┈๑❝ Disclose ❞๑┈
┈๑❝ Disclose ❞๑┈
[ Mengungkapkan ]
.
🖇️The eighteenth Part 🖇️
.
➷๑՞. ___________➷๑՞.
“[Name] ... Apa yang terjadi dengan sudut bibirmu?”
Remi mengerjab. Kemudian menatap heran pada [Name] yang tersenyum--belum menjelaskan apapun alasan sudut bibirnya terluka.
“Oh, kemarin aku ceroboh sampai membuat sudut bibirku terluka.” Gadis itu menjawab. Lalu mengedikkan kedua bahu.
“Kamu sudah mengobatinya?”
Remi mulai melangkah, diikuti [Name] yang berada di sebelahnya. Berjalan memasuki area kampus.
“Sudah. Gak lama lagi bakalan sembuh, kok! Jangan khawatir!”
Remi mengangguk. Kemudian membahas topik lain yang lebih menyenangkan. [Name] mendengarkan, sesekali ikut berbicara dan diakhiri tawa.
“Oh! [Name]! Itu Gojou san, loh!” Remi memekik. Menunjuk ke arah depan.
[Name] spontan menghentikan langkah kaki. Saat iris mata mendapati Gojou yang berdiri di depan tidak jauh darinya, pria itu rasanya sedang menatap [Name] dari balik kacamata hitamnya.
[Name] mengalihkan pandangan. Tersenyum canggung pada Remi, mengatakan dirinya terburu-buru dan harus segera ke kelas. Lalu tanpa mengatakan apapun lagi, ia berlari menjauh.
Gojou diam menatap kepergian [Name]. Kemudian, dengan santai melangkah mengikuti gadis ... Pujaan hatinya.
Ia sudah mengakui perasaannya pada [Name] secara tidak langsung. Selain dorongan ikatan benang merah, perasaan nya ini tulus. Tidak peduli lagi dengan apapun.
Langkahnya kemudian terhenti tepat di tengah-tengah lapangan. Banyak orang yang berlalu lalang disekitarnya. Beberapa orang menatapnya, dan beberapa lagi tidak peduli dengan keberadaannya karena sibuk sendiri.
Gojou memutar arah, tidak mengejar ke arah [Name] berlari tadi. Ia berlari, tidak kencang, hanya saja terlihat cepat sebab kakinya yang panjang.
Pria itu menoleh kanan kiri, mencari keberadaan Getou. Ia ingin bertanya, setidaknya meminta pendapat hanya kepada Getou.
“Satoru?”
Pria yang ia cari tepat berada di belakangnya. Getou menaikkan alis saat menangkap wajah tergesa-gesa milik Gojou.
“Tumben wajahmu kek gitu? Kenapa?”
Lengannya ditarik Gojou. Membuat Getou terpaksa mengikuti pria berjiwa anak kecil itu.
“Kutebak ini soal [Name] 'kan?” Ia bertanya. Tangannya masih tetap ditarik.
“Bantu aku, Suguru!!”
“Iya, iya, aku dengar.”
.
.
[Name] mengentikan lari. Menoleh kanan kiri melihat tempat berhentinya sekarang. Entah ini berada dibagian kampus mana. [Name] tidak tahu.
Untuk sekarang ia tidak peduli dengan itu. [Name] melangkah mendekat ke arah bangku panjang. Duduk di sana untuk mengistirahatkan dirinya.
Ia bersandar. Kepalanya mendongak ke atas, mengembuskan nafas panjang. Masih lelah sehabis berlari tadi.
Apa yang kulakukan tadi?
[Name] tidak tahu harus apa saat berada di depan Gojou tadi. Otaknya tiba-tiba kosong dan tanpa pikir panjang segera berlari menjauhi pria itu.
Pikirannya berkelana pada kejadian kemarin. Jujur saja dia tidak ingin memikirkan perkataan terakhir Gojou terlalu dalam. Tidak ingin mengetahui arti perkataannya. [Name] tidak ingin berharap, tidak ingin terluka lagi.
Kejadian masa lalu cukup membuatnya trauma. Dibanding dengan banyaknya pasangan lain yang sedang bermesraan, hubungannya dengan sang mantan pacar sangat parah.
[Name] tidak ingin menceritakannya. Mengingat kejadian lalu hanya akan membuatnya tertekan. Sekarang hal yang lebih penting adalah si surai putih. Bagaimana cara menghadapinya sekarang?
“Ketemu!”
Sebuah lengan kekar melingkari lehernya, disusul lengan kiri yang melingkari bagian perutnya. Sebuah kepala bertengger di bahu kanan [Name].
“Satoru ...?”
Pria itu tidak memakai kacamata. Tapi, ia menutup kedua matanya. Nampak menikmati posisi seperti ini. Ia terbuai kehangatan milik sang gadis. Dan Gojou baru sadar kalau gadis ini begitu mungil.
“Kenapa lari?”
[Name] bungkam. Pikirannya sedang perang dengan perasaannya.
“Jangan canggung padaku.” Gojou berucap. Tepat di telinga [Name].
“Aku tidak akan memakanmu, loh ... Belum, sih, hehe~” nada bicaranya terdengar jenaka.
Ia sudah bicara dengan Getou. Kini, Gojou tahu apa yang harus ia lakukan pada gadis ini.
“[Name] ... Kau takut padaku?”
Suaranya merendah. Hingga membuat [Name] merinding. Perlahan, gadis itu menggelengkan kepalanya. Ia tidak takut sama sekali dengan Gojou. Meskipun dia yang terkuat atau apapun itu. [Name] tidak takut.
“Begitu?”
“Iya ....” [Name] menjawab dengan lirih.
Gojou tersenyum.
“Akhirnya kau bicara juga.”
Sang pria menyentuh sisi kepala sang gadis. Membuatnya menoleh ke arahnya. Ia kembali mencicipi bibir mungil berwarna pink alami milik [Name]. Sang gadis tidak memberontak, tapi tidak juga menerima.
Ciumannya lembut. Tidak ada kekasaran atau apapun itu di dalamnya. Gojou akan bertindak seperti ini sekali saja, sampai [Name] menerimanya tanpa memikirkan masa lalunya lagi.
Tak lama, tautan mereka terlepas. Sang gadis menghirup udara sebanyak-banyaknya. Mengisi paru-parunya.
Gojou membisikkan dua kalimat ke telinga [Name]. Membuat sang gadis terpaku dengan kedua iris yang melebar. Jantungnya berpacu semakin kencang saja.
“Datanglah padaku jika kau menerima keberadaanku, kalau kau mau lari, lakukan sekarang. [Name], sekali kau datang padaku lagi, aku tidak akan pernah melepaskanmu.” Ia berucap. Tidak pernah seserius ini.
Gojou melepaskan pelukan dengan berat hati. Lalu melangkah pergi menjauh, sekali lagi meninggalkan [Name] yang masih terpaku.
Seperti yang ia bilang sebelumnya. Sekali [Name] datang kembali padanya, ia tidak akan pernah membiarkan [Name] menjauh lagi seperti ini atau Gojou yang menjauh.
Sekarang. Ada sesuatu yang harus ia urus terlebih dahulu.
➷๑՞. ___________➷๑՞.
Okee diriku mau promosi lagii!!
~ Love Is like Edelweiss ~
[G. Satoru ♡ Female Readers]
Status ; Ongoing.
Genre : Romance.
Masih baruuu~< yang suka cerita kisah cinta yang ringan bisa mampir dan enjoy.
┈┈┈ ੈ 𝓐𝓷𝓘𝓷𝓞𝓬𝓽𝓸𝓫𝓮𝓻 ੈ ┈┈┈
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro