14. Skandal (b)
Hikaru membuka ponsel, memandang Instagram milik Ana. Wajah cantik gadis itu terekam bidikan lensa dengan berbagai pose dan tempat. Sudah ada tujuh foto yang berlokasi di Jepang. Namun ada ekspresi yang berbeda dalam foto terakhir yang diunggahnya, mata gadis itu terlihat sendu meski mulutnya tersenyum lebar.
Terkadang terbersit dalam benak Hikaru untuk mengajak Ana ke tempat-tempat bagus yang ada di Tokyo. Pria itu membayangkan foto-foto dalam galeri Ana akan semakin cantik.
Hikaru melakukan gerakan dengan dua jari, membesarkan foto Ana. Begitu cantik, membuat sebuah bulan sabit terpampang pada bibirnya. Dalam benaknya, andai saja dirinya bukan artis dan berada di satu negara yang sama dengan Ana, mungkin dirinya memilih untuk memanjakan gadis cantik itu sekarang.
Perasaannya terus berkembang, meski ia berusaha menjauh dari Ana. Hikaru teringat perkataan Izumi dan apa yang menimpanya baru-baru ini. Satu hal yang semakin mengeraskan hatinya untuk terus menghindar pada Ana, selamanya.
Seorang stalker telah memotret Hikaru diam-diam saat di luar rumah. Beberapa foto telah dikirimkan padanya.
Hikaru sangat terganggu dengan keadaan ini. Karena itulah, ia tak ingin jika Ana harus terlibat masalah ini. Akan berbahaya, jika Ana terpotret lagi seperti saat dirinya di rumah sakit. Beruntung, masalah waktu itu bisa diselesaikan dengan cepat.
Namun, kini Ana malah berkuliah di Tokyo. Artinya, gadis Korea itu tidak lagi aman jika terus dekat dengannya. Hikaru tidak ingin hidup Ana berantakan karena dirinya.
Saat tengah asyik berselancar di Instagram Ana, sebuah baru masuk ke ponsel Hikaru. Ia tahu, nomor tak dikenal itu adalah stalker.
Stalker
Hikaru-chan! Aku ingin kau jadi pacarku sekarang. Kau mau, kan?
Dasar gila! Hikaru mengumpat dalam hati lalu menutup ponsel dan meletakkannya di meja. Sudah beberapa hari ini, stalker itu mengiriminya pesan yang sok akrab. Hikaru memang tidak melaporkannya pada polisi, karena Izumi bilang akan berbahaya untuk karirnya. Dalam satu hari pesan dan telepon beruntun dari sang stalker bisa mencapai ratusan.
Jika wartawan tau mengenai hal ini, mereka pasti akan mati-matian menggali informasi tentang stalker atau bahkan menyebar rumor palsu yang malah menyulitkan Hikaru.
Izumi kini tengah berjuang untuk mendapatkan bantuan dari atasannya. Meski sulit, Izumi juga berusaha mencari tahu identitas stalker itu. Memang lebih cepat jika menggunakan jasa kepolisian atau detektif swasta. Namun, Izumi tidak ingin ada rumor yang lebih melebar lagi nantinya. Semua ini, harus dikerjakan secara diam-diam.
Stalker
Hei, Hikaru! Kau mengabaikanku? Kau tidak takut dengan yang akan kulakukan padamu nanti?
Hikaru membuka ponselnya lagi dan mulai frustrasi. Ia menelepon Izumi.
"Sudah abaikan saja!" perintah Izumi dari seberang sana.
"Tapi, bagaimana jika dia serius dengan ancamanannya?" Hikaru menggigit bibirnya.
"Aku akan melindungimu. Pokoknya, kau jangan ke mana pun tanpa diriku. Mengerti?"
Hikaru mengangguk dan menutup ponselnya. Ia berusaha menuruti perkataan Izumi. Ia merasa kondisinya semakin berbahaya, tetapi ia mencoba percaya pada manajernya.
Aku pasti ... baik-baik saja!
♥♥♥
"Heran, punya kakak bebal sekali. Aku 'kan mengatakan ini semua demi keselamatannya. Hati Eonnie itu mudah sekali rapuh, tetapi ia tidak percaya pada adik sendiri. Padahal, aku punya feeling kuat kalau Hikaru bukan orang baik. Lihat saja, sekarang dia diabaikan. Bagaimana kedepannya? Huh!" gerutu Ara yang sedang duduk di depan TV sambil mengganti-ganti channel dengan remotnya.
"Sudahlah, Ara. Nanti juga dia akan menyerah jika memang mereka tidak cocok. Selama tidak ada yang terjadi, lebih baik kau doakan saja yang terbaik untuk kakakmu," ucap Ibu yang sedang mengupas bawang di meja makan.
"Tetap saja, harusnya Eonni tidak senekat itu sampai-sampai kuliah di sana. Budak cinta sekali dia. Kalau dikhianati baru tahu rasa!"
"Ya! Jangan menyumpahi kakakmu seperti itu. Memangnya kau mau disumpahi seperti itu juga?"
"Mian, mian," sahut Ara lirih sambil menutup mulutnya. Lantas, Ara terus mengganti channel TV-nya dengan malas. Tak ada saluran TV yang menarik perhatiannya.
"Bantu Eomma mengupas bawang!"
"Malas."
"Cepat! Atau kau tidak makan malam?"
Ara dengan lemas turun dari sofa dan menghampiri ibunya. Wanita empat puluh lima tahun itu melepas celemek, membuat Ara bertanya-tanya. "Teruskan dulu, Eomma mau beli kecap."
Ara mengerucutkan bibir, ia harus mengupas bawang sendirian. Beberapa menit kemudian, perhatiannya teralih pada TV yang masih ia biarkan menyala. Tangannya terhenti ketika melihat wajah Hikaru menghiasi layar kaca.
"Berita eksklusif! Diduga, Arata Hikaru, penyanyi yang dikenal dengan singlenya, 'Close', sedang melakukan hal tidak senonoh di sebuah hotel cinta."
"Mwo?"
Ara segera berdiri dan mengeraskan volume televisi, melihat dengan saksama tulisan yang terpampang di layar kaca dan mendengarkan baik-baik gosip hangat yang dibawakan sang penyiar. Arata Hikaru mendapatkan sebuah skandal seksual dengan seorang wanita tak dikenal. Tubuh Ara bergetar dan segera mencari ponselnya. Ia menghubungi Ana.
"Eonni, kau sudah mendengar berita?"
"Ne," lirih Ana yang terdengar begitu sendu.
"Ya! Sudah kubilang kan, dia pasti akan menyakitimu!"
"..."
"Eonni, gwenchana?"
"Mian. Nanti kutelepon lagi."
Telepon terputus, Ara tahu kakaknya pasti sedang menangisi lelaki jahat itu. Ara pun terduduk lemas, berharap kakaknya baik-baik saja di sana. "Ini semua karena kau, Hikaru!"
♥♥♥
Ana menangis seharian setelah mendengar berita skandal yang menimpa Hikaru. Ia benar-benar frustrasi, tak tahu siapa yang harus ia percaya. Berita itu begitu mengejutkan baginya. Rasanya berita itu tidak mungkin, Hikaru adalah lelaki yang sangat baik meski ia kerap menunjukkan yang sikap dingin dan bersikap menyebalkan. Hikaru tidak mungkin melakukan hal-hal seperti itu. Foto dalam berita itu pasti editan! Ana berusaha memercayai sang artis.
Ana mencoba pergi ke kampus. Ia berharap dirinya bisa bertemu dengan Hikaru. Universitas Tokyo begitu ramai dengan wartawan yang siap untuk menyerbu Hikaru. Namun, setelah mencari keberadaan lelaki tampan itu di mana pun, Ana tetap tidak menemukannya, Hikaru tidak ada di kampus. Ana sedikit cemas.
"Hei, menurutmu bagaimana soal Arata-san? Apa dia sungguh-sungguh melakukan itu?"
Ana mendengar sekelompok perempuan sedang membicarakan pangeran hatinya.
"Tentu saja. Menurutmu, mengapa sikapnya dingin seperti itu? Pasti ada yang disembunyikannya!"
Jantung Ana berdegup kencang. Perkataan salah satu gadis yang sedang berkumpul itu ada benarnya. Mengapa Hikaru tiba-tiba dingin padanya, pasti ada yang sedang disembunyikan olehnya. Hal itu adalah skandalnya? Mungkinkah?
"Aku pernah melihat seorang wanita di depan rumah Arata. Kurasa dia mungkin pacarnya."
"Bagaimana bisa kau yakin?"
"Kau 'kan tahu aku tinggal di kompleks yang sama dengannya. Jika hanya fans, menurutmu apakah wajar jika setiap hari wanita itu berada di sana dengan jam yang sama? Apalagi mereka dengan cepat menghilang. Saat aku mengalihkan wajah sebentar, mereka sudah tak terlihat. Aku rasa dia pandai bersembunyi. Siapa lagi kalau bukan pacarnya?"
Jantung Ana semakin berirama tak teratur. Dirinya benar-benar bingung, takut jika memang semua ini benar, bukan hanya sekedar gosip. Ia pun berjalan cepat, menjauh dari tempat itu tanpa arah. Pandangannya fokus menatap trotoar yang dipijaknya. Ia berusaha menghapus perasaan galaunya. Ana masih tak percaya dengan berita itu, tetapi sesuatu terus membisikinya.
Bagaimana jika itu benar? Bagaimana jika selama ini Hikaru menghindariku, karena memang dia punya pacar?
Hingga tiba-tiba, karena tidak melihat jalan dengan benar dan sibuk melamun, Ana tak sengaja menabrak seseorang hingga membuat dirinya terjungkal. Ia sedikit meringis, tetapi juga khawatir dengan orang yang ditabraknya. Ia segera melontarkan ucapan maafnya sambil menundukkan kepala. "Moshiwake arimasen."
Tidak terdengar balasan, Ana mendongakkan wajahnya. Seorang kakek tua mengulurkan tangannya. Ana menerimanya dan berusaha berdiri.
"Kau punya hati yang murni."
"Eh?" Ana tak mengerti apa yang diucapkan kakek itu.
"Jangan terlalu percaya dengan apa yang ada di depanmu. Kau menerima uluranku tanpa waspada. Bagaimana jika aku pencuri?"
"Eh, itu tidak mungkin." Ana tersenyum tipis, mengelak pertanyaan konyol pria tua itu.
"Karena aku sudah tua? Kalau kau tahu, aku ini baru bebas dari penjara beberapa hari yang lalu."
Wajah Ana memucat, dengan spontan ia berjalan mundur. Sementara kakek itu tertawa dan berlalu begitu saja. Ana bergidik, mengapa dirinya bertemu dengan kakek aneh sepertinya. Namun, perkataan kakek itu malah merasuk ke relung jiwanya. Ia mengaitkannya dengan skandal yang menimpa Hikaru.
"Bagaimana jika Hikaru ... tidak bersalah?"
Ana mulai memantapkan hatinya. Ia memejamkan mata dan bertanya pada hati nuraninya. Dalam perasaan kalut seperti ini, Ana harus menemukan jawaban yang benar. Ana bertekad, untuk terus mendukung Hikaru.
"Hikaru-kun, aku percaya padamu. Aku pasti mendukungmu."
♥♥♥
Note:
· Kue manju = kue khas Jepang dengan isi selai kacang merah dibungkus adonan tepung dengan proses kukus.
· Moshiwake arimasen = minta maaf dengan sopan.
***
20 Juni 2021
With Love
Hafsah Azzahra
Yamashita Izumi
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro