36 : Lost
Kau wanita hebat, Ara. Kau dapat menaklukkan hati kristalku.
♥️Ethan♥️
Author
Sinar mentari pagi yang begitu cerah berhasil membangunkan seorang gadis yang tubuhnya dibungkus oleh selimut tebal.
Dia menggeliat sembari berusaha membuka mata yang terasa berat. Meski sinar matahari tak secara langsung menerpa wajah, melainkan hanya tembus melalui kaca jendela yang tertutup, namun hal itu sudah berhasil menyadarkannya dari alam mimpi.
Sambil membuka mata yang masih setia terkatup, sebelah tangannya meraba sisi tempat tidur, mencari sesuatu atau lebih tepatnya seseorang yang ia harapkan.
Iris biru kelabunya spontan terbuka penuh, kepalanya bergerak cepat menoleh ke sana kemari lantaran tak menemukan siapa-siapa berbaring di sampingnya.
"Eth? Kau di mana?"
Arabell bertanya dengan nada suara serak khas orang bangun tidur. Dia menguap lebar sebelum akhirnya beranjak turun dari tempat tidur dengan tubuh yang hanya terbungkus oleh selimut.
Gadis cantik itu mencari keberadaan Ethan dari dapur hingga ke ruang tamu, segala ruangan sudah dia jamah demi mencari keberadaan sang pria bermata perak.
Arabell membanting pintu kamar cukup kuat, kembali merebahkan tubuh ke atas ranjang. "Menyebalkan! Mengapa dia meninggalkanku setelah melakukan itu?"
Dia menutup wajah dengan kedua tangan, meskipun sangat kesal pada Ethan, namun pipinya merona saat kembali teringat pada kejadian tadi malam. Kejadian yang tak akan bisa ia lupakan seumur hidupnya.
Akibat kejadian itu, Arabell merasa perih di bagian bawah tubuhnya kini, bahkan saat mencari Ethan tadi pun dia harus berjalan hati-hati, karena jika dia bergerak cepat, rasa nyeri itu akan menderanya.
Arabell yakin Ethan tak akan meninggalkannya lagi setelah apa yang terjadi pada mereka malam tadi.
Apalagi tadi malam Ethan masih memeluknya erat sampai dia memasuki alam mimpi, dia hanya bingung ke mana Ethan pergi sepagi ini dan untuk apa?
Arabell menghela napas kasar, untung hari ini adalah hari libur, yang mana berarti dia tak pergi ke kampus. Padahal niat Arabell ingin mengajak Ethan berkencan hari ini, tapi jika pria itu sudah hilang, bagaimana bisa dia pergi berkencan?
Dengan perasaan kesal, Arabell bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi. Berharap pikirannya akan kembali sejuk setelah mandi nanti.
🔯🔯🔯
Arabell menyisir rambut basah nan panjangnya sembari menatap pantulan diri di cermin. Sebelah tangan Arabell mulai bergerak menyingkap surai coklatnya ke samping, mengamati bercak-bercak merah yang dibuat Ethan tadi malam di sekitaran leher jenjang miliknya.
Tanpa diperintah, pipinya kembali merona merah mengingat kejadian itu. Meski merasa risih pada tanda kepemilikkan Ethan yang ketika dia mandi tadi sudah berusaha ia hilangkan namun gagal, Arabell merasa bahagia memiliki itu semua.
Ethan sendiri yang mengaku belum pernah menyentuh gadis mana pun selain dirinya selama ini sejak menjadi iblis, membuat secercah perasaan bangga menghinggapi hati Arabell. Dia tak peduli pada kenyataan bahwa Ethan bukanlah manusia. Yang terpenting dari kejadian tadi malam, mereka sama-sama baru melakukannya pertama kali.
"Arabell Stacy."
Arabell tersentak dan spontan berbalik badan ketika mendapati bayangan seseorang di cermin besarnya.
"Kau?"
"Sepertinya sedang bahagia sekali, heh? Ada apa? Pasti ada hubungannya dengan Ethan kan?"
Arabell memundurkan langkah perlahan saat matanya menangkap pria di depannya kini bergerak mendekat. "Bukan urusanmu! Mau apa kau ke sini? Jangan pernah macam-macam lagi padaku, kau pasti tau Ethan tak akan tinggal diam jika kau menggangguku lagi!"
"Tenang saja, sayang. Kedatanganku kali ini bukan untuk itu." Balas Edward sambil terkekeh, membuat Arabell semakin was-was.
"Lalu, apa maumu ke sini?"
Suara Arabell mulai membentak, menyebabkan Edward yang kini sudah sangat dekat hanya bisa menghela napas panjang sembari membetulkan tatanan rambut coklatnya. "Aku ingin menyampaikan hal penting, ini menyangkut kekasihmu itu. Sebenarnya aku tak ingin membuatmu patah hati, tapi, Ethan sedang bercinta bersama salah satu wanita iblis di kerajaan."
"Jangan berbohong! Mana mungkin Ethan melakukan hal itu!"
Meski sangat tak percaya pada kata-kata Edward barusan, tapi entah mengapa hati Arabell mulai bimbang. Dia menebak mungkin Zra lagi yang melakukan hal itu pada Ethan.
Edward mengedikkan bahu, sebelah tangannya mulai bergerak mengelus lembut pipi Arabell, "Aku juga tak percaya, tapi itu kenyataannya. Jika Ethan sering membuatmu sakit hati, bagaimana jika kau menjadi kekasihku saja? Kau sangat manis, Arabell. Dan...aku sangat bernafsu terhadapmu." Bulu kuduk Arabell meremang mendengar Edward kini berbisik di telinganya, dia bukan malah menikmati sentuhan itu, tapi lebih ke arah ketakutan.
Arabell baru bisa bernapas dengan lega ketika Edward menarik tangannya dari pipi Arabell dan menjauhkan kepalanya dari telinga gadis tersebut. Dia menyeringai seperti malam pertama pertemuan mereka, bedanya kali ini tak ada kedua taring yang muncul dari masing-masing giginya, bahkan warna iris Edward pun tidak berubah warna menjadi perak, warna mata aslinya berwarna hitam pekat, hal baru yang bisa Arabell ingat dari sosok Edward.
"Aku pergi dulu. Sebaiknya kau cepat ke kerajaan sebelum Ethan menghamili wanita yang ditidurinya."
Setelah mengucapkan sederet kalimat itu, asap hitam mulai mengepul diikuti hilangnya keberadaan Edward dari kamar Arabell.
Arabell menghirup napas panjang sebelum menghembuskannya, dia mengusap wajah dengan kedua tangan kemudian mendekatkan mulutnya pada gelang pemberian si kembar. "Allan, Allen! Aku membutuhkan bantuan kalian!"
Sekitar lima detik Arabell menunggu kehadiran si kembar sebelum akhirnya dua orang pria berwajah mirip itu sudah berdiri di dalam kamarnya.
"Ada apa, Arabell?"
"Iya, ada apa? Kau mengganggu saja, manusia. Padahal aku sedang menyiram bunga-bungaku."
Arabell tak menggubris pertanyaan Allan dan Allen barusan, ia malah beranjak ke luar kamar, mengambil barang yang Allan dan Allen sendiri tak tau itu apa, sebelum akhirnya kembali lagi menghampiri mereka. "Aku ingin ke kerajaan iblis, sekarang!"
👿👿👿
Arabell yang tadinya berjalan sedikit tergesa untuk masuk ke kerajaan iblis, menjadi terpaku di tempatnya kala dia mendapati para iblis sedang berkumpul di sebuah ruangan besar tak berpintu bersama para gadis yang Arabell lihat tengah disentuh.
"Allan, kenapa ramai sekali? Dan apa yang mereka lakukan?"
Tanya Arabell sepelan mungkin sembari menggandeng lengan Allan, menyembunyikan kepalanya sedikit di sana.
"Tenanglah, mereka sedang bersenang-senang pada tubuh gadis-gadis manusia sebelum nanti jiwa para gadis itu akan mereka makan."
"Allan? Allen? Kalian dari mana? Wow, kalian berbagi satu gadis manusia berdua, ya?"
Seorang pria berambut perak dengan mata berwarna biru terang menghampiri Allan dan Allen, membuat semua iblis yang ada di ruangan beserta gadis-gadis tadi memusatkan perhatian pada mereka bertiga.
"Tch, ini bukan gadis kami. Dia itu milik Ethan."
Seperti biasa, Allen menjawab pertanyaan pria perak tadi dengan malas sembari tak henti memainkan bunga berwarna merah muda di tangannya.
"Wow, manis sekali dia. Ethan pintar sekali memilih."
Allan langsung menangkap tangan si pria berambut perak yang hendak menyentuh dagu milik Arabell, menghempaskannya pelan.
"Jangan menyentuhnya, Vec. Kau pasti tak ingin cari masalah pada Ethan kan."
Vectra berdecak sebal, "Sedikit saja tak jadi masalah. Lagipula sebentar lagi dia akan dilenyapkan Ethan."
"Kau salah, gadis ini namanya Arabell Stacy, dia kekasih dari Ethan. Jadi, bisa dikatakan Arabell ini spesial untuk Ethan, sebaiknya kau jangan mengambil resiko."
"Kekasih? Wow, beruntung sekali Ethan. Baiklah, kalau begitu perkenalkan, aku Vectra Valdini, iblis informan di kerajaan ini dan juga sahabat dari si kembar yang membawamu ini."
Arabell menatap sebentar tangan Vectra sebelum akhirnya menerima jabatan itu, "Arabell Stacy."
"Maaf ya aku bersikap kurang sopan tadi. Sudah kebiasaan jika bertemu gadis manis sepertimu."
"Jangan menggodanya lagi, kembalilah bergabung bersama mereka."
Ujar Allen yang mulai bosan, pria berambut hitam itu mulai mendorong punggung Vectra untuk kembali pada perkumpulannya. Sedangkan Arabell dan Allan langsung beranjak dari sana diikuti Allen yang menyusul mereka di belakang.
"Mengapa gadis-gadis itu mau disentuh oleh mereka?" Arabell bertanya sambil berjalan bersisian dengan Allan, menatap pria bermata emerald tersebut.
"Mereka sudah dihipnotis."
"Apa kalian pernah melakukannya?"
Allan menggaruk tengkuknya yang tak gatal, mendadak gugup ditanya pertanyaan demikian. "Pernah, sekitar tiga kali. Tapi tenang, kami tak seburuk mereka, kok."
Arabell hanya diam sembari mengangguk mendengar jawaban Allan. Dia jadi yakin pada perkataan Ethan waktu itu bahwa Ethan termasuk iblis yang baik dalam hal mengontrol nafsu. Jika mengingatnya Arabell merasa bangga pada diri Ethan yang bisa menekan nafsunya tak seperti iblis kebanyakan.
"Kita sudah sampai. Lagi-lagi si jalang itu."
Gumam Allan saat kaki mereka bertiga sudah tepat berada di depan sebuah ruangan yang menampilkan Ethan tengah diblowjob oleh Zra dalam posisi pria itu diikat di sebuah kursi, persis seperti yang dilakukan Zra waktu itu. Sesuai dugaan.
Arabell yang sudah emosi langsung masuk ke dalam ruangan, melemparkan sesuatu yang tadi dibawanya dari rumah ke arah Zra yang masih tak menyadari kehadiran Arabell lantaran gadis berambut merah tersebut dalam posisi membelakanginya.
"Menjauh dari kekasihku, jalang!"
Tbc...
Zra berulah lagi😬
Kalian dukung EthAr : Ethan Arabell
Atau EthZra : Ethan Zra ?
Ada yang bisa nebak benda apa yang dibawa Arabell? Kalo ada kuy komen.
Jangan plagiat.
Jangan siders.
Jangan sampe gak Vomment😚
❤MelQueeeeeen
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro