25 : Rival
Bukan hanya sulit didapatkan, kau juga sulit kumengerti.
♥️Arabell♥️
Author
"Menyingkir dari gadisku, brengsek!"
Ethan langsung menarik kuat tubuh Edward hingga pria itu bangkit dari sofa. Arabell yang melihat hal itu sempat-sempatnya melempar senyum lega ke arah Ethan sebelum akhirnya melompat, menyingkir dari atas sofa juga.
"Berani-beraninya kau menyentuh gadisku, heh?"
Tanpa basa-basi lagi, satu tinjuan telak tepat mengenai rahang Edward, menyebabkan pria itu setengah terjungkal ke lantai.
Tak merasa puas, Ethan mempercepat langkahnya menarik kembali kerah jubah milik Edward, memberikan satu tinjuan telak lagi kini pada bagian perut.
Hal itu terus terjadi berulang kali hingga tinjuan yang dilontarkan Ethan sebanyak lima kali di titik yang berbeda, tanpa sempat dilawan Edward sekali pun.
Setelahnya Edward menghilang begitu saja bersamaan dengan asap hitam yang menyertainya, melarikan diri meninggalkan Ethan yang masih emosi pada pria berambut coklat tersebut.
"Eth, kau baik-baik saja?"
Tanya Arabell berlari mendekat ke arah Ethan sambil memegangi sebelah lengan pria itu.
Ethan menggeleng, membalas tatapan cemas Arabell dengan tatapan datar.
Tanpa diduga-duga Arabell langsung menghamburkan dirinya memeluk erat Ethan, menyalurkan perasaan gelisah yang sempat dirasakannya beberapa waktu lalu.
"Aku takut."
Bisiknya semakin mempererat pelukannya, dia merasa sangat merindukan pria itu. Wajar saja, selama lima hari tak bertemu dengan Ethan rasanya sudah setahun untuk Arabell. Berlebihan memang, tapi itu semua juga akibat rasa cintanya yang mulai tumbuh untuk pria tampan tersebut.
"Tenanglah, dia sudah pergi."
Meski merasa tenang akan kata-kata Ethan barusan, namun Arabell menyadari sesuatu yang janggal. Biasanya saat dia memeluk tubuh kekasihnya itu dia akan langsung mendapat balasan. Tetapi sekarang tidak, pria itu tak berniat membalas pelukannya sedikit pun.
Melepas pelukannya cepat, Arabell menatap lekat mata zamrud milik Ethan. Berbeda. Tatapan mata itu berbeda dari yang biasa ia lihat. Jika biasanya tatapan itu menghangat untuknya, sekarang terlihat asing. Datar dan tak ada sedikit pun tampak secercah cahaya kerinduan di sana. Berbanding terbalik dengan apa yang dia rasakan.
"Kau kenapa?"
"Memangnya aku kenapa?"
Arabell mendengkus kasar. "Kau berubah. Apa ini masih gara-gara persoalan yang sama?"
"Aku tak mengerti. Persoalan apa yang kau maksud?"
Tentu Ethan berbohong saat ini. Dia tau jelas apa maksud ucapan Arabell. Entah mengapa rasa egoisnya masih menang untuk sekarang.
"Jangan berbohong padaku, Eth. Kau pasti tau, soal Adam yang menciumku. Aku sungguh minta maaf, okay? Kalau kau melihatnya dengan jelas, kau pasti tau bukan aku yang menginginkan hal itu. Aku---"
"Sudahlah, lupakan itu. Sekarang makan kentang gorengnya, setelah itu tidur. Aku akan menemanimu malam ini."
Setelah mengucapkan sederet kalimat itu, Ethan langsung beranjak masuk ke kamar Arabell. Meninggalkan Arabell yang kini masih menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
Bagaimana aku bisa mengungkapkan perasaanku kalau sikapmu seperti ini?
🚘🚘🚘
Arabell berjalan dengan tatapan mata kosong. Semenjak kejadian di mana Ethan menyelamatkannya dari rival pria itu, saat keesokan harinya Ethan kembali menghilang hingga beberapa hari lamanya. Tak pernah mengunjunginya lagi, seperti yang ia lakukan sebelumnya.
Sejak hari-hari itu juga perasaan Arabell untuk Ethan semakin membuncah memenuhi hatinya. Dan perasaan rindu terus menggerogotinya. Ethan memang menemaninya tidur malam itu, namun ketika keesokan harinya dia bangun, Ethan sudah tak berada di samping tempat tidurnya hingga hari-hari berikutnya.
Arabell ingin sekali mengungkapkan perasaan yang dirasanya untuk pria itu, mengungkapkan kalau dia mulai jatuh cinta pada Ethan.
Namun melihat bagaimana sikap Ethan yang berubah padanya, dia jadi ragu untuk mengungkapkan perasaannya. Arabell menerka-nerka, mungkinkah perasaan ini hanya terjadi padanya?
Dia tak pernah membayangkan harus memiliki perasaan untuk seorang iblis seperti ini.
Tapi mau bagaimana lagi?
Semenjak malam itu, malam di mana ia dan Ethan sukses melakukan kontrak, di saat itu juga seolah sudah digariskan hidupnya yang tak berwarna jadi lebih berwarna akan kehadiran Ethan.
Pria itu lama kelamaan bahkan berhasil menelusup masuk ke dalam relung hatinya, dan menetap di sana hingga sekarang.
Yang jadi masalah saat ini adalah, apakah Ethan juga memiliki perasaan yang sama dengan yang dirasakan Arabell?
Tapi Arabell tau dan tak lupa kalau Ethan pernah memberitahunya bahwa jika menjadi iblis, hatinya akan beku.
Mungkinkah pria tersebut bisa punya perasaan jatuh cinta sebagaimana yang diharapkan oleh Arabell?
Arabell menghela napas panjang, matanya menyorotkan kesedihan. Dia rasa mustahil seorang iblis bisa jatuh cinta.
Lantas, bagaimana pada perasaannya?
Haruskah ia pendam untuk selamanya?
Kelihatannya hal itu akan berubah rumit.
"Arabell!" Seruan dari seseorang yang terasa familiar di telinganya sedikit membuat tubuh Arabell terperanjat lantaran sibuk melamun.
Ia menoleh, sebuah mobil berwarna putih sudah mengiringi langkahnya. Mobil milik Adam.
"Ayo naik, aku akan mengantarmu pulang."
"Maaf, aku tak bisa." Jawab Arabell datar, kembali mengalihkan pandangannya ke depan, tak mempedulikan sorot bersalah tengah mengawasinya.
"Bell, maafkan aku soal kejadian waktu itu, aku---"
"Aku sudah memaafkanmu. Sekarang, kumohon jangan ganggu aku dulu. Pulanglah, aku bisa pulang sendiri."
Setelah mengucapkan itu, Arabell semakin menambah kecepatan langkahnya mendahului mobil Adam yang memang sengaja pelan.
Adam yang diperlakukan seperti itu hanya bisa menghela napas kecewa. Dengan demikian, rasa bersalahnya pada Arabell semakin membesar. Dia tak yakin dengan ucapan Arabell bahwa gadis itu telah memaafkannya. Dilihat bagaimana sikap Arabell untuknya, dia jadi menyesal telah mencium Arabell waktu itu.
Meski dia tak mengerti secara pasti mengapa Arabell sangat marah selepas ia melakukan itu, namun Adam menerka-nerka di dalam hati, mungkin saja Arabell memang tak menyukainya.
Tapi dia cepat-cepat menyingkirkan dugaan tersebut lantaran masih berharap pada gadis beriris biru kelabu itu.
Dengan berat hati, akhirnya Adam menuruti permintaan Arabell untuk menjauhinya kali ini. Pria itu mengegas mobilnya melewati Arabell yang masih berjalan sambil menatap lurus ke depan. Seolah tak peduli kalau Adam sedang melewatinya.
Dia hanya memikirkan Ethan.
Hati dan kepalanya sudah dipenuhi oleh pria itu saat ini.
Belum lagi perasaan menyiksa yang terus dirasakannya akhir-akhir ini untuk Ethan, perasaan rindu dan juga perasaan cinta.
Semuanya membuat Arabell kewalahan untuk mengontrol diri sendiri.
Ingin sekali rasanya dia memanggil si kembar menggunakan gelang yang kedua pria itu berikan padanya untuk membawa dia ke kerajaan, menemui Ethan. Atau dengan cara lain yakni, memanggil Ethan secara langsung agar pria itu mau menemuinya dan langsung memeluk tubuh hangat itu dan mengatakan kalau dia mencintai Ethan.
Dia sungguh ingin melakukan hal itu.
Tapi dia juga tau Ethan masih dalam keadaan marah padanya.
Bisa dibayangkan nantinya jika dia mengungkapkan perasaan, namun si mata zamrud malah tak menghiraukan? Pasti dia tak mau hal itu terjadi.
Dia akan menunggu. Menunggu sampai saatnya Ethan mau membuang rasa kesal di hatinya hingga akhirnya menemuinya lagi.
Ya, Arabell akan menunggu sampai kapan pun hingga hari itu tiba.
Tbc...
Yahhh, Ethan pergi lagi :"3
Maaf Arabell, Ethan kupinjem buat nemenin aku bobo dulu selama beberapa hari makanya gak nemuin kamu👻😂 Tenang gak bakalan macem² kok, kan aku bukan wikwik wkwk *ditimpukArabell+readers*
Kalian senengnya Arabell sama Ethan atau Arabell sama Adam? Atau mungkin Arabell sama Devan? *diserangCitra* *Yahkangagalmoveondariceritalama:"v*
Jangan plagiat.
Jangan siders.
Jangan sampe gak Vomment😚
❤MelQueeeeeen
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro