23 [끝]
Seperti yang sudah dikatakan kemarin oleh Do Hoon. Mereka berdua benar-benar pergi kencan hari ini. Jadi tentu saja Do Young bersiap dari pagi. Kalian tentu tahu kan persiapan wanita itu seperti apa lamanya.
Tanpa dijelaskan lebih rinci harusnya sudah tahu juga dong bagaimana keadaan kamar Do Young saat ini bagaimana. Baju-baju yang berserakan di lantai dan di kasurnya. Tas yang juga sama berantakannya dengan baju-bajunya. Dirinya sempat bingung mau memilih untuk pakai baju yang seperti apa. Beberapa pasang baju dicoba tapi ternyata pilihan pertama memang yang terbaik.
Begitu dirinya keluar, Do Hoon yang ada di ruang tengah terdiam, walaupun dia memang diam sih dari awal. Tapi ngerti kan maksudnya gitu.
"Neo." Do Hoon kehilangan kata-katanya.
Do Young menggigit bibir bawahnya malu-malu. "Aku sudah siap untuk pergi."
Serius. Do Young sudah siap untuk pergi. Tapi jawaban Do Hoon selanjutnya membuat Do Young menganga.
"Andwae. Ganti baju-mu dulu. Atau kita tidak pergi."
"Sunbae!"
"Cepat ganti dulu."
Walaupun kesal, tapi Do Young tetap mengikuti perkataan Do Hoon untuk mengganti bajunya.
Berakhir dengan seperti ini. Sangat simpel sekali. Lihat saja kalau disuruh untuk ganti baju lagi.
"Sudah. Aku sudah ganti baju."
Do Young mengamati raut wajah Do Hoon yang lagi-lagi terkejut. "Kau ga--"
"Ganti lagi, aku tidak mau pergi."
Pada akhirnya, Do Hoon mengalah dan mengikuti Do Young yang sudah duluan pergi keluar dari unit apartemen.
"Tunggu aku, Oi."
***
Di mobil sepertinya Do Young masih kesal dengan Do Hoon karna tidak ada suara sama sekali dari gadis itu.
"Ya. Kau masih kesal?"
"Mal georijima." (Jangan mengajakku bicara)
"Ya. Aku kan hanya memintamu untuk berganti pakaian karna pakaianmu itu bisa membuatmu sakit nanti."
Tatapan mematikan langsung dilemparkan pada lelaki itu. "Tapi itu kan fashion."
Daripada ribut lagi, Do Hoon memilih untuk mengalah.
"Kenapa kau tidak membalas perkataanku?"
"Aku tidak mau ribut denganmu."
"Oh, jadi maksudmu aku mengajak sunbae ribut gitu?"
Oke. Ternyata Do Hoon salah lagi. "Bukan begitu..."
"Jangan bicara denganku."
Ah. Salahnya apa sih sebenarnya. Kan dia hanya tidak ingin memicu keributan saja. Ckckck. Menghadapi perempuan itu tidak mudah ternyata.
***
Begitu sampai di taman bermain, Do Young lagi-lagi berjalan duluan di depan. Tapi kali ini, Do Hoon tidak ingin membiarkannya begitu saja. Karna kalau iya, nanti gadis itu bisa tambah kesal dengannya. Ya, itu sih yang ia perkirakan.
Jadi Do Hoon mengejar Do Young, menyejajarkan langkahnya dengan gadis itu dan menggenggam tangan Do Young hingga yang punya tangan sedikit tersentak. "Nanti kau hilang."
Walaupun masih sedikit kesal, senyuman itu tidak bisa disembunyikan dari wajah Do Young.
Kencan itu bisa dibilang sederhana. Mereka hanya pergi ke toko mainan, saling mencoba bando -lebih tepatnya Do Young memaksa Do Hoon untuk memakainya- yang berakhir dengan Do Hoon membeli dua bando berbentuk telinga jerapah untuk Do Young dan telinga macan untuk Do Hoon yang akan mereka pakai seharian ini. Tak apa, asal itu tidak membuat Do Young kesal lagi, Do Hoon rela untuk memakainya.
Lalu mereka pergi mencoba satu persatu mainan. Mulai dari rumah boneka, rumah hantu yang membuat Do Hoon memegang erat tangan Do Young karna ia terkajut setengah mati saat hantu dengan rambut panjang ke bawah memakai hanbok putih bercak-bercak darah buatan yang mukanya dimake-up sedemikian menakutkan itu muncul di depan mereka. Atau saat boneka hantu yang tiba-tiba muncul diatas mereka saat mereka melewati lorong.
Mereka juga bermain roller coaster yang membuat suara Do Young hampir habis karena berteriak dan telinga Do Hoon yang hampir tuli karena teriakan Do Young itu, permainan tembak-tembakan, bumper car, dan yang lainnya. Hampir semuanya mereka coba untuk mainkan.
Setelah lelah bermain, mereka mencari makan dulu sejenak sebelum mereka mulai bermain lagi.
"Ini. Makan." Do Hoon menaruh satu piring fettuccine carbonara untuk Do Young dan satu piring lasagna untuk dirinya sendiri. Dan jangan lupakan satu gelas berukuran extra large bersisi coca-cola.
"Minumku mana?"
Dengan dagunya, Do Hoon menunjuk gelas berukuran XL itu. "Itu. Kulihat daritadi banyak couple yang membeli itu untuk minum bersama. Kupikir kau mau mencobanya juga."
Tawa geli tidak bisa ditahan Do Young hingga keluar begitu saja. "Aigoo. Ternyata sunbae bisa berbuat imut seperti ini juga," ledek Do Young seraya mencubit kedua wajah Do Hoon gemas.
"Kau tidak suka? Apa aku perlu belikan satu gelas lagi untukmu?"
Do Young langsung menggeleng kuat. "Tak perlu. Ini saja belum tentu bisa kita habiskan. Makan saja sudah."
"Kau makan berantakan, tuh." Do Hoon tersenyum kecil saat melihat noda di sudut bibir Do Young. Tangannya mengambil tissue dan memberikannya pada gadis itu.
"Seka kan untukku, dong."
"Tidak mau. Seka sendiri. Memang kau anak kecil, hah."
"Ish. Dasar tidak pengertian. Kalu itu Seokwoo sunbae, dia pasti sudah menyekanya untukku."
Tiba-tiba saja Do Young merasa suasana disekitarnya langsung dingin dan mencekam, dan saat itulah dia sadar kalau dia sudah berkata hal yang salah. "Hehehe. Aku hanya bercanda, Oppa."
Raut wajah Do Hoon yang tadinya suram karna mendengar nama lelaki lain disebut langsung normal kembali dan berdeham canggung saat Do Young memanggilnya 'oppa'. "Kau.. memanggilku apa tadi?"
"Oppa," jawab Do Young santai yang berbeda sekali dengan Do Hoon yang sedang tersenyum lebar sekali. "Kenapa? Kau tidak suka? Apa aku panggil 'sunbae' lagi saja?"
Do Hoon menggelengkan kepalanya langsung sepersekian detik berikutnya. "Tidak. Panggil itu saja."
"Itu apa hayo?" ledek gadis itu.
"Lee Do Young."
"Arasseo. Mian. Hahaha."
Drrrttt drrrttt
Do Young mengecek pesan yang baru saja tiba di ponselnya dan raut wajahnya langsung berubah tak enak dengan Do Hoon. Dan pria itu juga tidak sebuta itu untuk tidak menyadari ada yang terjadi.
"Kenapa?"
"Kurasa... kita habis ini pergi ke bandara saja, Oppa."
"Bandara? Ngapain kesana?"
"Seokwoo sunbae hari ini mau pindah ke luar negeri."
Lagi-lagi si Seokwoo itu. Do Hoon menghembuskan napasnya pelan. "Haruskah kau kesana?"
Do Young mengangguk pelan. "Iya. Bagaimanapun juga dia temanku dan aku tidak tahu kapan dia kembali ke Korea lagi, kan."
"Yaudah. Habiskan dulu makananmu."
***
"Sunbae!"
Senyuman terbit diwajah Seokwoo begitu melihat Do Young yang berlari kearahnya, tapi langsung sirna saat melihat Do Hoon yang berjalan di belakang Do Young.
"Wasseo?"
Seokwoo yang ingin memeluk Do Young langsung tertahan saat suara dehaman dari Do Hoon terdengar. Do Young tersenyum geli melihat kejadian itu. "Sunbae kenapa tiba-tiba pindah ke luar negeri?"
"Halmeoni memintaku untuk pindah tinggal dengannya disana. Jadi mau tak mau aku pindah." Lagi. Seokwoo selalu tersenyum pada Do Young. Do Hoon menjadi was-was. Beruntung Do Young tidak sepeka itu untuk melihat sirat di mata Seokwoo saat lelaki itu menatapnya.
"Kapan kau akan kembali ke Hanguk?"
"Molla. Mungkin tidak dalam jangka waktu dekat."
"Yah. Nanti aku tidak ada teman untuk berbagi makanan lagi, dong?"
"Ehem." Lagi-lagi Do Hoon berdeham, membuat Do Young jadi menyengir merasa bersalah padanya.
"Tapi kenapa dia ada disini denganmu?" Seokwoo menunjuk Do Hoon yang berdiri di belaknag tak jauh dari Do Young.
"Abis kencan denganku."
Ada perasaan sedih begitu mendengar mereka berdua sudah berpacaran, tapi Seokwoo tetap tersenyum. Do Young mungkin tidak tahu, tapi Do Hoon tahu itu saat melihat sirat mata Seokwoo. "Wah, benarkah? Selamat!!"
"Gomawo, Sunbae." Do Young tersenyum dan menyambut salaman tangan dari Seokwoo. "kapan berangkat pesawatnya?"
"20 menit lagi. Aku harus masuk sekarang. Sampai jumpa lagi nanti, Do Young-ah." Persetan dengan Do Hoon, Seokwoo menarik Do Young masuk kedalam pelukannya dan mengelus rambut Do Young. Dia merasa akan menyesal jika tidak memeluk Do Young sekarang karna dia tidak tahu kapan bisa bertemu gadis itu lagi.
Do Young yang sempat tersentak karna terkejut juga tersenyum sambil membalas pelukan Seokwoo. Yah, untuk hari ini saja. Hari ini saja Do Hoon tutup mata untuk hal itu.
"Jal ga, Sunbae. Kalau sudah sampai kabari."
"Iya. Kau juga belajar yang benar."
"Pastinya."
Dan dengan begitu, Seokwoo masuk dan berbaur dengan antrian penumpang yang akan berangkat ke New York.
"Sudah, kan? Ayo pulang." Do Hoon mengulurkan tangannya pada gadis itu.
Yang tentu saja disambut oleh Do Young. "Ayo."
***
Selama perjalanan pulang, baik Do Hoon maupun Do Young tidak ada yang ingin melepaskan pegangan tangan mereka. Dan Do Hoon juga tidak keberatan menyetir dengan satu tangan saja.
"Oppa."
"Eo?" Pandangan Do Hoon tetap lurus dan fokus ke jalan walaupun dia menjawab Do Young.
"Aku besok akan pergi."
Cittttttt.
Mobil tiba-tiba berhenti dengan cukup keras karna Do Hoon yang tak sengaja langsung menginjak rem. Lelaki itu langsung menatap Do Young yang sekarang menunduk. Lalu ia tersadar kalau ia harus menepikan mobilnya terlebih dahulu atau akan terjadi kecelakaan nantinya.
"Maksudmu pergi?"
"Aku akan pergi selama kurang lebih dua sampai tiga minggu ke luar negeri untuk pemotretan. Kau tahu, kan kalau aku model dan sudah ada agensi yang mengatur jadwalku?"
"Iya. Aku tahu. Tapi kenapa tiba-tiba sekali?"
"Tidak tiba-tiba. Aku sudah tahu dari minggu lalu, tapi sunbae kan tidak ada di rumah. Jadi aku juga tidak bisa mengabarimu. Begitu bertemupun aku lupa untuk memberitahumu."
Do Young mengangguk paham walaupun dirinya kesal sekali. Yah, ini salahnya juga karna pergi tidak bilang-bilang.
"Tak apa. Pergilah. Kan masih bisa bertemu lagi nanti setelah kau pulang."
Do Young mengangguk pelan. "Oppa."
Perasaan Do Hoon tak enak. "Apa?"
"Aku juga akan pindah besok."
"Mwo? Kau ini punya kelebihan untuk mengejutkan orang ya?"
Gadis itu tersenyum kecil. "Kemarin aku sudah bilang pada eomma semuanya. Dan dia menyuruhku untuk pindah."
Hahhhhh. Yah, Do Hoon mengerti sih kenapa eomma-nya Do Young menyuruhnya pindah. Karna pasti tidak mungkin juga untuk membiarkan anak perempuannya yang masih perawan untuk tinggal satu atap dengan lelaki tanpa menikah.
"Baiklah." Do Young dapat menyadari ada nada tidak rela dijawaban Do Hoon. "Kau pindah kemana?"
"Belum tahu. Eomma yang akan membantu aku mencarinya disini."
"Oke. Tidak ada hal yang mengejutkan lagi kan?"
Do Young tertawa kecil, "tidak ada."
"Yaudah. Kita pulang."
***
Dua minggu kemudian...
Sudah dua minggu Do Young pergi. Dan dua minggu juga apartemennya terasa sepi sekali karna tidak ada Do Young. Semua barangnya sudah diangkut karna memang Do Young hanya membawa koper saja kan kesini awalnya.
Karna perbedaan waktu, jadi agak sulit untuk berkomunikasi setiap saat. Tempat tinggal Do Young yang baru juga sampai sekarang Do Hoon masih belum tahu. Gadis itu tidak mau memberitahunya sampai sekarang. Dia bilang dia akan beritahu nanti kalau sudah pulang.
Hah. Dasar gadis itu. Untung saja dia pacarnya.
Tok tok tok
"Nuguseyo?" Do Hoon mengecek intercom-nya terlebih dahulu untuk memastikan siapa yang datang. tapi yang terlihat hanya topi biru. Mau tidak mau Do Hoon harus membuka pintunya untuk melihat siapa yang datang.
Saat pintu dibuka, dirinya disambut oleh tteok yang ditaruh diatas piring. "Nugu--"
"Tteok untukmu. Aku sudah pindah."
"Lee Do Young!"
Tidak peduli dengan gadis bertopi biru yang sedang memegang tteok itu, Do Hoon langsung menarik Do Young masuk ke dalam pelukannya dengan erat.
"Kenapa kau tidak bilang kau sudah pulang?"
Do Young tersenyum dan membalas pelukan Do Hoon juga dengan satu tangan saja. Rasanya rasa kangen yang sudah membebani kedua manusia itu langsung terbang begitu saja saat mereka berpelukan bagai teletubbies.
Do Hoon menarik Do Young untuk masuk dulu dan duduk di ruang tengah. Dirinya juga menaruh tteoknya terlebih dahulu diatas meja makan.
"Kau kapan pulang?"
"Kemarin."
"Kenapa tidak beritahu aku? Aku kan bisa menjemputmu. Kau dijemput siapa jadinya di bandara? Pulang sendi-- Cup."
Sepertinya cara mereka berdua untuk mendiamkan satu sama lain itu dengan mencium bibir ya sekarang karna sudah terbukti ampuh. "Satu persatu tanyanya."
"Baiklah. Kau pulang dengan siapa kemarin?"
"Dijemput manajerku."
"Kenapa tidak memberitahu aku?"
Do Young tersenyum sambil memainkan tangan Do Hoon. "Karna mau mengejutkanmu."
"Kau ini. Lalu kau pindah kemana?"
"Di sini?"
Do Young mengangguk, masih memainkan tangan Do Hoon. Entah kenapa memainkan tangan Do Hoon sepertinya akan menjadi hobi barunya saat bersama lelaki itu.
"Iya. Aku pindah kesini. Di lantai 25."
"Benarkah?"
"Iya." Senyuman cerah terbit diwajah keduanya. "Maaf aku tidak memberitahumu dulu. Aku ingin ini menjadi kejutan."
"Tak apa. Kau sudah pulang saja aku sudah senang."
Tanpa aba-aba, Do Young langsung memeluk erat Do Hoon. "Bogoshipeo."
Do Hoon yang sempat terkejut lalu tersenyum dan membalas pelukan Do Young juga. Benar. Ini perasaan yang rasanya seperti hilang selama dua minggu kemarin.
"Aku juga."
[끝]
2021년 4월 10일/10 April 2021
Yap. Dengan ini cerita ini selesai hahahaha.
Maafkan aku yang terlalu lama untuk tidak update karna sedang sibuk kerja dan kuliah:((((
Aku gak tahu ternyata kuliah bisa secape ini:((((
Pokoknyaaa semangat semuanyaaaa. Semoga corona gak buat kalian sedih berlarut-larut yaaa hehehe. Sampai jumpa di project lainnya!!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro