Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

19. Tart and Ring

Written and design by Hafsah Azzahra
Editer by Yamashita_Izumi

***

Arata Hikaru

Jam 8. Kafe Sinseonhan.

Pesan singkat yang baru saja dibaca Jungho itu benar-benar singkat. Ia memainkan ponsel di antara jari-jarinya, kasus yang menimpa penyanyi asal Jepang tersebut telah selesai. Jungho masih bertanya-tanya mengenai tujuan Hikaru mengajaknya bertemu.

Arata-san benar-benar terlalu irit bicara. Tidak bisakah ia mengetik pesan yang lebih informatif?

Namun, Jungho hanya menelan kalimat itu dalam benak. Kemudian ia membuka catatan di ponsel. Tidak ada perkara serius yang harus ia tangani. Jam kantornya juga telah berakhir sebelum petang. Jungho bisa meluangkan waktu untuk menemui Hikaru.

Seo Jungho

Aku akan datang.

Setelah mengetikkan balasan, Jungho pun mengemudikan mobilnya ke arah Kafe Sinseonhan. Kebetulan, ia sedang ingin makan tiramisu. Menurut teman-temannya di kejaksaan, tiramisu di Kafe Sinseonhan sangatlah enak.

Jungho sudah ribuan kali melintas di jalan ini. Namun, malam ini terasa berbeda. Ia tidak perlu menyalakan pendingin udara di mobilnya. Udara di sekitar sudah cukup membuatnya menggigil. Musim dingin datang pada saat beban di pundaknya terasa ringan. Jungho mengulas senyum tatkala mengingat Ara dan Ana kembali kompak seperti dulu.

Jungho tidak menyesal menyetujui permintaan Ana kemarin. Selain karena hati kecilnya selalu tergerak untuk membantu orang lain, Jungho juga merasa harus membuat Dalpo menyesal telah dua kali berurusan dengannya.

Lampu-lampu dari toko yang dilewatinya terlihat lebih menarik dibanding biasanya. Namun, di antara semua toko yang masih hidup malam ini, netra Jungho terpaku pada bakery di kiri jalan. Ia lalu melirik jam digital di mobil. Masih ada lima menit sebelum waktu perjanjiannya dengan Hikaru.

Lelaki jangkung itu menepikan mobil di toko kue yang masih saja dipadati pembeli walau sudah malam. Lonceng di atas kepalanya berbunyi kala ia mendorong pintu kaca dengan tulisan 'Buka'.

Perut Jungho kembali lapar saat melihat aneka roti dan tart yang dipajang di etalase. Besok adalah hari ulang tahun Ara. Ia ingin memberi gadis itu sebuah kejutan. Jungho menyadari ia bukanlah lelaki yang romantis, tetapi sedikit memberi perhatian pada gadis itu—di sela-sela kesibukannya, perlu ia lakukan.

"Malam, Tuan. Kue apa yang sedang Anda cari?"

"Saya mencari kue ulang tahun." Jungho terlihat bingung memilih kue dalam lemari kaca. Semuanya terlihat enak, pasti Ara sangat menyukainya. Namun, memberi Ara semua kue-kue ini tentu tidak mungkin.

"Untuk kekasih Anda?"

"A-ah. Iya."

"Kue tart cokelat biasanya paling diminati oleh sebagian besar orang. Kekasih Anda menyukai makanan manis?"

"Iya. Dia sangat suka cokelat dan berry."

"Kalau begitu, kurasa ini adalah kue ulang tahun yang paling cocok untuk gadis beruntung itu."

Kue ulang tahun dengan bentuk bulat, berukuran sedang. Terdiri dari kue dasar cokelat dengan selai blueberry di tengahnya. Sisi kue itu terlapisi whipe cream lembut berwarna biru. Cokelat putih cair juga jatuh di sisi cake. Potongan stroberi dan blueberi serta parutan cokelat putih menghias di bagian atas kue. Menyisakan sedikit bagian dengan tulisan "Selamat Ulang Tahun" yang diukir dengan selai stroberi. Kue yang sempurna.

"Kalau begitu saya ingin memesan kue ini untuk besok siang."

Setelah wanita itu mencatat pesanan Jungho, lelaki itu pun melanjutkan perjalanannya menuju kafe Sinseonhan. Jungho benar-benar puas. Ia sudah bisa membayangkan ekspresi Ara saat menerima kue itu. Gadis itu pasti akan langsung menyambar kotak pemberiannya lalu memotong tart. Sama seperti saat Jungho memberi gadis cerewet itu cokelat tempo hari.

Saat Jungho melangkah masuk ke kafe, Hikaru telah duduk di dekat jendela. Lelaki itu terlihat sangat santai dengan sweter rajut putih. Udara memang semakin dingin. Jungho merapatkan jaket yang melapisi kemeja kerja. Setelah ia mengambil posisi di depan Hikaru, seorang pelayan datang untuk mencatat pesanan Jungho.

"Apa kau sudah makan?" tanya Jungho berbasa-basi.

"Aku datang bukan untuk makan." Jungho memang tidak melihat makanan di depan Hikaru. Hanya ada kopi jahe hangat dan ponsel di atas meja.

"Lalu?"

"Besok Ana ulang tahun."

Pernyataan singkat Hikaru mengejutkan Jungho. Lelaki itu melupakan fakta bahwa Ana dan Ara adalah saudara kembar. Jika besok adalah ulang tahun Ara, itu sama artinya dengan ulang tahun Ana.

"Lalu?" tanya Jungho lagi.

Hikaru mendengkus. "Apa kau tidak memiliki kosakata lain selain 'lalu'?"

"A-ah iya. Aku belum mencerna maksud di balik ucapanmu."

"Aku berniat melamar Ana."

"Mwo?!"

Lagi-lagi Hikaru mendengkus. "Dengar, Seo Komsa-nim. Aku bukanlah lelaki yang romantis. Jadi aku ingin meminta bantuanmu agar rencanaku berjalan sempurna."

"Kau ingin melamar Ana di hari ulang tahunnya?"

Hikaru mengangguk sebagai jawaban. Penyanyi Open Your Mind itu ingin menebus kesalahannya yang terdahulu. Ia ingin memperlakukan Ana sebaik mungkin. Terlebih besok adalah pertama kali ia merayakan hari ulang tahun gadisnya.

"Aku sudah memesan kue untuk Ara," ujar Jungho.

"Kadonya?"

"A-ah aku melupakan soal hadiah." Jungho meraba tengkuk untuk menghilangkan gugup.

Tidak hanya Hikaru, Jungho juga baru kali ini memberi kejutan bagi gadis yang berulang tahun.

"Bodoh! Para gadis biasanya menyukai hadiah. Bagaimana mungkin kau melupakannya?" Hikaru berucap dengan mulut tajamnya. Sementara Jungho hanya menelan perkataan benar lawan bicaranya.

Ia pun menyandarkan punggung, berpikir mengenai hadiah yang disukai Ara. Tiba-tiba Jungho teringat akan seseorang yang mungkin bisa membantunya. Beberapa menit setelahnya, pelayan yang tadi mencatat pesanan Jungho datang membawa tiramisu dan secangkir cokelat hangat.

Jungho menikmati makanan kesukaannya sambil mendengar rencana Hikaru. Lelaki itu tidak memercayai ucapan Hikaru jika tadi penyanyi muda berbakat mengaku tidak romantis. Jungho mengaduk cokelat panasnya sambil berpikir. Setelah lebih banyak mendengar penjelasan Hikaru—yang tumben bisa bicara sepanjang itu, Jungho akhirnya bersedia untuk membantunya.

♥♥♥

Seo Jungho

Aku membutuhkan bantuanmu. Apa kau memiliki waktu?

Myunghae

Katakan saja.

Seo Jungho

Aku akan menemuimu besok jam makan siang di Yeongdeungpo-dong.

Setelah mengakhiri pesan singkat, Jungho merebahkan tubuh di atas ranjang. Ia pernah mendengar, tidur adalah jalan pintas untuk segera bertemu fajar. Tanpa ragu ia pun menutup mata dan mencoba mengosongkan pikiran. Namun, sejak setengah jam jam yang lalu—bahkan setelah ia menghitung domba sebanyak seribu, ia tak kunjung terlelap. Ia terlalu gugup.

Besok akan menjadi hari bersejarah dalam hidupnya yang ia harap akan menjadi pertama dan terakhir kali. Bagaimana bisa ia tidur nyenyak jika wajah Ara yang selalu ceria memenuhi setiap sudut pikirnya. Jungho kembali memejamkan mata dan menghitung domba yang ke 1001. Berharap waktu bisa membawanya di hari di mana ia dan Hikaru akan melamar si kembar.

♥♥♥

Jungho berusaha menyelesaikan pekerjaannya secepat mungkin. Jam dua belas tepat, ia telah menyambar kunci mobil untuk bertolak ke Yeongdeungpo-dong. Di detik-detik yang tersisa, ia ingin membeli sebuah cincin untuk Ara. Jungho tahu ini terlalu terburu-buru. Ia tidak memiliki persiapan sama sekali. Namun, Hikaru meyakinkannya bahwa sesuatu yang membuat Ana senang juga akan membuat Ara senang.

Sama seperti saat kemarin Dalpo ingin menyakiti Ara, ia menggunakan Ana sebagai objek penderita. Hal itu terbukti berhasil. Tidak hanya Ana tetapi Ara juga merasakan pilu yang sama akibat fitnah ketua komunitas Taeyang itu. Sehingga Hikaru meminta tolong sekaligus menyarankan agar Jaksa Seo untuk melamar Ara di hari Hikaru melamar Ana.

"Dadaku serasa akan meledak sebentar lagi." Jungho benar-benar panik.

"Tenanglah Jaksa Seo. Kau tampak seperti tokoh dalam novel yang biasa aku baca." Myunghae terkikik melihat kegugupan kekasih sahabatnya itu. "Baiklah lalu cincin seperti apa yang ingin kau beli?" tanya Myunghae mendadak serius sambil memerhatikan deret perhiasan di salah satu toko dalam mal besar.

"Ya. Itulah fungsinya aku mengajakmu ke sini. Aku tidak paham bagaimana selera dan ukuran jari Ara."

Myunghae pun memutar bola matanya. "Ara adalah gadis yang simpel dan berkelas sehingga ia pasti menyukai cincin yang sederhana tetapi memiliki banyak permata. Bingo! Ini terlihat sempurna Jaksa Seo."

Jungho melihat cincin yang ditunjuk Myunghae. Lelaki tampan itu setuju dengan ucapan gadis berambut sepunggung itu. Cincin ini benar-benar menggambarkan kepribadian Ara. Pegawai berseragam hitam pun membantu Jungho mencari ukuran sepasang cincin yang diinginkannya.

Setelah merasa puas lalu dilanjutkan dengan membayar. Hatinya benar-benar lega saat keluar dari toko perhiasan itu sambil membawa hadiah yang ia inginkan. Ini tidak selama yang Jungho pikir. Sepertinya semesta tengah membantu urusannya hari ini.

"Dengar aku Seo Komsa-nim. Ara menyukai lelaki yang rapi, jadi pastikan penampilanmu nanti malam rapi. Maksudku, Ara adalah gadis yang menilai segalanya secara visual untuk pertama kali. Kau mengerti, kan? Jangan lupa juga, Ara menyukai warna biru. Kalau-kalau kau memiliki kemeja berwarna biru."

Jungho mengangguk paham. "Aku tahu. Bahkan tart yang kupesan juga berwarna biru."

"Aku hanya khawatir kegugupanmu membuatmu lupa dengan hal kecil seperti yang kuucapkan barusan."

Setelah berterima kasih, Jungho pun kembali ke kejaksaan. Ia berharap bisa pulang sebelum petang seperti kemarin. Berkali-kali Jungho mengambil dan menghela napas dengan ritme yang berbeda guna kembali meraih fokus.

♥♥♥

Air masih menetes dari ujung rambut Jungho. Handuk putih masih melekat di pinggang hingga lutut. Ia baru saja selesai mandi.

Ara menyukai lelaki yang rapi. Jadi pastikan penampilanmu rapi. Selain itu, Ara juga menyukai warna biru.

Jungho mengingat kalimat yang diucapkan Myunghae tadi siang. Lantas, ia mengambil setelah kemeja birunya. Tak lupa ia menyemprot parfum kesayangannya di beberapa titik di tubuh. Tangannya pun terulur untuk mengambil sisir, rambutnya perlu dirapikan. Sempurna.

Kini ia sudah percaya diri dengan penampilannya. Bercermin sekilas Jungho lakukan sebelum akhirnya benar-benar keluar kamar untuk segera menemui Hikaru. Rencana yang telah mereka susun kemarin harus sukses besar malam ini. Mengingat hal itu, Jungho menjadi semakin gugup.

Hari ini baik Jungho maupun Hikaru memang sengaja tidak mengucapkan selamat ulang tahun pada si kembar. Namun, mereka meminta Ana dan Ara untuk datang ke Cheonggyecheon Stream.

Ana dan Ara tentu sudah mengendus sesuatu yang tidak beres pada kedua lelaki itu. Namun, Ana dengan perasaan lembutnya sempat merasa kecewa dengan Hikaru. Walaupun sudah terbiasa dengan sikap cuek kekasihnya itu, Ana menuntut perhatian lebih khusus untuk hari ini. Hari kelahirannya. Sementara, Ara bersikap sebaliknya. Ia terlihat sangat santai dengan Jungho yang tidak bisa dihubungi dan mendadak menjadi sangat sibuk sejak kemarin.

"Bagaimana kau bisa setenang ini, Ara-ya?" tanya Ana dengan tatapan sendunya.

"Tenang saja Eonnie. Oppa pasti sedang membeli kado untukku. Begitu pula dengan Arata. Kita hanya perlu menunggu," jawab Ara dengan kepercayaan diri yang menembus langit. Sementara Ana mendengkus mendengar perkataan adiknya yang selalu berlebihan.

Benar saja, tepat setelah Ara selesai bicara, Jungho datang ke rumahnya. Ara berpikir Jungho mendengar ucapannya barusan dan langsung muncul di depan pintu rumahnya. Ana lalu memukul kepala adiknya agar berhenti mengkhayal yang tidak-tidak.

Ketiganya lalu berangkat ke Cheonggyecheon Stream. Di sini, Jungho terlihat jauh lebih tertekan dari Ana yang kehilangan Hikaru sejak kemarin. Lelaki itu bersusah payah menyimpan kegugupannya. Di saat seperti ini, keadaan diperparah dengan Ara yang khawatir melihat kekasihnya tidak seperti biasanya, seperti banyak pikiran. Gadis itu lalu menggenggam tangan kiri Jungho lama-lama.

Sesampainya di Cheonggyecheon Stream. Warna-warni kembang api menghidupkan langit malam di pusat kota Seoul itu. Ara sangat menyukai langit malam yang terlihat semarak. Tanpa ia ketahui, semua ini telah dipersiapkan Hikaru dan Jungho sebelumnya.

Sementara Hikaru mendekat ke arah Ana dan memberi gadis itu buket bunga mawar merah muda. Raut wajah terkejut pun menghias wajah Ana saat melihat kemunculan Hikaru yang tiba-tiba. Kini Ana tidak perlu lagi memandang iri pada adiknya yang sejak beberapa waktu yang lalu terus menempel pada Jungho. Hikaru pun berdeham beberapa kali untuk menenangkan detak jantungnya yang bertalu-talu. Bukan hanya Jungho, Hikaru juga mati-matian menyembunyikan kegugupannya.

Mereka berempat melempar pandang ke langit, menikmati suasana malam yang semakin dingin. Suhu udara memang turun beberapa derajat walau belum ada tanda-tanda salju akan tumpah. Obrolan dan lelucon terselip di antara dua pasang muda-mudi ini. Di saat Ana dan Ara lengah, Myunghae, Kwangsoo, Jaehyuk, dan Heechul, muncul sambil membawa dua tart dan bernyanyi lagu ulang tahun untuk Ana dan Ara.

Kim bersaudara terkejut sekaligus senang. Senyum terkembang di wajah keduanya. Semuanya menikmati suka cita ini. Setelah mengucap doa sambil memejamkan mata, Ana dan Ara pun meniup lilin mereka masing-masing. Tepuk tangan meriah pun dibarengi dengan kembang api yang meledak-ledak. Semua orang sepakat untuk mendongak menyaksikan pemandangan angkasa.

Dan inilah puncak dari semua rencana yang sudah Hikaru dan Jungho atur sejak awal. Melamar gadis pujaan mereka.

"A-Ana. Selamat ulang tahun. Aku tahu kau menyukai cokelat. Namun, aku akan jauh lebih senang jika kau menyukaiku dibanding tart cokelat ini. Dan ini hadiah untukmu." Hikaru menyerahkan kotak persegi berwarna merah muda. "Bukalah!" titah lelaki Jepang itu.

Semua pasang mata tertuju pada kotak di tangan Ana. Kotak tipis itu menyembulkan cincin yang sangat cantik. Ana sangat tersentuh dengan semua yang Hikaru lakukan. Ia pun mengucap terima kasih berkali-kali lalu memeluk lelaki yang sangat dicintainya.

Sekarang giliran Jungho. "Ara, aku harap kau tidak menyesal memilihku menjadi kekasihmu. Namun, aku tidak yakin hubungan kita bisa bertahan lebih lama lagi."

Semua orang menahan napas saat mendengar perkataan Jungho.

"Kita ... sudah tidak bisa lagi menjadi sepasang kekasih." Detik itu Hikaru benar-benar ingin memukul kepala Jungho. Ia sudah tersiksa untuk tidak tertawa melihat wajah pucat Ara yang tak berkedip sedikitpun setelah mendengar suara Jungho.

"Apa maksud—" cerocos Ara.

"Aku ingin kita lebih dari sekedar kekasih. Aku ... ingin kita menjadi suami dan istri. Maafkan aku karena terlalu payah dalam merangkai kata. Aku—"

"Yak!" Ara lalu memukul lengan Jungho keras-keras. "Kau menakutiku. Hentikan semua sandiwara bodohmu ini, Oppa!" Ara melipat kedua tangan di depan dada. "Mana kadoku?"

Myunghae dan Heechul terbahak melihat kelakuan pasangan ini. Namun, itu tidak berlangsung lama. Keduanya kembali bungkan. Ana menahan napas. Hikaru tetap dengan wajah cueknya. Sementara Kwangsoo mengatupkan tangan di depan dada, berharap Ara menerima lamaran Jungho dan Jaehyuk menatap pasangan aneh itu tanpa berkedip.

Jungho menyematkan cincin di jari manis Ara. "Bagus. Aku suka. Tapi sayang, tidak bisa dimakan."

"Yak! Maafkan adikku yang bodoh ini, Seo Komsa-nim." Ana meringis melihat Ara yang cekikikan.

Dan seperti yang banyak dilakukan pasangan lain di tempat ini, Hikaru dan Jungho telah melamar pasangan mereka masing-masing. Sebuah akhir menuju awal yang baik bagi Kim bersaudara dengan belahan jiwa mereka.

♥♥♥

6 November 2020

Revisi 1: 25 Juli 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro