Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

22

Melihat Do Hoon tadi membuat Do Young berpikir sebenarnya kemana perginya Do Hoon ini. Kenapa tiba-tiba dia muncul dengan wajah pucat dan keadaan tubuh yang panas begini.

Sesekali Do Young menatap ke kursi penumpang selagi aku fokus menyetir. Kelihatannya dia lelah sekali.

"Cih. Bilangnya saja tidak apa-apa. Bilangnya bisa nyetir. Buktinya langsung tidur."

"Aku dengar ya."

Gadis itu berdeham canggung saat mendengar suara Do Hoon menyahut.

"Anja?"

Do Hoon menegakkan tubuhnya dan menatap Do Young yang sedang menyetir dari samping.

"Naega eotteohge? Bagaimana kalau nanti ada tabrakan saat aku tidur? Aku kan tidak bisa mempercayakan mobilku padamu."

Merasa kesal, Do Young menyipitkan matanya tajam kearah Do Hoon. "Cih. Lihat saja nanti. Akan aku leceti mobilnya saat sudah sampai."

"Berani?"

Do Young menampilkan giginya, cengengesan. "Hehe. Tidak. Aku tidak berani." Lalu tidak ada yang bersuara lagi.

Daripada mobil ini hening, lebih baik nyalakan sesuatu kan? Itulah yang ingin Do Young lakukan. Tangannya sudah didepan radio mobil hendak memutar lagu saat tangan Do Hoon menghentikannya.

"Jangan. Terlalu berisik."

"Ck." Alhasil ya tidak jadi menyalakan lagu. "Geunde, Sunbae. Kemana saja kau selama ini?"

"..."

"Sunbae."

Do Young yang mengerucutkan bibirnya kesal karna tak dijawab juga akhirnya menoleh hanya untuk mendapati Do Hoon itu sedang tertidur.

"Hah. Kali ini kau benar-benar tidur, kah?"

Tak ada jawaban lagi. Belajar dari pengalaman sebelumnya, Do Young mengecek dengan menggoyangkan tangannya naik turun di depan wajah Do Hoon tapi tak ada pergerakan, barulah ia yakin Do Hoon tertidur.

"Hm. Tidurlah yang nyenyak ya." Setelah menepi sebentar di pinggir, Do Young memakaikan jaket yang tadi ia lepas di kursi belakang.

***

"Sunbae. Ireona bwa. Sudah sampai."

Tangan kecil Do Young menggerak-gerakkan tubuh Do Hoon yang tidur di kursi penumpang. Katanya tidak ingin tidur, tapi malah ketiduran. Dasar Gi Do Hoon.

"Sunbae!!"

"Jangan teriak." Do Hoon menegakkan tubuhnya dan menatap Do Young sambil tersenyum. "Untung selamat sampai sini."

Rasanya ingin meleleh melihat senyum Do Hoon yang jarang sekali terlihat itu. "Jangan senyum begitu. Aku jadi melihatnya. Cepat turun. Aku lelah habis menangis."

Bukannya berhenti tersenyum, Do Hoon malah semakin melebarkan senyumnya yang malah jadi sedikit menyebalkan untuk Do Young karna jadi semakin ganteng si Do Hoon itu.

Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, keduanya turun dari mobil bersamaan sambil berjalan ke arah lift basement apartment. Dan seketika jantung Do Young ingin melompat keluar saya tiba-tiba dirasakan ada tangan lain yang menggandeng tangan kanannya.

Gadis itu pelan-pelan menoleh malu melihat pemlik tangan itu yang malah menatapnya balik dengan santai. "Mwo?" tanya Do Hoon santai.

"Ige mwoya?" Do Young mengangkat tangannya yang digandeng dengan Do Hoon. "Lepas. Tanganku kepanasan nanti." Sebenarnya sih berbanding terbalik dengan isi hati Do Young. Dia berharap lelaki itu tidak akan melepas tangannya. Awas saja kalau dilepas benaran.

"Mwogin mwoya. Kau yeochin-ku, jadi tak masalah." Senyuman di wajah Do Young tampil begitu saja mendengar jawaban Do Hoon, apalagi laki-laki itu mempererat genggamannya. "Tanganku dingin, jadi tenang saja."

"Sunbae. Kau punya mantan pacar banyak ya? Bicaramu lancar sekali," ledek Do Young sambil berdecak kearah Do Hoon yang mengacak rambut Do Young asal. Benar-benar mengacak ya, bukan cuma acak-acak karna gemas. Ini mah diacak-acak karna balas dendam kayaknya.

Tak mau kalah diledek Do Young, balasan langsung dilontarkan olehnya. "Iya. Mantanku segudang dan cantik-cantik semua lagi. Lebih cantik dari kau." Yap, dan sepertinya Do Hoon salah memilih kata-kata untuk melawan balik karna Do Young malah melepas tangannya, dan seperti tidak memihak padanya, tiba-tiba lift terbuka karna sudah pada lantai mereka.

"Do Young-ah. Jangnaniya, jangnan." Do Young tidak menjawab dan hanya membuka pintu apartemennya. Kalau sudah begini, apa yang harus dilakukan heh. Do Hoon bingung sendiri ini.

Dirinya ingin mengejar Do Young, tapi gadis itu sudah melenggang masuk ke dalam kamarnya. Kenapa juga kamarnya dekat dengan ruang tamu sih. "Lee Do Young...." Tak ada jawaban juga.

Yah, mau bagaimana lagi. Do Hoon tidak begitu tahu bagaimana cara menghadapi wanita yang sedang merajuk seperti ini. Dia kan tidak pernah berpacaran.

Begitu pintu selesai ditutup, Do Hoon berbalik dan begitu terkejut karna Do Young berdiri di belakangnya menampilkan senyum usil di wajahnya. "Kau sudah tidak mengambek?"

"Aku memang tidak ngambek kok. Hanya menjahili sunbae saja." Do Young berjalan mendekat kearah Do Hoon dan mencubit kedua pipinya. "Melihat sunbae tadi yang sedikit takut melihatku ngambek aku jadi ingin tertawa. Aigoo. Gwiyeopda nae namchin."

Do Hoon berdecak seraya tersenyum, menarik pinggang Do Young mendekat dan melingkarkan kedua tangannya di pinggang kecil Do Young itu. "Kau ya. Awas saja nanti. Akan kubalas."

Hah... Timing-nya padahal pas sekali untuk kissing time, tapi tidak bisa Do Hoon lakukan itu karna dirinya sedang tidak enak badan. Dia tidak mau Do Young malah jadi ikutan sakit, yah walaupun dia tidak tahu sih teori itu benar atau tidak. Dia hanya tahu itu dari drakor yang pernah dia nonton sebelumnya -dipaksa- sama teman kecilnya itu.

"Sunbae." Do Young sedikit berbisik yang membuat telinga Do Hoon bergidik geli.

"Hm?"

"Kisseu hae do dwae?" Tanpa jawaban dari Do Hoon, Do Young sudah mencondongkan wajahnya kearahnya yang untungnya lelaki itu bisa menahan kening Do young agar tidak bisa mendekat.

"Andwae. Aku sedang tidak enak badan. Nanti kau bi--Cup." Waw. Ternyata tenaga Do Young tidak selemah yang ia kira,... atau dirinya yang melemahkan diri? Hahaha. Karena tiba-tiba perkataannya terhenti dengan kecupan singkat di bibirnya. "Ya."

Do Young tersenyum manis kearahnya dan merogoh kantung saku jaketnya." Aku sudah beli obat banyak, jadi tidak masalah kalau aku kena sakit pun." Gadis itu memeluk erat Do Hoon yang dibalas pelukan erat juga oleh lelaki itu. "Lain kali kalau menghilang tanpa kabar lagi, jugyeo beoril geoya." (Akan kubunuh kau)

"Kapan kau beli obatnya?"

"Sunbae benar-benar tidur dengan nyenyak ya sampai tidak sadar aku berhenti sebentar untuk beli obat?" Do Young berdecak kesal dan mencubit pinggang namchin-nya itu yang dibalas dengan Do Hoon oura-pura kesakitan. "Sudah. Aku mau mandi."

Berbanding terbalik dengan Do Young ingin melepaskan diri dari pelukan itu, Do Hoon malah tidak mau melepaskan pelukannya. "Sunbae. Ige nwayo. Aku mau mandi ini. Sunbae juga harus minum obatnya sekarang."

"5 detik lagi."

Do Young mengalah karna sebenarnya ia juga tidak ingin melepas pelukannya. "Il. I. Sam. Sa. Oh. Ja. Ige nwara."

Dan lagi-lagi jantung Do Young dibuat hampir lompat keluar.

"Saranghae," bisik Do Hoon yang ditutup dengan kecupan singkat nan lembut di kening Do Young yang tertutup poninya dan melepaskan pelukannya sambil tersenyum sambil mengacak rambut Do Young asal. Lalu laki-laki itu pergi begitu saja ke kamarnya.

Beigtu saja pergi. Meninggalkan Do Young masih berusaha untuk kembali ke alam sadarnya dengan wajah merah padam itu. "Oh. Dan, Do Young-ah."

"N-ne?"

"Gabjagi wen jondaetmal? Amteun, kau kalau mandi yang cepat karna aku juga ingin mandi. Atau mau mandi bersama?" (Kenapa tiba-tiba bahasa formal?)

"Ne." Kesadarannya langsung menerjangnya begitu sudah kembali ke dunia nyata. Wajahnya pasti sangat merah sekarang. "SUNBAE!"

Do Hoon malah tertawa puas karna bisa mengerjai gadisnya sekali lagi. "Cepat mandi sana," ujarnya sebelum benar-benar masuk ke dalam kamarnya.

Tinggallah Do Young yang mencak-mencak sendiri karna malu di ruang tengah. Hadeh, terkadang dia benar-benar bodoh sekali.

***

Esokannya karna hari Sabtu, ya kedua orang itu tidak ada kelas jadi hanya di apartemen saja. Do Young sedang duduk nonton televisi di ruang tengah sambil mengangkat kakinya saat tiba-tiba saja Do Hoon menawarkan keripik kentangnya dan ikut duduk disamping Do Young.

"Gomawo!"

Keduanya tidak ada yang bicara. Hanya fokus nonton saja. Nonton tayangan ulang drama W : Two Worlds yang kebetulan saja sedang ditayangkan kembali.

Sedang fokus-fokusnya, Do Young berdeham dan pura-pura sibuk memainkan ponselnya saat adegan di penjara. Tau kan adegan apa? Iya. Adegan kissing yang paling buat baper itu loh. Setidaknya itu membuat Do Young baper mau ditonton berapa kali juga.

"Ehem."

Do Hoon terkekeh pelan melihat Do Young yang sudah tidak nonton dan memainkan ponselnya. Dia tahu kenapa gadis itu melakukan hal itu. "Ya. Kenapa kau? Malu karna nonton ini dengan namchin-mu?"

Meledek lagi aja ini orang satu, batin Do Young sambil melemparkan laser mematikan dari matanya pada Do Hoon.

"Mwo?"

"Sunbae masuk lagi aja ke kamar sana. Aku sudah tenang di depan nonton, dan sekarang terganggu karna sunbae."

"Tidak mau."

Ternyata manusia ini menyebalkan juga. Bukan tipe yang diam. Cih.

"Ya."

"Eo?"

"Neo naeil sueob eobsji?" (Kau tidak ada kelas kan besok?)

Do Young berhenti mengambil keripik sebentar dan mengingat kembali jadwalnya besok, lalu menggeleng sedetik kemudian. "Eobseo. Kenapa?"

"Besok ikut aku."

"Eodil?"

Dehaman pelan terdengar dari Do Hoon sebelum lelaki itu melanjutkan perkataannya dengan sangat, sangat pelan. "Deiteu." (Kencan)

Merasa tidak mendengar terlalu jelas, Do Young berhenti makan lagi dan melihat Do Hoon, "eh? Apa? Tidak kedengaran."

"Ehem." Do Hoon menyuapkan satu keripik ke mulut Do Young, menatap gadis itu. "Deiteu. Kencan."

Dan lagi-lagi Do Young dibuat terdiam lagi. Entah sudah berapa kali hari ini dirinya dikejutkan eh Do Hoon. "Ya. Dengar tidak?" tanyanya sambil menyuapkan kembali keripik ke Do Young.

Seketika ide jahil terlintas dibenak Do Young. Senyuman jahil terbit di wajah Do Young. "Naega wae? Kenapa aku harus date dengan sunbae?"

"Kau kan pacarku. Atau aku pergi dengan Jihye saja?"

Hah. Ingatkan dirinya untuk tidak menjahili Do Hoon lagi. Sekalinya dibalas kata-katanya sangat menyebalkan.

Melihat Do Young yang mengerucutkan bibirnya membuat Do Hoon jadi tertawa kecil dan mencubit kedua pipinya. "Jangan dianggap serius. Aku kan hanya bercanda."

"Cih. Lagian sejak kapan kau mengajakku berpacaran? Tidak ada kayaknya."

Do Hoon membenarkan duduknya menghadap Do Young, walaupun gadis itu tidak duduk menghadapnya juga yang mengharuskannya untuk memaksa Do Young duduk menghadapnya.

"Memang aku harus mengatakan jelas-jelas hal itu?"

"Menurutmu saja." Duduk sih sudah menghadap Do Hoon. Tapi wajahnya menunduk menatap sofa tempat mereka duduk.

Gemas, satu tangan Do Hoon mengangkat kepala Do Young dengan memegang wajah gadis itu lembut, menuntunnya untuk menatap Do Hoon juga.

Senyuman manis terbit diwajah Do Hoon saat melihat wajah Do Young yang cemberut. Secara sadar, benar-benar sadar, Do Hoon menarik wajah Do Young dengan kedua tangannya mendekat dan mengecup kening Do Young lembut.

"Narang sagwillae?" tanya Do Hoon dengan mata hitamnya yang menatap kedalam mata Do Young seraya tersenyum.

Bohong sekali kalau Do Young bilang dia tidak merasakan kupu-kupu terbang di perutnya sekarang. Bohong sekali kalau dia berkata dia tidak merasa meleleh bagai es batu yang meleleh dengan cepat karna diberi larutan garam.

Jadi seperti ini rasanya yang dijelaskan di novel-novel romantis... Wah, kalau begitu, bolehkan Do Young merasakannya lebih sering? Tapi, tidak bagus juga ya untuk jantungnya kalau terlalu sering.

Pelan tapi pasti, Do Young mengangguk dan tersenyum. Saat itu, keduanya saling tersenyum menatap satu sama lain sebelum Do Hoon menarik Do Young kedalam pelukannya yang erat.

Drrrtttt drrrttttt

Ponsel Do Young yang bergetar diatas mejalah yang menghentikan kegiatan memeluk itu.

Tapi... Do Hoon rasa itu bukan pesan yang bagus yang masuk ke ponsel Do Young, karna raut wajah gadis itu berbeda, langsung muram gitu.

"Kenapa?"

Do Young tersenyum miris, "kedua orangtuaku sudah bercerai hari ini."

Do Hoon tidak tahu apa yang harus dilakukan sekarang, yang terlintas dipikirannya hanya menggenggam tangan gadis itu dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja. "Gwaechanha. Aku disini. Kau mau nangis?"

Gadis itu menggeleng masih dengan senyum mirisnya dan menghembuskan napas kasar. "Tak apa. Aku sudah terlalu sering menangisi mereka kayaknya."

"Anak baik," ujar Do Hoon lembut sambil mengelus kepala Do Young.

"Do Hoon-ah."

Suara yang tak asing di telinga Do Hoon tetapi terdengar asing di telinga Do Young mengejutkan keduanya. Apalagi saat si empunya suara itu mendatangi mereka berdua ke ruang tengah.

Kecanggungan langsung menghantam Do Young, begitu juga dengan Do Hoon.

"Eomma!"

***

Dan beginilah situasinya sekarang. Do Young dan Do Hoon yang duduk bersebelahan di meja makan, dengan eomma-nya yang duduk di seberang mereka.

"Jadi.. kalian berpacaran?"

Sempat hening sebelum mereka berdua mengangguk berbarengan. "Hari ini aku baru mengajaknya pacaran."

"Mwo? Hari ini? Lalu kemarin-kemarin kenapa Do Young-ie haksaeng tinggal disini?"

"Dia--

"Aku--"

Eomma-nya mendelik walaupun dalam hati cukup terhibur dan tersenyum karna anak laki-lakinya sekarang sudah punya pacar. "Siapa yang ingin jelaskan?"

"Do Young tadinya hanya tinggal disini sebagai penyewa. Eomma yang memasang pengumuman untuk menyewakan kamar kosong ku, kan."

"Iya. Eomma yang pasang. Tapi Eomma tidak tahu kalau yang menyewa ternyata adalah perempuan."

Do Young tidak tahu harus bagaimana, jadi ia hanya menundukkan kepalanya dan meremas kedua tangannya takut. Do Hoon yang melihat itu langsung menggenggam tangan Do Young dan mengelusnya lembut.

"Mwo amuteun geureohge dwaesseoyo." (Yah pokoknya jadinya begitu)

"Mwoga?" jahil Eomma-nya.

"Ck. Lagipula kenapa eomma tidak bilang kalau mau datang? Biasa mengabari dulu."

"Sunbae. Kenapa galak bagitu dengan eomeonim?" Cubitan diberikan kepada Do Hoon karna perkataannya tadi.

Eomma-nya tertawa kecil. "Do Young haksaeng pernah bertemu denganku kan di depan pintu?"

Takut-takut, Do Young mengangguk. "Ne. Kita pernah bertemu malam itu."

"Apa bumonim tahu kalau Do Young haksaeng tinggal disini?"

Do Young terdiam. "Tidak. Hubungan kami tidak sedekat itu. Tapi aku sudah berencana untuk memberitahu eomma nanti."

"Baiklah. Tapi tetap orangtuamu harus tahu kalau kamu tinggal disini ya. Karna kamu kan anak perempuan."

"Ne, Eomeonim."

"Baiklah. Eomma pulang dulu. Itu ada banchan yang baru dibuat dan ada kimchi juga. Jangan lupa dimakan." Eomma-nya berdiri dan tersenyum lalu menepuk bahu Do Young. "Yang sabar ya dengan Do Hoon. Kalau dia macam-macam kasih tahu eomeonim saja." Lalu eomma-nya pindah menatap Do Hoon. "Baik-baik dengan Do Young haksaeng."

"Ne, gomapseumnida, Eomeonim. Josimhi gaseyo."

"Dan jangan macam-macam kalian berdua ya." Eomma-nya lagi-lagi meledek yang membuat wajah kedua manusia yang berumur 20-an itu merah seperti tomat matang.

"Eomma!! Ppalli ga."

Do Hoon yang mengantar eomma-nya sampai pintu depan. "Do Young, dia anak yang baik kelihatannya. Jangan sampai kau bikin dia sakit hati. Eomma pulang dulu."

"Eung. Josimhi ga. Kalau sudah sampai rumah, kabari aku."

Sepeninggal eomma-nya, keheningan langsung menyelimuti apartemen itu. Wah, benar-benar omongan eomma-nya tadi itu. Bikin suasana canggung saja.

"Jeo-jeogi, Sunbae. Ku rasa aku ada tugas. Aku masuk kamar dulu."

"Eo-eo. Belajar yang benar."

Hah. Semua karna eomma-nya tadi. Benar-benar dah.

[TBC]

2021 4 10/10 April 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro