18. Sidang
Written by: Yamashita_Izumi
Edited and design by Hafsah Azzahra
***
"Arigatou gozaimasu, Kuryu Kenji-san."
Jungho menutup ponsel setelah mengucapkan terima kasih pada Jaksa Kuryu. Jaksa Kuryu membantunya sekali lagi untuk memberikan bukti tambahan, agar kasus bisa benar-benar menang. Jika tidak ada beliau, kecil kemungkinan untuk menyelesaikan kasus luar negeri, terlebih pelakunya adalah orang Korea. Choi Dalpo.
"Bocah brengs*k! Di dalam penjara saja kau masih bisa berulah, kau harus mendekam di penjara selamanya!" geram Jungho.
Jaksa muda ini merasa sangat kesal dengan pria yang telah terlibat dalam banyak kasus. Choi Dalpo benar-benar menyusahkan banyak orang. Jungho tidak ingin orang-orang yang disayanginya menderita hanya karena bocah ingusan seperti Dalpo.
Parahnya, masalah yang ditimbulkan akibat tipu daya Dalpo kali ini lebih serius karena terjadi di luar Korea. Jika orang seperti dia dibiarkan, bisa-bisa masalah yang lebih rumit bisa saja terjadi. Seperti teroris, misalnya.
Ditambah lagi saat memikirkan Ara, Jungho tidak ingin kekasihnya terus mengalami trauma. Kejadian yang menimpa Hikaru sudah cukup membuat pertengkaran hebat di antara dua saudara kembar. Jungho tidak ingin Ara terus bersedih karena masalah ini. Beruntung, kenyataan tentang Dalpo membuat Ara mulai membuka hati dan berdamai dengan kakaknya.
Dahulu, para jaksa senior pernah gagal menangkap Choi Sungmoo. Namun, tidak untuk Jungho. Kuatnya bukti yang dimiliki jaksa muda itu sudah lebih dari cukup untuk membuat Dalpo mendekam lebih lama di penjara.
"Bagaimanapun caranya, aku harus membuatnya terus berada di penjara. Aku harus membuatnya menyesal!"
***
"Hikaru-kun, akhirnya kau bisa terbebas juga dari tuduhan yang melekat padamu," ucap Izumi sambil menyerahkan paspor Hikaru.
Hikaru menerimanya. "Tinggal persidangan, aku harap, Jaksa Seo bisa memenangkan kasus ini."
Izumi menyunggingkan senyum. "Kau tenang saja. Dalang dari semua ini sama dengan orang yang pernah memfitnah adik Ana. Apalagi dia bekerjasama dengan Jaksa Kuryu. Kau tak perlu khawatir lagi."
Hikaru mengulum bibir, ia tahu bagaimana popularitas Jaksa Kuryu di negerinya. Seorang jaksa yang cukup berbakat.
Izumi menepuk pundak Hikaru. "Kau mau mengunjungi Ana? Mungkin, berkencan dengannya."
"Eh?"
Izumi mengerjapkan mata. "Daijoubu. Bagaimanapun, gadis itu selalu setia padamu. Bahkan, saat kau mendapat skandal. Hampir semua orang tidak ada yang memercayaimu, bahkan fans-mu. Tapi, dia malah di sisimu, membantumu menyelesaikan kasus ini."
Hikaru mengembuskan napas kecil. "Aku saja malu padanya. Dulu, aku terlalu keras padanya, menganggap dia hanya akan menambah masalah saja. Tapi, keadaan berbalik. Justru dia yang membantuku."
"Pergilah!" perintah Izumi memandang Hikaru. Wanita itu berpura mengibakan tangan seolah mengusir. Lelaki itu sudah melewati hal berat. Hikaru butuh bersenang-senang sedikit.
Hikaru mengangguk. "Terima kasih Izumi-san. Sudah memercayaiku dan gadis itu. Aku akan segera kembali."
"Tentu saja! Kau punya banyak pekerjaan yang menunggumu di sini."
Hikaru pun pamit dan ia ingin segera menyelesaikan masalah persidangan setibanya di Korea. Setelah itu, ia berencana akan menemui Ana, membicarakan tentang perasaannya.
♥♥♥
Jungho dalam pakaian khas jaksa berwarna hitam dan merah. Tampak membuatnya semakin gagah. Ia berdiri di samping meja di sisi kiri ruang sidang dengan seberkas dokumen di tangan. Ia menatap nyalang pada Dalpo yang duduk santai di bangku terdakwa—di sebelah bangku pengacara di sisi kanan.
Hakim mempersilakan Jungho untuk membacakan surat dakwaan yang berisi bahwa Choi Dalpo adalah pelaku yang telah memfitnah Arata. Setelah beberapa prosedur pembukaan, Choi Dalpo dipindahkan ke kursi pemeriksaan yang berada di tengah ruangan. Setelah Dalpo menjawab beberapa pertanyaan hakim, ia dikembalikan ke sisi pengacaranya
Lantas, Hakim menanyai Jungho mengenai saksi. Tentu saja, Jungho segera memberi tahu petugas untuk membawa Hikaru masuk ke ruang sidang. Hikaru menjadi saksi korban sehingga lebih dulu diinterogasi di kursi pemeriksaan.
Hakim menanyai tentang identitas Hikaru dan apakah lelaki itu mengenal Choi Dalpo atau tidak. Tentu saja Hikaru tidak mengenalnya, dirinya hanya tahu berita Dalpo yang sudah memfitnah adik dari teman sekelasnya. Lantas, hakim meminta Hikaru untuk membaca sumpah saksi.
Setelah itu Hakim mempersilakan Jungho mengajukan pertanyaannya.
"Arata-ssi, tolong jawab pernyataan saya," pinta Jungho sambil membaca sebuah dokumen. "Arata Hikaru, penyanyi asal Jepang yang mendapat skandal bahwa dirinya berbuat hal tidak senonoh dengan seorang perempuan tak dikenal. Anda menyangkalnya?"
"Hai." Hikaru menjawabnya dengan mantap.
"Arata-ssi, apakah Anda mengenal wanita dalam foto skandal ini?" Jungho menunjukkan bukti foto yang beredar di masyarakat. Beserta foto diri wanita dalam skandal itu, Nagano Aoi.
Arata melihat foto menjijikkan yang tidak pernah ia lakukan itu dengan perasaan geram. "Iiee. Foto itu palsu dan saya tidak mengenal wanita itu."
Jungho menunjukkan detail waktu yang ada dalam foto. "Di sini tertera foto diambil pada hari Sabtu, 20 Mei 2020 pukul 22.02. Bisakah Anda menjelaskan alibi Anda?"
Hikaru mengangguk. "Saya sedang bersama manajer saya, Izumi. Setelah jam 22.30, Izumi-san baru pulang ke rumahnya."
"Keberatan!" seru pengacara Dalpo sambil berdiri. "Bisa saja manajernya bersekongkol dengannya!"
"Keberatan ditolak. Lanjutkan," sahut hakim dan memerintahkan Jungho untuk melanjutkan kembali.
Jungho mengangguk hormat. "Cukup sekian, dan saya akan memanggil Nagano Aoi."
Jungho menyuruh petugas untuk memanggil Nagano Aoi ke bangku pemeriksaan. Setelah itu, prosedur yang sama dijalankan. Lantas, Jungho kembali menginterogasi saksi. Jaksa berwibawa itu memperlihatkan foto skandal beserta penjelasan bahwa foto itu adalah editan. "Nagano Aoi, bagaimana Anda bisa menjelaskan tentang ini?"
"I-itu tidak mungkin! Foto ini asli, sa-sama sekali bukan editan!" sahut Aoi dengan gugup. Rambut emasnya yang tergerai tampak berantakan.
"Lalu, bagaimana dengan ini?" Jungho menunjukkan foto CCTV yang tertangkap dan foto kamera warga kompleks perumahan Hikaru, bahwa Nagano Aoi memang sudah terlihat beberapa hari sebelum insiden. Nagano Aoi adalah seorang stalker, yang memang sengaja berada di sekitar perumahan Hikaru untuk melakukan perbuatan tercela ini.
"Lalu ini," tambah Jungho seraya menunjukkan foto CCTV mengenai seorang pria misterius yang membawa kamera. Pun, foto pria yang berjalan menuju salah satu warnet. "Kau mengenalnya, kan? Jackson, dari Exkai."
Aoi semakin gemetaran, terlebih Jackson telah tertangkap dan mengaku bahwa mereka memang berkomplot. Jungho melampirkan pernyataan Jackson—yang kini tidak dapat hadir akibat terluka saat penangkapan.
"Satu lagi," lanjut Jungho sambil melirik sinis pada Dalpo. Sebuah bukti percakapan dan panggilan yang terhubung dari ponsel pribadi Dalpo dan Aoi.
"Keberatan!" Pengacara Dalpo kembali menyela, "Mana mungkin seseorang yang sedang berada dalam penjara bisa menelpon seseorang, dan tidak diketahui merencanakan kejahatan?"
"Itu mudah saja," sahut Jungho menyunggingkan senyum, lalu menghadap pada hakim. "Saya minta izin untuk menghadirkan saksi terakhir."
Petugas membawa seorang sipir memasuki ruangan. Jung Jaemin.
"Jung Jaemin-ssi, apa yang Anda saksikan saat Choi Dalpo menerima tamu pengacaranya?" Jungho melontarkan pertanyaan, sedikit ada perasaan cemas di hati Jungho mengenai kejujuran sipir tersebut. Karena bagaimanapun, hal ini akan mempengaruhi karir saksi terakhir itu sebagai seorang sipir.
Peluh di pelipis Jaemin berjatuhan, tangannya terus bergerak-gerak tetapi akhirnya ia mengangguk. "Choi Dalpo-ssi meminta ponsel pada pengacaranya, lalu dia menelpon seseorang. Saat itu, saya mendengarnya dengan jelas, jika dia ingin menghancurkan Arata Hikaru."
"Ya! Berhenti bohong kau!" Dalpo berseru sambil berdiri tidak terima dengan apa yang diucapkan sipir itu.
"Harap tenang!" tegur hakim.
"Ini CCTV saat itu, saya telah menyalinnya lebih dulu sebelum menghapusnya," ucap Jaemin sambil memberikan sebuah bukti berupa flashdisk— sedikit takut-takut dengan tatapan ular di seberangnya.
Jungho menerima bukti itu dan segera memutarnya. Seluruh percakapan terdengar jelas dengan rencana liciknya. Bahkan nama Ara tersebut. Motif sebenarnya Dalpo pun terungkap, sebuah balas dendam yang ditujukan pada Ara melalui kekasih kakaknya. Ia ingin melihat Ara menderita.
"Brengs*k kau Dalpo! Ya!"
Ara tidak dapat menahan amarahnya dan terus berteriak mencaci maki Dalpo.
"Mohon audience tenang!" tegur hakim dan petugas juga menenangkan Dalpo yang berteriak tidak jelas.
"Ara-ya! Tenanglah, kumohon," ucap Ana sambil memegangi Ara yang kalap.
Ara pun menyanggupi dan berusaha lebih tenang.
Jungho melanjutkan persidangan dengan memberi banyak bukti dan saksi. Setelahnya, hakim pun berdiskusi selama beberapa jam, hingga akhirnya dapat memutuskan.
"Terdakwa Choi Dalpo, diputuskan untuk menetap di penjara dengan tambahan hukuman enam tahun karena telah memfitnah Arata Hikaru dengan skandal tidak bermoral. Sehingga total hukuman menjadi enam belas tahun." Hakim mengetuk palu tiga kali.
Persidangan akhirnya dimenangkan lagi oleh Jungho. Semua orang menangis terharu. Ana dan Ara saling berpelukan. Ana melempar senyum pada Hikaru dan mengangguk mantap. Ara pun melempar senyum pada Jungho. Mereka lega, kasus ini benar-benar berakhir. Choi Dalpo tidak akan bisa berkutik lagi dan akan mendekam dalam penjara dalam waktu yang lama.
♥♥♥
Ana dan Hikaru kembali ke Jepang untuk melanjutkan studinya. Nama baik Hikaru telah kembali, semuanya kembali menjadi normal. Hikaru tidak lagi sedingin biasanya. Sang penyanyi pun mengajak Ana untuk jalan-jalan di Tokyo, mengajaknya ke tempat-tempat yang bagus.
"Arigatou Ana-chan, kau selalu berada di sisiku," ungkap Hikaru setelah meneguk es kopi di sebuah kafe.
Ana merapikan rambutnya, menarik ke belakang daun telinganya. "Hai. Aku juga senang berada di sisimu."
"Kalau begitu, kau ingin ke mana? Biar aku yang menjadi pemandu wisatamu."
Ana mengedikkan alisnya. "Sejak kapan kau berubah profesi?"
"Sejak kau hadir dalam relung jiwaku."
Ana tertawa kecil, menikmati suasana bersama sang pangeran. Pun Hikaru yang semalaman sudah belajar ilmu menarik perhatian perempuan. Keduanya tenggelam dalam obrolan ringan dan menyenangkan. Dunia serasa milik berdua. Hikaru tidak peduli lagi dengan orang di sekitarnya. Bahkan di salah satu acara variety show, Hikaru terang-terangan mengungkapkan niatnya untuk melamar Kim Ana setelah lulus kuliah.
Di saat Ana tengah menikmati waktu romantisnya bersama Arata Hikaru, di tempat berbeda, Ara juga tengah bertemu dengan Jungho di sebuah kedai.
"Kenapa kau mengajakku makan toppoki?" Jungho mengeluh sambil menunggu pesanannya datang.
Netra gelap Ara bergerak gelisah. Dahinya berkerut. Ia pun mencoba untuk berakting pura-pura kesal. "Kalau Oppa tak suka, pulang saja!"
Jungho duduk dengan tegap, tingkahnya gelagapan. "Su-suka!"
Ara tersenyum geli. Ia sukses membuat kekasih hatinya salah tingkah. Namun, Jungho menyipitkan matanya, membuat Ara sedikit bersalah. Ara merapikan poni dengan gugup. "Mianhae, aku tak bisa mentraktirmu di tempat yang mewah. Aku sedang menabung, setelah aku lulus, aku ingin membuka kedai. Hal itu cukup menguras banyak uang."
"Kenapa tidak mintaku saja?"
Mata Ara terbelalak. "Mana mungkin! Sekarang saja, aku masih belum bisa membayarmu dengan benar," sahut Ara sambil menundukkan kepalanya.
"Buat apa? Kasus Arata Hikaru? Kakakmu dan Hikaru sudah membayar upahku, kau tak perlu memikirkannya!" Jungho mengibaskan tangannya. Ia bahkan tidak pernah mempermasalahkan soal upah itu. Apalagi dengan orang yang dicintai, dirinya tidak mau terlalu pelit.
Ara mendongak dan menatap Jungho dengan ragu. "Kasusku?"
"Ya! Ibumu kan, sudah membayarnya!" Jungho menunjuk Ara, mulai gemas dengan gadis di hadapannya.
"Apanya?" protes Ara, "Eomma hanya membayar dengan makan malam saja, kau menolaknya!"
Jungho berdeham dan segera memutar otaknya. "Anggap saja promosi. Lihat, kan? Akhirnya kakakmu mencariku, karena aku berhasil promosi. Jika ada kasus lagi, kalian tinggal panggil aku saja!"
Ara tersenyum kecut, jaksa tampan itu pandai berkilah. "Dasar pamer!"
Jungho melipat tangannya. "Tidak. Ini namanya trik marketing. Kau juga membutuhkannya. Kau ingin buka kedai, 'kan? Nanti akan kuajari semua trik yang bagus untuk usahamu."
"Baiklah," sahut Ara dengan malas, lalu pesanan pun datang. Mereka segera menyantap toppoki yang masih panas.
Dalam hati Ara, ia sungguh senang dengan keberadaan Jungho di sisinya. Seorang jaksa tampan yang hebat, bisa memecahkan kasusnya bahkan kasus Hikaru. Ia benar-benar tak salah pilih. Aku sungguh menyukaimu, Jungho!
♥♥♥
Note:
· Arigatou gozaimasu = terimakasih (formal)
· Kenji-san = jaksa (bahasa Jepang)
· Toppoki = kue beras Korea
6 November 2020
Revisi 1: 24 Juli 2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro