Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

8. Positif

Written by HafsahAzzahra09
Edited by Yamashita_Izumi

***


Kyunggu—kapten polisi yang membantu Jungho dalam kasus narkoba yang melibatkan Ara, tiba di Universitas Yonsei pada pukul 11 pagi. Ia bersama rekan-rekannya langsung menuju Fakultas Bisnis—tempat di mana Dalpo menuntut ilmu.

Beberapa pasang mata serempak menoleh ke arah sejumlah lelaki dalam balutan seragam polisi. Rasa penasaran yang disertai suara bisik-bisik pun mengudara. Para mahasiswi tidak bisa melepas tatap dari Kyunggu yang terlihat sangat berwibawa. Ketegasan dan kharismanya sebagai kapten polisi tercetak dari raut dan rahang tegas yang membingkai wajahnya.

Dengan langkah mantap, mereka pun tiba di depan salah satu ruang kelas di gedung itu. Sebuah kebetulan, karena di saat yang bersamaan, Dalpo dan teman-temannya baru saja menyelesaikan kelas mereka.

"Choi Dalpo-ssi?" panggil Kyunggu. Si empunya nama pun menoleh dan melihat sebuah name tag petugas kepolisian tepat di depan wajahnya.

"Ne."

"Kami memiliki surat perintah untuk melakukan pemeriksaan terhadap Anda dan juga teman-teman Saudara," ucap Kyunggu tegas sambil melirik ke arah teman-teman Dalpo.

"P-pemeriksaan terhadap siapa?" Dalpo tergagap mendengar pernyataan Kyunggu.

"Choi Dalpo, Lee Kwangsoo, Chae Myunghae, Jang Jaehyuk, Kang Heechul. Kalian semua ikut kami ke kantor polisi."

"T-tapi mengapa kami harus ikut?" tolak Heechul.

"Kalian akan mengetahuinya setelah tiba di kantor polisi."

Beberapa anak buah Kyunggu pun menarik kedua tangan para mahasiswa itu di belakang punggung. Para mahasiswa ini pun digiring paksa menuju mobil polisi yang terparkir di depan kampus. Beberapa pertanyaan terlontar dari bibir mereka. Namun, Kyunggu beserta anak buahnya memilih untuk menyuruh anak-anak muda itu diam.

Seluruh mahasiswa Falkuktas Bisnis yang ada di sekitar tempat kejadian menjadi semakin penasaran saat melihat Dalpo-lah target incaran para petugas hukum. Pasalnya, salah satu lelaki yang kerap digilai banyak wanita itu aktif di beberapa acara sosial, dan memiliki sifat malaikat. Tidak mungkin Dalpo terlibat dalam kasus hukum.

Ini pasti sebuah kesalahan. Pasti ada yang sedang memfitnah dan menjebak Choi Dalpo. Berbagai spekulasi dalam bisikan-bisikan halus para mahasiswi mengiringi kepergian sang idola kampus.

***

Seo Jungho sedang mondar-mandir di dalam ruang kepala kepolisian. Sesekali, sudut alisnya menyatu, tanda ia sedang berpikir. Namun, itu tidak berlangsung lama. Suara pintu yang terbuka membuatnya menoleh.

"Seo Jungho-ssi. Mereka telah di sini." Ucapan Cho Kyunggu itu membuat Jungho mengikuti polisi itu tanpa diperintah.

Di ruangan terpisah, Jungho bisa melihat sekelompok mahasiswa yang masih menggendong tas gendong sedang duduk di ruang pemeriksaan. Mereka pun balas menatap Jungho. Raut penasaran terlihat di wajah Kwangsoo, Jaehyuk dan Heechul. Ketiga pemuda ini benar-benar tidak mengetahui alasan mengapa mereka harus duduk di ruangan ini.

Sedangkan Myunghae—sebagai satu-satunya wanita di ruangan ini, mata mungilnya memancarkan binary kagum saat melihat sosok jaksa muda di depannya. Ia sampai lupa alasan dibalik digiringnya mereka secara paksa ke kantor polisi siang ini.

"Ya, apa lagi yang kau inginkan dariku?" tanya Dalpo ketus. Ketidaknyamanan akan sosok Jungho menguar kuat dari dalam diri lelaki itu.

"Kalian anggota kelompok amal Taeyang, kan?" tanya Jungho tanpa menjawab pertanyaan Dalpo.

"Ne," jawab Myunghae yang diiyakan oleh Jaehyuk dan Kwangsoo.

"Berarti kalian smua mengenal Kim Ara?" tanya Jungho lagi.

"Ah, Ara sudah kuanggap seperti adikku sendiri. Ia satu-satunya pelajar di komunitas kami," jawab Myunghae.

"Ya, kau melupakan Jihan, Bongsoo, Jungseok dan Hyerin?" sahut Jaehyuk.

"Iya-iya, tetapi Ara, satu-satunya yang paling aktif di antara mereka semua," timpal Myunghae lagi.

"Lalu apakah kalian tahu kalau Ara terlibat kasus narkoba?"

"Mwo?"

Semua mahasiswa itu tampak terkejut, terkecuali Dalpo. Selain karena ia telah mengetahui kasus ini sebelum teman-temannya ikut dibawa ke kantor polisi, ia juga sedang berusaha menyembunyikan sesuatu dari semua orang.

Jungho menghela napas berat. "Aku yakin orang itu bukanlah Kim Ara. Ia hanya dijebak. Sehingga aku membutuhkan kesaksian kalian dalam kasus ini. Kalian semua harus menjalani tes urin dan mengikuti sejumlah proses sesuai prosedur," terang Jungho.

Mereka kembali terbelalak dan saling menatap. Ada yang terlihat tenang. Namun, ada juga yang mulai berkeringat dingin. Berada di kantor polisi seperti ini benar-benar menjadi hal terakhir yang mereka inginkan dalam hidup.

"Sebagai langkah awal, kalian harus mengikuti Kyunggu untuk menjalani proses penyelidikan."

"T-tapi aku tidak bisa melakukan hal ini," tolak Dalpo.

Jungho dan Kyunggu memandang heran ke arah mahasiswa jurusan bisnis itu.

"Aku sedang kesulitan buang air. Sudah beberapa hari ini aku sakit karena hal ini," kilah Dalpo sambil memasang raut kesakitan.

Jungho langsung menelengkan kepalanya. Ia menyugar rambut lalu menaikkan kacamata yang bertengger di batang hidung mancungnya.

"Ikuti saja dia. Kalau kau memang sakit, mereka yang akan mengatasimu," komentar Jungho.

Karena jumlah polisi di ruangan ini jauh lebih banyak dibanding saat terakhir kali Dalpo menginjakkan kakinya di sini, lelaki itu pun hanya bisa pasrah saat anak buah Kyunggu menggiringnya menuju ruang pemeriksaan. Terlebih, dengan kehadiran teman-temannya—menjadi tekanan tersendiri bagi lelaki sembilan belas tahun itu. Dalpo tidak ingin terlihat mencurigakan.

♥♥♥

"Ya, bisa-bisanya gadis sepertimu terlibat kasus semacam itu, Ara-ya," komentar Jihan.

"Aku tidak terlibat. Aku dijebak!" protes Ara.

"Dengarkan Ara baik-baik nona muda. Adikku yang jarang mandi ini tidak mungkin terlibat kasus narkoba," sahut Ana.

Jihan dan Hyerin pun cekikikan mendengar komentar kakak kembar Ara itu.

"Eonni jaga bicaramu!" Ara menyedekapkan kedua tangannya tanda tidak suka.

"Aku hanya berbicara fakta, Adikku. Kalau sepanjang hari kau memilih untuk mendengarkan lagu di Youtube dan karaoke di Stimulan, aku akan mudah memercayainya. Tapi kasus narkoba? Ayolah, lelucon macam apa ini," lanjut Ana.

"Lalu, siapa yang menjebakmu? Apa kau tahu?" tanya Hyerin.

"Jungho Oppa, dia hanya mengatakan—"

Nada dering di ponsel Ara menginterupsi obrolan gadis-gadis SMA itu. Si empunya gawai pun merogoh tasnya dan terkejut melihat nama tertera di layar ponselnya yang bergetar. Ana, Jihan, dan Hyerin pun mengisyaratkan agar gadis berambut pendek itu segera mengangkat teleponnya.

"Annyeong haseyo."

"..."

"Komsa-nim!"

"..."

"Ah, benarkah?"

"..."

"Iya-iya. Araseo."

"..."

Obrolan singkat itu pun berakhir. Ara menggigit bibir bawahnya lalu mengetuk-ngetukan ujung ponselnya ke dagu.

"Jungho-Oppa?" tanya Ana yang diiyakan oleh Ara.

"Apa yang dikatakannya?" desak Hyerin.

"Dalpo-Oppa dan teman-temanku di Komunitas Taeyang sedang menjalani pemeriksaan," sahut Ara dengan suara lirih.

"Mwo?"

"Aku berharap ini akan menjadi akhir yang baik. Pelaku fitnah itu harus segera terungkap," timpal Ana dengan kesungguhan dalam ucapannya.

♥♥♥

"Hyung, sepertinya Choi Dal Po-ssi, memang sakit dan tidak bisa buang air," jelas Sang Sangsoo, salah satu petugas medis kepolisian.

"Lalu bagaimana dengan teman-temannya yang lain?" Jungho mengerutkan dahi. Sedikit kesal karena alasan Dalpo kali ini bukanlah bualan.

"Tenang, Hyung. Aku telah mengurus semuanya."

"Tapi, kita bisa melakukan tes darah, kan?"

"Aku memang hendak berbuat demikian."

"Kalau begitu, lakukan apa pun untuk melancarkan proses penyelidikan ini," perintah Jungho.

"Arasseo." Sangsoo pun kembali untuk menjalankan tugasnya.

Hari telah semakin sore, tetapi Jungho masih belum berniat kembali ke rumah. Ia belum merasa lega jika hasil pemeriksaan Choi Dalpo belum keluar. Jungho pun menyugar rambut hitam yang menutupi dahi. Tangan kirinya meraih gelas plastik berisi kopinya yang telah dingin. Menegak minuman hitam itu selalu membuat Jungho sedikit lebih baik.

Kali ini kau tidak bisa lari lagi. Aku telah menagkap kedua kakimu, Choi Dalpo-ssi.

♥♥♥

"Eonni, apa menurutmu Dalpo Oppa memang terlibat dalam kasus ini? Dia adalah orang yang kemarin menjebakku?" tanya Ara sambil memandang langit-langit.

Saat ini Ara sedang berbaring di tempat tidur Ana. Sementara sang pemilik kamar sedang membaca Arisa, komik Jepang favoritnya. Ana pun menurunkan komik itu dari wajahnya dan mulai berpikir.

"Mungkin, walau semuanya masih belum bisa dipastikan. Namun aku yakin, Jungho akan menemukan orang itu," ujar Ana meyakinkan.

"Aku tidak bisa mengusir bayangan jaksa itu dari benakku. Mengapa ia begitu baik?" tanggap Ara sambil menatap kakaknya.

"Hei, apa kau menyukainya?"

Ara pun melempar bantal hingga mengenai wajah Ana. "Jaga kata-katamu, Eonni."

"Ya! Aku hanya bertanya, Ara-ya."

Ara pun mendengkus. "Aku hanya penasaran akan akhir dari penyelidikan ini. Jungho Oppa, sedang mengusahakannya. Alarm detektifku seakan berbunyi, Eonni, huh," ucap Ara sambil mengetuk-ngetuk pelipisnya dengan telunjuk.

Dering gawai di sebelah Ara pun mengalihkan perhatian kedua gadis kembar ini.

Seo Jungho.

Nama itu muncul di layar ponsel pintar Kim Ara.

"Bicaralah." Ana menganjurkan.

"Ne," jawab Ara sambil mengangguk dan menggeser tombol hijau tanda ia menerima panggilan.

"..."

"Mwo? Lalu apa yang terjadi?" Ana mendekat ke arah Ara agar bisa menguping pembicaraan sang adik kembarnya.

"..."

"Ya, bajingan gila. Dia benar-benar!" geram Ara.

"..."

"Arasseo. Aku mengetahuinya sekarang."

Ara menghela napas berat. "Apa yang terjadi?" tanya Ana penasaran.

"Dalpo Oppa, ternyata sakit hingga tidak bisa melakukan tes urin. Tapi, mereka menuntutnya untuk melalukan tes darah. Kali ini ia tidak bisa kabur lagi. Hasil pemeriksaannya adalah positif. Selain itu, tim cyber kepolisian juga telah memastikan kebenaran video dalam ponsel Jungho Oppa. Dalpo Oppa-lah yang memasukkan obat itu ke dalam tasku. Dasar gila!"

Ana mengurut pelipisnya mendengar penjelasan panjang lebar Ara. "Bernapaslah ketika telah selesai bicara."

Ara kembali menghempas tubuhnya ke atas ranjang saat ada suara dering panggilan. Namun kali ini bukan berasal dari gawai miliknya, melainkan ponsel Ana.

Dengan bersemangat, Ana langsung menyambar telepon genggam dan menempelkannya ke telinga kanan. Kedua pipi gadis itu merona. Sesekali, ia menjawab sambil tersenyum. Ara memejamkan mata, tidak peduli dengan pembicaraan sang kakak.

Kakak selalu saja begini. Apa istimewanya sih menjalin hubungan dengan orang terkenal? Lihat apa yang Dalpo, Oppa lakukan padaku?

Ketika semua gadis menatapnya dengan tatapan memuja, mereka tidak tahu kalau dibalik semua popularitasnya, Dalpo, Oppa, sangatlah busuk. Kami tidak pernah memiliki masalah apa pun tetapi ia tega merusak reputasiku dengan sebuah fitnah. Ah sungguh tidak adil. Dunia memang bukan tempat mencari keadilan!

Sementara Ana masih melanjutkan obrolannya dengan Hikaru sambil memilin rambut panjangnya. Senyum bahagia yang terlukis di wajahnya tidak bisa ia sembunyikan. Semakin hari, hubungan keduanya memang semakin dekat. Tentu saja ini tanpa sepengetahuan Izumi. Wanita berdarah Jepang itu bisa kembali marah-marah jika melihat Hikaru berbicara hal tidak penting dalam jangka waktu lama seperti ini. Pita suaranya belum dalam kondisi prima.

Ana juga telah melarangnya. Namun, Hikaru tetaplah Hikaru. Pria dingin yang keras kepala itu tetap akan melakukan apa yang diinginkannya. Jika sudah begitu, Ana pun tidak bisa berbuat apa-apa. Lagipula, ini adalah kali pertama mereka berbicara melalui telepon sejak tiga tahun terakhir. Mungkin tidak akan terjadi sesuatu yang buruk, begitu pikir Ana.

♥♥♥

21 Agustus 2020

Revisi 1: 24 Mei 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro