.............
Dapat inspirasi malam-malam, jadi pengen nulis cerpen
Maaf ya kalau isinya membingungkan
Sekedar imajinasi yang dituang dalam tulisan
Tak bisa hatiku menampikkan perasaan ini lagi. Sudah terlalu lama aku mencoba untuk membohongi diri ini, memungkiri apa yang kurasa selama ini. Meskipun bibir ini selalu berkata tidak tapi hati ini seakan-akan berteriak memperdengarkan suara hingga memekakkan telinga.
Seperti hari-hari sebelumnya, dia kembali datang ke perpustakaan tempatku bekerja. Dia segera melangkahkan kakinya menuju tempat duduk yang menjadi favoritnya. Dengan balutan kemeja warna soft pink yang dipadu padankan dengan celana jeans membalut dengan sempurna kakinya yang ramping bak model. Sungguh selera yang tinggi dalam memilih busana, meskipun hanya ke kampus dia mampu berpenampilan terkesan rapi namun tetap anggun dan cantik. Rambutnya sengaja digulung keatas dan hanya menggunakan pena sebagai ganti tusuk kondeknya hingga memperlihatkan lehernya yang jenjang. Matanya yang indah sesekali melirik ke kanan kiri seakan mencari sesuatu. Terkadang bibirnya yang mungil menyinggungkan senyum yang telah sukses membuat diriku jadi terpana melihatnya.
Aku masih terbuai dalam lamunanku, hingga terdengar suara yang sangat merdu di indra pendengaranku. Suara itu seperti nyanyian yang membuatku makin larut dalam imajinasiku.
"Maaf.......kalau buku bagian kesehatan dimana ya...?? suara itu makin jelas terdengar namun kali ini bukan lagi nada-nada indah yang mengalun akan tetapi lebih terdengar seperti teriakan.
"IYyyaaa.....kenapa..ada yang bisa dibantu...??" aku tersentak kaget, orang yang dari tadi jadi pelakon dalam mimpiku kini hadir di hadapanku
"Kalau buku kesehatan di mana....??" dia mengulang pertanyaannya dengan nada ketus
"Apakah suasana hatinya lagi tidak bersahabat...??? kenapa senyum itu tiba-tiba lenyap...??" rutukku dalam hati
"ha.....oh.. itu...di sebelah sana...!!"aku kkelabakan menjawab pertanyaannya sambil mengarahkan jari telunjukku ke tempat buku kesehatan. Dia mengikuti arah telunjukku dengan matanya, kemudian berlalu begitu saja. Ku amati dirinya dari tempat dudukku, dia sepertinya sedang kesusahan untuk mengambil buku yang berada di rak paling atas. Sambil berjinjit dia berusaha menggapai buku yang dari tadi diincarnya. Sesekali dia berhenti sejenak untuk menggerak-gerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan yang mungkin sudah berasa pegal. Tidak tega melihatnya yang dari tadi sudah berusaha namun belum berhasil, ku langkahkan kakiku dengan gontai walaupun rasa gugup selalu menyelimutiku bila dekat dengannya. Sejak awal melihatnya, aku akan selalu mengalami rasa gugup ini meskipun dia sama sekali tdak melakukan apa-apa. Entah kenapa, dia bisa memberi efek sehebat ini terhadap diriku.
"Yang ini....??" kuserahkan buku itu kepadanya, aku memang lebih tinggi darinya beberapa centimeter. Karena itulah aku tidak mengalami kesulitan berarti untuk mengambil buku meskipun itu di rak paling atas.
"ah...iyyaaa...terima kasih..." dia mengambil buku dan tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang rapi dan putih bak mutiara. Seandainya dia tahu, senyumannya itu telah membuatku adiktif. Wangi farfumnya telah menjadi candu tersendiri bagi sang indra penciuman. Tidak mengertikah dia segala tingkahnya membuatku insomnia.
Aku masih bergelut dengan pikiranku, berusaha menetralisir segala rasa aneh yang ku alami selama mengenal atau lebih tepatnya melihat sosoknya. Sosoknya telah mampu mengusir ketenangan yang selama ini bersahabat dengan diriku. Dalam keheningan hanya dirinya yang akan bersemayang dalam pikiranku.
Belum sempat ku menguasai diriku, dia malah makin membuatku deg-degan tak karuan. Dengan buku yang bersusun-susun di kedua tangannya bahkan dia harus menahannya dengan dagu dia melangkahkan kakinya menuju meja peminjaman buku yang tak lain adalah mejaku. Setelah meletakkan bukunya dia menyerahkan kartu perpustakaannya kepadaku.
Tertera nama Ariani di kartu yang kuyakini adalah miliknya sendiri. Setelah menyimpan kartu perpustakaannya, ku serahkan kartu bukti peminjaman yang sebelumnya telah kububuhi tanda tanganku dan tak lupa pula ku tulis namaku Kinandita.
Iyya.....aku tahu perasaan ini tak berhak ku miliki. Perasaan yang tumbuh terhadap sesama jenis. Tapi bukankah cinta itu tak mengenal kapan, di mana dan kepada siapa dia inginkan.
Bukannya aku tidak berani menunjukkan perasaan ini secara terang-terangan kepadanya atau takut di tolak dan harus tahu bahwa perasaanku sama sekali tak berbalas olehnya namun yang aku takutkan adalah pandangan orang ke dia nantinya. Aku bisa saja nekat memperdengarkan kepada seluruh dunia tentang rasa ini, tapi aku masih peduli dengan dirinya. Orang yang sama sekali tidak tahu menahu tentang rasa ini.
Aku bukan pengagum rahasia yang akan selalu akan memperhatikan dan mengikuti semua perkembangan dia di dunia maya ataupun jejaring sosialnya. Aku tidak akan mendekati orang- orang terdekatnya hanya untuk mengetahui tentang dirinya. Aku bahkan tidak akan mengutarakan perasaanku dengan melakukan berbgai cara, aku tidak akan meletakkan bunga atau coklat di depan pintu rumahnya, aku bahkan tidak akan pernah mengirim surat cinta tanpa nama kepadanya.
Aku bukan pula psikopat yang akan melakukan hal-hal aneh dan sangat posesif dengan dirinya. Dan harus melakukan segala cara untuk memilikinya.
Aku hanya menganggap diriku seperti silent reader bagi dia. Yang merasa lebih aman dan nyaman walau hanya menjadi penikmat yang kadang-kadang mengamatinya. Aku hanya tidak ingin terjebak dalam perasaan ini, yang nantinya akan berdampak buruk baginya.
Aku memang hanya diam, tapi bukan berarti aku diam seutuhnya. Bisa saja aku adalah orang yang pertama kali melihat dirinya memulai aktivitasnya, bisa saja aku adalah orang yang selalu ada ketika dia butuh bantuan. Aku hanya meyakini, bahwa aku akan selalu ada untuknya meskipun dirinya tidak harus mengetahui keberadaanku.
Aku tahu, mungkin dirinya menganggap aku lebih dari pengagum rahasia atau bisa saja. akan menuduhku sebagai psikopat. Itu sama sekali tidak jadi masalah bagiku. Aku hanya ingin menikmati perasaan ini dengan caraku...
Aku memang diam
Tak seutuhnya diam
Dalam diam ku mencintaimu
Dalam diam ku merindumu
Dalam diam ku mengharapmu
Dalam diam ku mendambamu
Dalam diam ku kagumimu
Aku diam, karena cinta sejatiku padamu
Aku diam, karena kutak mau menjebakmu dalam dosa
Aku diam karena aku peduli padamu
Sungguh tak mengapa diam ini, sepi ini, lengang ini, dan hening ini menemaniku
Selama dirimu masih bersemayang dalam imajinatifku
Sekali lagi ku tegaskan, Aku diam bukan berarti seutuhnya diam
Sungguh aku mencintaimu dalam diamku
Kamu harus yakin dalam diam aku selalu ada.....
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro