Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

21 : Hug

Kehangatan yang mutlak adalah saat berada dalam dekapanmu.

♥️Arabell♥️

Author

Tiga pasang langkah kaki itu berjalan santai melalui jembatan untuk menuju kerajaan iblis.

Lantaran baru pertama kali menapakkan kaki di sini, Arabell memandang ngeri kolam berapi di sisi-sisi jembatan yang dilaluinya sekarang. Kolam itu seperti berisi cairan lava panas diikuti dengan gelembung mendidih yang sesekali timbul seolah memberitahu bahwa kolam itu sangatlah panas.

Arabell membayangkan bila dirinya masuk ke dalam kolam itu, dia pasti akan langsung meleleh dan menjadi tak berbentuk.

"Mengapa ada kolam seperti ini di sini?"
Gumamnya masih menatap horror kolam di sisi kirinya, mendengar hal itu Allan hanya bisa tersenyum kecil.

"Kau pasti tau kalau iblis menempati neraka. Ya, bisa dibilang itu adalah kolam neraka, dan kau saat ini sudah berdiri di tanah neraka."

Seketika itu juga bulu kuduk Arabell merinding. Tak pernah terbayang dalam hidupnya harus mengunjungi neraka terlebih dahulu sebelum mati. Entah dia akan menempati neraka atau surga jika kelak dia mati, tapi kata Ethan hatinya suci, jadi kemungkinan besar dia akan dimasukkan ke surga ketimbang neraka. Setidaknya, itulah yang ia harapkan.

"Apa kalian tinggal bersama keluarga kalian di kerajaan ini?"

Allan menggeleng sambil membetulkan tatanan rambut pirangnya, sedangkan Allen yang sejak tadi berjalan beriringan di sebelahnya hanya mendiamkan diri, sibuk memainkan bunga yang selalu ia bawa entah berasal dari mana.

"Kami tak punya keluarga. Sejak kami dibangkitkan kembali jadi iblis, kami tak mengingat siapa orang tua kami. Rajalah yang berperan sebagai Ayah untuk kami semua."

Arabell mengangguk mencerna kata-kata Allan. Itu berarti Ethan pun sama seperti mereka, tak mengenal siapa orang tuanya.

"Oke, selamat datang di kerajaan iblis, Arabell."
Ucap Allan memberi sambutan sambil melengkungkan senyum ketika kaki mereka sudah berada tepat di depan sebuah kerajaan yang disebut sebagai kerajaan iblis.

Arabell menatap bangunan besar nan tinggi di hadapannya, bentuknya mirip seperti kastil kuno pada umumnya, yang menjadi pembeda hanya sebuah lambang besar yang tepat berada di tengah-tengah tembok berbentuk bulatan besar dengan bintang di dalamnya, lambang satanis.

"Ayo masuk, kau tak berubah pikiran 'kan setelah melihatnya?"
Tanya Allen sebelum akhirnya masuk terlebih dahulu meninggalkan Allan dan Arabell di luar.

Arabell menatap iris emerald milik Allan, seolah dengan tatapan itu dia bisa menyalurkan sedikit rasa takut yang menyerangnya pada pria tampan tersebut, "Di sini benar tak akan ada yang memakanku 'kan?"

"Tidak, Arabell. Jika kau memang santapan kami, kau sudah habis terlebih dahulu oleh Ethan. Hatimu bersih, jadi kau bukan santapan kami, tenanglah."

Arabell hanya mengangguk patuh saat Allan menarik lembut tangannya untuk masuk.

👄👄👄

"Berhenti di sini, sepertinya kau tak akan mau melihatnya."
Allen berucap sembari menyandarkan punggung di dinding sebelahnya, memainkan bunga berwarna pink yang sejak tadi dipegangnya, menghentikan langkah Allan dan juga Arabell yang baru sampai.

"Apa maksudmu?"

"Lihat saja sendiri, tapi jangan bawa gadis itu, dia akan merepotkan kita nantinya."
Allen mengedikkan bahunya ke ruangan sebelah dirinya bersandar, mempersilahkan Allan masuk. Merasa penasaran, Allan pun melongokkan kepala ke ruangan tadi, tubuhnya menegang seolah ada sesuatu yang mengejutkan di dalam ruangan itu.

"Arabell,"
Katanya lembut sambil memandang Arabell dengan tatapan sendu. Entah apa yang terjadi sampai kedua orang ini tampak begitu enggan memberitahunya. Arabell dapat menebak kalau Allan akan melakukan apa yang dilakukan Allen padanya, mencegahnya masuk ke ruangan tadi.

Namun sebelum itu terjadi, Arabell sudah lebih dulu menerobos tubuh Allan di depannya dan masuk ke dalam ruangan itu.
Betapa terkejutnya dia saat mendapati sang kekasih sedang bercinta bersama seorang wanita.

Lebih tepatnya, wanita itu yang melakukan blowjob pada junior Ethan. Membuat perasaan sesak tiba-tiba saja menyerang hatinya, diikuti kedua mata yang sudah siap menumpahkan air mata, "Ethan?"

Ethan tersentak, wajahnya menegang melihat kehadiran sang kekasih yang telah berdiri tepat di depan matanya.
Dengan sekali tendangan kuat, Ethan berhasil menjauhkan kepala wanita berambut merah tadi dari miliknya yang sudah menegang, "Ara, ini tidak---"

"Brengsek!"
Maki Arabell sebelum akhirnya berlari keluar dari ruangan itu. Hati wanita mana yang tak hancur kala melihat orang yang dicintai bercinta bersama wanita lain?
Begitulah yang dirasakan Arabell. Anggapannya kalau Ethan adalah pria baik-baik semuanya tercoreng begitu saja ketika dia melihat sendiri kejadian barusan.
Kebohongan macam apa yang sudah dibuat oleh Allan dan Allen kalau Ethan itu berbeda dari iblis lainnya?
Apa itu semua sudah direncanakan oleh Ethan? Rasanya mustahil untuk percaya. Tapi setelah kejadian ini, nampaknya dia tak akan mau mendengarkan omongan Allan dan Allen lagi.

"Kalian berdua, cepatlah tolong aku! Bukakan tali yang mengikatku ini!"
Allan dan Allen segera masuk, bekerja sama menyelamatkan Ethan.
Allan membuka talinya, sedangkan Allen membawa wanita berambut merah tadi pergi secara paksa.
Setelah tangannya yang terikat berhasil dilepaskan oleh Allan, Ethan langsung berlari keluar kerajaan, mencari-cari sosok kekasihnya.

Tak sulit menemukan Arabell, ia kini sedang berada di jembatan menuju kerajaan, karena gadis itu tak bisa pulang ke rumah jika tak ada iblis yang membawanya.

"Ara, maafkan aku."
Ujarnya lembut penuh penyesalan saat dirinya sudah berada di dekat gadisnya yang sedang menangis sesegukan itu.

"Aku ingin pulang sekarang!"
Alih-alih membalas kata-kata Ethan, Arabell justru membentak pria itu dan menyuruhnya untuk membawanya pulang.

Menghela napas berat, Ethan mengangguk sambil menggenggam tangan Arabell, "Baiklah, kita pulang sekarang."

Setelahnya mereka berdua menghilang diikuti asap hitam yang menyertai mereka.

💧💧💧

Ethan dapat bernapas lega ketika mendapati Arabell sudah menampakkan wajahnya yang sejak tadi disembunyikan di kedua lutut.

Sekitar sepuluh menitan setelah pulang dari kerajaan, Ethan harus menunggu dengan sabar Arabell menangis di sebelah ranjang miliknya, menyembunyikan wajahnya di kedua lutut lantaran tak sudi menatap wajah Ethan yang berada tepat di depannya.

Karena tak tau harus berbuat apa, jadilah Ethan hanya menunggu sambil menatap iba kekasihnya yang sejak tadi menangis.
Ethan takut kalau Arabell sedang menangis dan dia berusaha membujuk gadis itu malah Arabell semakin parah membencinya. Maka setelah dilihatnya Arabell sudah berhenti menangis dan mengangkat wajahnya dengan mata membengkak barulah ia mendekati gadis itu.

"Ara, aku ingin menjelaskan semuanya."

Arabell tersenyum sinis, "Menjelaskan apa? Aku sudah melihatnya, tak perlu dijelaskan lagi!"

Ethan menundukkan pandangannya sedih, tak pernah seumur hidupnya membujuk seorang gadis yang menangis seperti ini, manusia pula.

"Aku tau kau marah. Tapi kau tak melihat dengan jelas, tanganku diikat oleh Zra. Membuatku tak bisa melakukan perlawanan saat dia melakukannya. Jika kau tak percaya, kau boleh tanyakan hal ini pada Allan, karena dia yang membantuku melepas ikatan di tanganku. Zra adalah iblis seperti kami, wanita itu menyukaiku sudah sejak lama. Namun aku tak punya perasaan apa pun padanya hingga dia nekat melakukan hal tadi padaku. Aku benar-benar minta maaf. Aku tak tau lagi cara membuatmu percaya selain menjelaskan yang sebenarnya."

Arabell menatap iris zamrud terang milik Ethan lekat, berharap menemukan kebohongan di sana. Namun nihil, tak ada setitik kebohongan pun yang tampak di mata pria itu, perlahan memunculkan rasa bersalah di hatinya.
Dia memang tak melihat dengan jelas di mana posisi tangan Ethan tadi lantaran sudah terbawa emosi dan rasa terkejut.

Dia memang bodoh, tapi mau bagaimana pun dia tak bisa mengelak pada rasa cemburu yang menguasainya.

"Apa itu benar?"

Mata Ethan membesar mendengarnya, dia tak menyangka Arabell bisa mempercayainya secepat ini. Dia kira gadis itu akan tetap keras kepala pada pendiriannya yang terus menyalahkan Ethan.

Ethan mengangguk, "Ya, tentu saja. Aku berani bersumpah kalau aku tak punya perasaan apa pun pada Zra."

"Bagus kalau begitu." Balas Arabell dan langsung memeluk tubuh Ethan dengan erat. Rasa rindu yang selama ini dirasakannya seolah tertumpah begitu saja saat mencium lekat aroma tubuh Ethan yang sangat ia damba.

Sudah seminggu ia tak merasakan kehangatan ini.
Dan sekarang, Arabell bahkan mau menghabiskan semalaman ini hanya untuk berada dalam pelukan itu, menghirup aroma tubuh Ethan yang dapat menenangkan jiwanya.

"Jangan pergi lagi, kumohon."

"Aku tak akan pergi lagi, Ara. Maafkan aku."
Ujar Ethan sambil mengecup singkat puncak kepala Arabell, membalas pelukan erat gadisnya itu.

"Aku juga ingin minta maaf soal Adam. Aku benar-benar bersalah waktu itu."

Ethan bergerak membelai rambut Arabell, kebiasaan yang sudah tak ia lakukan lagi selama seminggu ini, "Aku memaafkanmu, tapi berjanjilah kau akan menjauhinya."

Arabell terdiam beberapa lama sebelum akhirnya mengangguk di dada bidang Ethan, "Aku berjanji."
Mau tak mau Arabell harus mengucapkannya, meski dia sendiri merasa menjauhi Adam tidaklah perlu, namun jika harus mengorbankan pria yang dicintainya, dia tak bisa melakukan apa pun selain menuruti orang yang ia cinta.

Kuharap tindakanku ini benar.

Tbc...

Akhirnya Ethan dan Arabell kembali bertemu😚😳
Siapa yang seneng?

Kira-kira menurut kalian Arabell beneran bakalan ngejauhin Adam gak ya?
Kita lihat nanti di part selanjutnya🤗


Jangan plagiat.
Jangan siders.
Jangan sampe gak Vomment😚

❤MelQueeeeeen


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro