Unit Sebelah
Tetangga apartemenku berisik sekali. Mengesalkan. Sudah entah berapa kali aku mengetuk pintunya, memintanya untuk tidak berisik, tapi tidak digubris olehnya. Jangankan mengurangi kebisingan, membuka pintu saat aku mengetuk apartemennya saja tidak.
Ini sudah sebulan aku tinggal di apartemen kecil nan sempit ini, tapi lagi-lagi unit sebelah masih saja membuat suara berisik.
Ketukan sepatu, bunyi beat yang berisik. Pesta, setelah renovasi selama 1 pekan sekarang dia mengadakan pesta?
Huh. Aku menggeram, bangkit dari tidurku, tanganku meraih kerambit pusaka milikku sejak kecil dari bawah kasur.
Aku orang baik, aku tidak pernah melukai orang lain kecuali saat pertandingan kerambit di kampung ---dan aku juga terluka, jadi itu adil. Tapi selain itu, aku tak pernah melukai siapapun, apalagi dengan pisau yang dinobatkan paling berbahaya ini.
Kali inipun, aku tidak berniat melukai mereka. Aku hanya perlu itu untuk jika saja tetangga sebelah menyerangku. Hanya untuk berjaga.
Tanganku memutar kenop, ketika teriakan riuh terdengar dari unit sebelah. Dengan segera aku membuka lebar pintu unitku, keluar untuk memeriksa apa yang terjadi.
"Oh, hai, Tetangga! Semuanya terganggu karena bocah-bocah teng*k ini! Aku tahu kau pun begitu, jadi aku membantu kalian membungkam mulut mereka!" seringaian kejam terarah padaku ketika aku berdiri di luar unitku.
Pemilik unit sebelahku, dengan cangkul di tangan yang berlumuran darah ia menyeringai lebar keluar dari unit yang kusebut-sebut berisik.
Sial, aku lupa, pemilik apartemen sudah memperingatiku soal penghuni di sini.
"Ah, iya! Aku lupa, Trick or Treat! Happy Helloween, Tetangga. Aku akan ke unitmu untuk minta permen nanti," kekehnya sambil mengelap darah di cangkulnya, bersikap seolah tiada dosa.
Kadang aku berpikir, apa benar ini apartemen manusia?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro