota Taeyang sendiri. Tanpa Jungho dan tanpa polisi. Kekeras kepalaannya itu karena ia tidak ingin junior kesayangannya harus terbebani lagi dengan masalah Dalpo.

"Tunggu!" seru Jihan tiba-tiba. "Masih ada satu hal yang belum kita periksa. Vila Hongdae!". Dahulu Dalpo pernah mengundangnya untuk merayakan ulang tahun sang ketua. Tiga anggota Taeyang itu pun segera melesat menuju Vila Hongdae.

Sesampainya di sana, Mereka mengenda-ngendap. Bersembunyi. Mengintip. Bersembunyi lagi. Berjingkat. Lalu bersembunyi lagi. Sudah persis seperti di film atau drama kejar tayang favorit Myunghae.

Dari jarak aman, mereka melihat ada dua pengawal di depan pintu. Ketiganya meningkatkan kewaspadaan. Mata memicing. Telinga dilebarkan untuk menangkap suara sekecil apa pun. Aman. Di sini terlalu sepi. Mereka hanya butuh melewati penjagaan sang pengawal.

"Bagaimana ini?" ucap Myunghae sambil menggigit bibir. Meskipun sudah berlagak keren macam actor dan akris film action, nyatanya mereka tetap diserang cemas.

"Begini saja. Aku akan mengalihkan perhatian mereka. Ketika aku membawa mereka menjauh dari vila ini, kalian harus segera berlari ke dalam. Kalian harus bergerak cepat. Waktu kita tidak banyak dan kesempatan ini cuma datang satu kali. Jangan gegabah! Segera temukan uang itu dan cepat kabur. Kalian mengerti?" perintah Heechul sambil menyiapkan mental untuk melakukan aksi ini.

Myunghae memegang erat ujung pakaiannya, merasa gugup. Namun, mereka tidak memiliki pilihan lain. Siap tidak siap, mereka harus menghadapi dan menjalankan rencana lelaki itu.

Heechul mengambil batu dengan ukuran cukup besar yang ada di kakinya. Tanpa ragu, ia pun melemparnya kuat ke arah jendela vila. Mendengar bunyi kaca yang pecah, dua pengawal itu menoleh ke arah datangnya sumber masalah dan menyadari keberadaan Heechul di sana. Sontak hal itu membuat kedua pengawal mengejar Heechul yang mencoba kabur.

Vila kosong. Myunghae dan Jihan tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk berlari secepat yang mereka bisa. Kaki jenjang mereka melewati halaman menuju pintu masuk. Namun, masuk ke dalam vila ternyata tidak semudah itu. Pintu kayu di depan mereka terkunci. Kedua gadis ini harus cepat memutar otak. Setelah terdiam selama kurang lebih 15 detik, mereka pun bergerak memutar ke halaman belakang. Mencari akses masuk yang lain.

Beruntung, ada sebuah jendela yang terbuka dan tidak berteralis. Jihan pun membantu Myunghae untuk masuk. Myungahe menggunakan pundak Jihan sebagai pijakan karena letak jendela itu yang cukup tinggi. Mereka tidak bisa masuk bersamaan. Terlalu sulit. Maka, Jihan pun menunggu Myunghae di luar dan membiarkan temannya mengacak-acak setiap sudut ruangan vila yang sepi.

Myunghae menggeledah setiap laci dan mengecek buku-buku dan semua benda yang ada di dalamnya. Bukan itu yang ia cari. Ia pun mengembalikan asal benda-benda itu ke tempat asalnya. Peluh di dahinya mulai mengucur. Ia cemas dan takut para pengawal itu akan kembali di saat misinya belum selesai. Ditambah dengan detak jarum jam dinding terus berbunyi, adrenalin gadis itu benar-benar dipermainkan.

Bola mata Myunghae berlarian cepat, menyisir setiap sudut, mungkin saja ada hal yang terlewat. Dan ....

"Gotcha! Akhirnya, aku mendapatkanmu!"

Myunghae memegang sebuah kunci kecil yang diduga sebuah kunci brankas. Ia berharap kali ini perkiraannya tidak salah lagi. Myunghae pun bergerak mencari brankas itu di setiap kamar. Namun, ini tidak semudah yang ia bayangkan. Tidak ada satu lubang kunci pun yang cocok. "Sial! Ini kunci apa, sih?"

"Eonni! Cepat!" seru Jihan mengingatkan. Gadis yang menunggu di luar vila itu gugup jika dua pengawal itu kembali.

Berhenti mengumpat, Myunghae segera melangkah dan mencari sesuatu yang ia lewatkan. Manik cokelat itu akhirnya menangkap pintu yang sejak luput dari perhatiannya.

Apa ini pintu menuju ruang bawah tanah?

Untuk menjawab pertanyaannya, Myunghae pun segera turun ke ruangan itu menggunakan tangga berkelok yang terbuat dari besi. Gadis itu berusaha menjaga keseimbangan meski ia turun sambil setengah berlari dengan memegang pegangan besi yang menjalarkan sensasi dingin di permukaan kulitnya.

Sesampainya di ruang bawah tanah, Myunghae sedikit terkejut ketika melihat puluhan brankas yang berjejer rapi. Ia mendesah frustasi. Gadis bersurai panjang itu melihat kunci yang digenggamnya, tidak bernomor. Brankar-brankar ini juga tidak bernomor.

"Apa lagi sih ini? Kenapa tidak ada nomornya?" Myunghae menggerutu kesal. Namun, gadis itu tidak memiliki waktu untuk emosi. Dengan cara manual, ia pun segera mencoba kunci yang dibawanya pada setiap brankar.

Peluh semakin membanjiri wajah Myunghae karena ruangan ini tidak bersikulasi udara baik. Sama seperti di lubang kunci lainnya, kunci yang dipegangnya tidak cocok di brankar mana pun. Kecemasan dan kepesimisan mendadak menyerang hatinya.

Apa kunci ini hanya benda tidak berguna? Mengapa tidak ada yang cocok sih!

Mulutnya terus mengomel, begitu pun tangan kanannya yang terus mencoba. Hingga akhirnya, terdengar bunyi klik di brankas nomor 49. Myunghae benar-benar lega. Kunci yang ia temukan bukanlah benda rongsokan tak berguna. Dengan kunci itu ia membuka brankar yang membuatnya tercengang. Segepok uang dan sebuah buku catatan berada di sana. Buku yang berisi catatan keuangan Taeyong. Tidak hanya itu, bahkan ada sebuah ponsel yang tergeletak di sana.

Merasa tidak memili waktu, Myunghae pun memasukkan semua barang temuannya ke dalam dalam tasnya. Jihan pasti sudah kepalang cemas menunggunya di luar. Gadis itu pun menutup brankar lalu mengambil langkah lebar menuju tangga dan berakhir di pintu keluar. Sekarang ia hanya perlu melompat melalui jendela dan Jihan sudah menunggunya di bawah.

"Minggirlah, aku bisa melakukannya sendiri." Jihan pun menggeser badan dan membiarkan Myunghae mendarat di rerumputan dengan selamat.

"Ternyata dia belum memakainya," desis Myunghae.

"Apa itu, Eonnie?" Tanpa menjawab pertanyaan Jihan, ia berjalan cepat meninggalan vila sambil merogoh ponsel dan menelpon Ara.

"Yeoboseyo, Ara-ya!"

"Ada apa? Eonnie menemukannya?" Jihan masih bisa mendengar suara Ara di seberang telepon meski Myunghae tida menghidupkan speakerphone.

"Ne. Aku menemukannya. Dia benar-benar pelakunya." Jawaban Myunghae membuat Jihan maupun Ara terkejut.

"Nugu?" tanya Ara.

"Choi Dalpo!"

♥♥♥

Note: Babnya sengaja aku bagi 2 karena kepanjangan. Jadi biar nyaman bacanya. Tetep vomment(s) dua-duanya ya, Sobat :)


27 Agustus 2020

Revisi 1: 28 Mei 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro