17. Detektif Kento
Written and design by HafsahAzzahra09
Edited by Yamashita_Izumi
***
"Apa berita yang beredar itu benar?"
"Tentu saja tidak!" kilah Hikaru.
"Lalu apa yang akan kau lakukan? Mengapa kau seolah bersembunyi? Dengar Hikaru, masalah tercipta untuk membuat pondasi pijakanmu semakin kuat. Bukan untuk membuatmu melarikan diri!" sembur pria di seberang telepon.
Panggilan roaming dari California biasanya menjadi salah satu yang Hikaru tunggu. Namun, kali ini terasa berbeda. Lelaki itu merasa tidak nyaman saat mendengar suara papanya di seberang telepon. Ada rasa bersalah yang menggerayanginya. Skandal itu tidak hanya merugikannya tetapi juga orang-orang di sekitar Hikaru.
"A-aku mengerti. Tetapi, ancaman wanita itu benar-benar menggangguku, Otou-san," rengek Hikaru.
"Ayolah, buat kepercayaan Papa kembali. Buat Papa tidak menyesal telah memberimu izin untuk berkarir sebagi penyanyi," tegas sang Papa.
"Tapi—"
"Kalau masalah ini belum mereda hingga dua minggu ke depan. Papa akan pulang ke Tokyo dan menanganinya secara langsung," Potong Arata Hideo.
Ucapan tegas Arata Hideo mengakhiri panggilan roaming dari California. Hikaru menautkan kedua tangan, meletakkannya di belakang kepala sambil menunduk.
Kakinya tak bosan mengitari ruangan putih seluas 6x4 meter persegi ini. Ia lalu melempar pandang ke langit-langit. Mengacak rambut. Mendengkus keras-keras. Semua kefrustrasian tidak perlu repot-repot ia sembunyikan.
Hikaru ingat. Ada beberapa hal yang membuatnya senang. Pertama, ia mendapatkan kontrak rekaman single perdananya. Kedua, saat dokter menyatakan operasinya pascakecelakaan berhasil. Ia masih memiliki harapan untuk kembali menguasai panggung. Bernyanyi adalah hidupnya.
Ketiga, saat gadis yang jauh-jauh meninggalkan negara asalnya, tampak sangat memedulikannya. Keempat sekaligus yang terakhir, ia melihat nama Kim Ana dalam daftar absen mahasiswa baru. Ya, mereka kembali satu kelas.
Gadis itu tidak hanya rupawan tetapi juga berhati kapas. Di saat semua orang melihatnya dengan tatapan menuduh, Kim Ana adalah pengecualian. Ia tetap berada di sisi Hikaru. Ada satu hal yang membuat Hikaru terkejut, Ana masih mengingat kue kesukaannya, kue manju.
Di depan gadis itu, Hikaru berusaha mati-matian untuk tidak berlari dan merengkuh tubuh mungil Ana. Namun, tanpa Ana ketahui, Hikaru menaruh perhatian yang sama besarnya untuk gadis itu. Semua pemberian Ana selalu ia simpan. Termasuk kue manju. Hikaru tahu, kue ini sangat sulit didapat. Sehingga ketika Ana sudah pulang. Hikaru kembali ke loker untuk mengambil pemberian gadis itu.
Namun, seperti kata kebanyakan orang, hidup itu bagaikan roda, 'kan? Ketika berada di atas, kita tidak selamanya akan begitu. Roda akan berputar dan membawa kita ke bawah. Sama seperti saat kecelakaan mengerikan yang menimpa Hikaru beberapa bulan yang lalu, fitnah yang kini menimpanya juga mengguncang karir dan batinnya.
Poni lelaki itu semakin panjang. Menyentuh bulu matanya yang lentik. Namun, ia sama sekali tidak terganggu. Hikaru lalai dalam merawat rambutnya. Pemuda yang sering bersikap dingin itu sudah tidak peduli. Lagipula, ia kerap ke luar apartemen dengan mengenakan masker dan topi untuk menutupi wajah. Menghindar dari orang-orang. Menghilang dari keramaian. Ia sama sekali tidak merasa aman.
Izumi. Wanita berambut sepunggung itu telah menyelidiki fitnah yang ditujukan pada artisnya. Namun, ia belum menemukan titik terang. Izumi telah menyewa jasa hacker untuk melacak nomor tak dikenal yang meneror Hikaru.
Kento—hacker sewaan Izumi, selalu kehilangan jejak saat hampir menangkap pelaku yang mengusik hidup Hikaru. Orang iseng itu benar-benar layaknya belut. Mudah sekali kabur. Bahkan kemarin, laptop milik Kento diserang balik dengan virus. Dalang cerdik dibalik kasus ini masih menjadi sebuah teka-teki besar.
Hikaru menghempas tubuhnya yang semakin ringan ke ranjang. Sejenak memejam erat. Selain ingin mengembalikan kepercayaan papanya, pemuda itu juga ingin bisa tidur nyenyak. Lingkaran hitam tampak di matanya. Ia menjadi sulit tidur akhir-akhir ini.
♥♥♥
Jungho sedang membaca surat elektronik yang baru saja tiba. Ada beberapa foto di sana. Foto pertama adalah foto Hikaru saat ke luar dari apartemen. Lelaki itu mengenakan kaos putih, kacamata baca, dan topi.
Foto kedua menunjukkan seorang gadis—berambut pendek berwarna keemasan, berjalan mendekat ke arah Hikaru. Jungho masih belum menemukan kejanggalan dalam foto itu. Gambar selanjutnya menampilkan gadis itu yang tidak sengaja menabrak punggung kokoh Hikaru. Foto keempat, wajah terkejut Hikaru saat melihat gadis itu. Selanjutnya, foto interaksi keduanya yang saling membungkuk, sepertinya tengah meminta dan memberi maaf.
Selanjutnya adalah foto yang diambil dari seberang jalan. Seorang lelaki mengenakan jaket kulit dan celana bahan.. Rambut undercut-nya dilapisi topi hitam. Tangan yang membidik Hikaru dan gadis yang menabraknya, dilapisi sarung tangan yang juga berwarna gelap. Semuanya serba hitam.
Foto terakhir yang Jungho lihat adalah—dari tempat lelaki misterius dengan kostum serba hitam itu berpijak, Hikaru yang terlihat seperti sedang mencumbu gadis itu. Sudut pengambilan gambarnya sangat tepat. Pria itu pintar dalam memanipulasi foto.
Jungho membenarkan letak kacamatanya. Dahinya berkerut. Ia memperbesar dua foto terakhir. Kuryu Kohei meneruskan surat elektronik dari Detektif Kento pada Jungho. Tidak salah jika Jungho memercayai seniornya itu. Jaksa kelas kakap yang telah memenangkan ribuan kasus.
Selain mengiriminya beberapa foto, jaksa asal Jepang itu juga melampirkan video untuk Jungho. Video itu berisi laptop Kento yang diserang virus. Setelah diselidiki, virus yang merusak sistem jaringan detektif kawakan itu berasal dari Korea Selatan. Jungho memperhatikan setiap detail rekaman itu.
Exkai adalah jaringan hacker-hacker dengan bayaran mahal di Seoul. Jungho pernah menangani kasus yang melibatkan mereka. Dulu, Exkai juga menjadi dalang dari kasus korupsi besar-besar yang terjadi di Jung-gu—perusahan tekstil terbesar, tahun lalu.
Jungho membuka folder di laptopnya. Setelah mendobel klik folder bertuliskan 'Korupsi Kyota', lelaki berkemeja putih itu menemukan nama Choi Sungmoo. Pria itu adalah pemilik anak perusahaan Jung-gu, Kainqu. Lelaki lima puluh tahun itu sempat dicurigai menjadi salah satu pemegang saham yang korupsi. Namun sayangnya, bukti-bukti yang mengarah padanya kurang kuat.
Dalpo bisa saja mengetahui Exkai dari Sungmoo, ayahnya. Lalu memintanya bekerja sama untuk menghancurkan Arata Hikaru. Dugaan sementara yang tersusun di kepala Jungho. Namun, Ia sama sekali tidak habis pikir mengenai lelaki pengguna narkoba itu. Belum puas dengan memfitnah Kim Ara, kini ia memfitnah Arata Hikaru.
Jungho juga tidak menyangka dengan jaringan luas Exkai hingga bisa menjangkau artis yang sedang naik daun di Jepang seperti Arata Hikaru. Bagaimana hubungan Dalpo dengan penyanyi terkenal itu? Bagaimana sistem jaringan yang dimiliki Exkai dengan Dalpo di baliknya? Pertanyaan-pertanyaan itu masih menadi PR tak terjawab dalam kepala Jungho.
Namun, tunggu. Tunggu sebentar! Jungho kembali menegakkan posisi duduknya. Ia menemukan benang merah di sini. Choi Dalpo ingin membalas dendam dan menghancurkan Kim bersaudara. Jungho menghela napas lelah.
Ia pun meraih keyboard laptop dan mengetikkan balasan pada surat elektronik Kohei.
Aku berterima kasih padamu, Sensei. Urusan di Seoul, biar aku saja yang menyelesaikannya.
Jungho telah menghabiskan waktu lebih dari tiga minggu untuk mendapatkan kabar baik ini. Setelah ia mengirim balasan pesan untuk seniornya, Jungho lalu meraih telepon pintarnya.
Seo Jungho
Aku telah menemukan jawaban dari semua teka-teki ini. seperti dugaanmu, Hikaru hanya difitnah.
Kim Ana
Kita perlu bicara. Aku menunggumu di rumah sakit. Ara sudah boleh pulang hari ini, kalau kau lupa.
Lelaki itu menepuk dahi dengan telapak tangan kanannya. Ia terlalu fokus dengan surat elektronik dari Kuryu hingga lupa waktu. Ia pun menyambar kunci mobil dan segera meninggalkan ruang kerjanya.
♥♥♥
"Apa Jungho Oppa tidak akan datang?" Ana melirik adiknya yang cemberut. Gadis berambut sebahu itu telah menunggu Jungho sejak pagi. Namun, kekasihnya itu belum juga menampakkan batang hidungnya.
Sepertinya, Ana berhasil mengerjai Ara. Kini adiknya itu semakin menekuk wajah setelah mendengar pertanyaannya barusan. "Ya, awas saja kalau Oppa tidak datang!"
"Ya, itu tidak mungkin. Aku hanya ingin mengganggumu saja. Sudahlah, tidak usah terlalu memikirkan Seo Kongsa-nim. Dia pasti—"
"Maaf aku terlambat." Pintu yang terbuka membuat Ana tidak menyelesaikan ucapannya. Ana pernah mendengar, kalau orang yang sedang dibicarakan tiba-tiba datang, itu adalah pertanda ia akan memiliki umur yang panjang.
"Benar, kan, apa yang kukatakan barusan. Seo kongsanim tidak mungkin tidak datang." Ana melempar senyum pada Jungho.
Tatapan Ara melunak. Ia memberi Jungho senyum tipis. Kekhawatirannya tidak terjadi. Jungho datang, tidak dengan tangan hampa, tentunya.
"Apa kau sedang banyak pikiran, Oppa?" tanya Ara. Ia melihat Jungho melepas napas memburu. Lengan kemejanya telah terlipat hingga siku. Jas yang biasa melapisi kemejanya kini telah tanggal.
"Aku baru saja menemukan jawaban dari sebuah kasus," aku Jungho. Ia duduk di sebelah Ara. Tangan laki-laki itu bergerak untuk meletakkan boneka beruang yang dibawanya ke pangkuan Ara.
"Terima kasih." Gadis itu terlihat senang melihat hadiah dari Jungho. "Omong-omong, kasus apa yang sedang kau tangani, Oppa?"
"Sama sepertimu dulu, ada seseorang yang sedang terkena fitnah. Aku merasa berkewajiban untuk menolongnya."
Dua gadis kembar itu tertarik mendengar penuturan Jungho. Lelaki itu melepas kacamatanya. Lalu berkata, "Orang yang memfitnah klienku ini adalah orang yang sama dengan yang memfitnahmu dulu." Jungho menatap lurus pada Ara.
Sementara Ara saling melempar pandang pada Ana. Kim Ana pun menyentuh pundak adik kembarnya, berusaha menguatkan. Mendengar apa pun jika mengenai Dalpo akan selalu membuat Ara tidak nyaman.
"B-bagaimana bisa Dalpo Oppa melakukannya?" tanya Ara.
"Dia memiliki orang-orang suruhan. Aku telah menghabiskan waktu yang lama untuk mengumpulkan bukti-bukti ini. Bahkan aku meminta tolong seniorku yang berada di Jepang," jelas Jungho.
"Mwo? Mengapa sampai melibatkan orang yang jauh?" tanya Ara heran.
"Karena orang yang difitnah Choi Dalpo sedang berada di Tokyo. Arata Hikaru, kau mengenalnya, bukan?"
Kalimat kekasihnya itu sangat membuat Ara terkejut. Selama ini ia telah salah berprasangka pada lelaki yang dicintai kakaknya. Namun, Hikaru yang menerima fitnah dari Choi Dalpo, gagasan itu tidak pernah terlintas sedikitpun di benak Ara.
Jika Arata Hikaru difitnah oleh rekannya sesama pelaku dunia hiburan, hal itu masih masuk akal. Namun, Choi Dalpo, bagaimana bisa lelaki itu melangkah sejauh itu? Melakukan hal keji pada orang yang sama sekali tidak dikenalnya, terlebih mereka berbeda negara. Apa maksud seniornya itu? Ara benar-benar tidak habis pikir.
"Yang perlu kau tahu, kau memiliki kakak yang sangat menyayangimu. Ia sedih jika harus berdebat denganmu sepanjang waktu. Aku tahu kau juga merasakan hal yang sama. Kalian adalah satu. Jadi, berhentilah saling melukai seperti itu.
"Sementara untuk masalah Arata, Dalpo ingin menghancurkanmu dengan cara itu. Ia tahu kakakmu dekat dengan lelaki itu. Foto Ana di Jepang saat lelaki itu kecelakaan telah menyebar secepat angin berembus. Aku menduga Dalpo juga salah satu orang melihat berita itu. Menghancurkan Ana sama halnya dengan menghancurkanmu, dan itu adalah tujuan Choi Dalpo. Sehingga ia melakukan fitnah."
♥♥♥
31 Oktober 2020
Revisi: 3 Juli 2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro