19
"Ya. Kau mau makan apa?"
Do Young baru saja duduk sehabis kembali dari toilet, "apa aja. Samakan saja dengan punyamu."
Seokwoo juga ada disana. Katanya dia juga mau makan malam. Tapi sedang tidak mau sendirian. Jadi Do Young juga mengajaknya makan bersama. Tadi setelah kelas terakhir Yejoo, Taejoon dan Do Young selesai, Yejoo mengajak untuk makan bersama. Kebetulan kelas mereka selesai saat hampir makan malam.
Jadilah sekarang mereka berempat di pocha dekat kampus. Ini tempat yang sering Do Young dan Yejoo datangi saat mereka sedang libur dari pekerjaan. Makananannya enak dan tidak mahal.
Ah! Untuk yang tidak tahu pocha itu apa, pocha itu kependekan dari 'pojang macha', tempat makan di tenda pinggir jalan. Ada jual makanan dan minuman beralkohol juga.
"Geunde. Hwang Jihye sunbaenim.. apa dia tidak akan mengganggumu lagi?"
Yah, kalau mau jawab sih, dia sendiri juga tidak tahu. Jadi untuk saat ini Do Young hanya mengangkat kedua bahunya, "semoga saja."
Tak perlu menunggu lama, makanan mereka sampai. Untuk rasanya, tak perlu diragukan lagi. Sudah pasti enak. "Wah! Imonim! Jinjja masisseo!!!" pekik Do Young sambil memberikan jempolnya yang diikuti dengan Yejoo kemudian.
"Ya! Agassi. Kemarin itu saya melihat anda di majalah. Wah. Ternyata kalian itu model ya?"
Karena dikenali seperti itu, membuat Do Young dan Yejoo jadi malu dan menggaruk belakang kepalanya. Malu.
"Seperti itulah, Imonim."
Imonim hanya senyum dan mempersilahkan mereka untuk kembali makan.
"Do Young-ah."
"Ye?" Do Young menjawab dengan mulut yang penuh dengan udon. Membuat Seokwoo jadi sedikit tertawa.
"Telan dulu."
Do Young mengangguk, "ada apa?"
"Lukamu sudah tak apa?"
"Sunbae. Kau sudah bertanya sebanyak delapan kali hari ini. Tak apa. Tadi sudah diobati juga kan dengan Do Hoon sunbae."
Ani. Do Young sudah berkata sampai mulut berbusa kayaknya kalau dia tak apa. Lagian hanya luka kecil. Kenapa juga sih dipermasalahin. Ya sakit sih tapi tak perlu sampai ditanyakan beberapa kali kan. Kesal juga buat jawabnya.
Jamkkan. Ngomong-ngomong Do Hoon, sepertinya ada yang ia lupakan. Ia sepertinya ada ingat sesuatu yang harus dilakukan hari ini. Tapi apa?
"Do Young-ah. Besok aku tidak masuk kelas."
"Eo? Wae? Kau ada pemotretan?"
"Ani. Taejoon oppa lusa ulangtahun, tapi karena lusa tidak bisa cuti baik aku dan Taejoon oppa, jadi aku mengambil cuti besok untuk pergi jalan."
Ulang tahun....
OH! INGAT SEKARANG!
Hari ini ulang tahunnya Do Hoon!!
Astaga. Kenapa dia bisa lupa coba. Padahal dia sudah diam-diam mengintip dari kartu mahasiswanya.
Do Young langsung mengecek jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Jam 7 malam. Astaga. Untung saja masih jam segini. Toko kue masih belum tutup kan?
"Jeogi, yaedeul-ah. Aku sepertinya harus pergi. Hari ini Do Hoon ulang tahun."
Ketiga pasang mata itu menatap Do Young bingung. "Lalu? Kenapa kau pergi? Kan yang ultang tahun bukan kau? Bukan pacarmu juga kan?" tanya Seokwoo skakmat.
"Sunbae tahu sendiri kan Do Hoon sunbae itu tidak ada teman untuk merayakan ulang tahunnya bersama. Sudah ya. Maaf aku pergi duluan." Do Young berdiri. "Yejoo-ya. Tolong bayarkan punyaku ya. Aku akan membayarnya besok. Gamsa!"
"Do Young-ah." Do Young berbalik. "Apa kau akan meratakan ulang tahunku juga nanti?" tanya Seokwoo. Dia berharap 'ya' yang keluar dari mulut Do Young.
Tapi kenyataannya Do Young hanya tersenyum. "Amado. Sampai besok!"
Haruskah Seokwoo mengalah saja?
***
Kue sudah ia beli. Tentu saja dengan buru-buru. Ia takut toko kue tutup. Tulisan 'saengil chukhahanda, Sunbaenim' juga sudah ditulis diatas kuenya. Lilin sudah ia beli juga di toko kue tadi.
"Geurae. Makan miyeokguk-nya. Eomma ganda!"
Heol. Ada Do Hoon eomeonim didalam? Haruskan Do Young sembunyi? Atau gimana?
Karena terlalu banyak berpikir, Do Young malah jadi bertemu Do Hoon eomeonim didepan lift. "Annyeonghaseyo, Eomeonim."
Awalnya Do Hoon eomeonim tentu saja bingung. Tapi wanita paruh baya itu tetap tersenyum. "Ye. Annyeonghaseyo. Nugusindeyo?"
"Ah. Jeo.." Aduh tangannya penuh dengan bawaan pula. Do Young jadi ribet sendiri. Ia memindahkan kue dari dipegang dua tangan jadi satu tangan di sebelah kiri. "Jeoneun Lee Do Young imnida. Do Hoon Sunbaenim-eui hoobae-yeyo." (Namaku Lee Do Young. Aku adik kelasnya Do Hoon)
Wah. Untung saja tangannya disambut dengan baik oleh Do Hoon eomeonim. Kalau tidak kan dia bisa malu jadinya.
"Ah, Geuraeyo? Wah. I yeppeun agassi-ga uri Do Hoon-eui chingu? Do Hoon pintar juga mencari teman. Uri Do Hoon-ie jal butakhaeyo." (Begitu?) (Putri. antik ini temannya Do Hoon?) (Mohon bantuannya ya pada Do Hoon)
Do Young buru-buru menggeleng kepalanya. "Ei. Animnida. Aku tidak secantik eomeonim. Hehe."
Do Hoon eomeonim jadi ikut terkekeh. "Ah. Aku jadi mengganggu Do Young-ssi untuk mengejutkan Do Hoon ya? Mianhaeyo."
"Anieyo, Eomeonim. Ah, Eomenim bisa memanggilku dengan santai, Eomeonim." Do Young tersenyum.
"Geuraedo dwaelkkayo? Haha. Baiklah. Semoga berhasil, Do Young. Kau tahu bibeonnya? Bibeonnya..." Eomeonim membisikkannya pada Do Young. Aduh jadi tak enak. Padahal Do Young tentu saja tahu. Kan tinggal bareng. (Bolehkah seperti itu?)
Do Young mengangguk paham dan tersenyum. "Gomabseumnida, Eomeonim."
"Ne. Geureom, na meonjeo galgeyo. Hwaiting!"
"Ye, Eomeonim. Josimhi gayo."
Do Hoon eomeonim mengangguk dan tersenyum.
Dan Do Young baru ingat. Dia tidak bisa menyalakan korek api yang ia beli ini. Si bodoh memang. Kenapa juga ia beli yang ini...
"Jeogiyo, Eomeonim."
Untung saja Do Hoon eomeonim masih menunggu lift.
"Ne?"
"Bolehkan aku minta bantuan?"
Wanita itu tersenyum. "Tentu saja."
"Bisakah eomeonim menyalakan lilin ini? Aku saah beli korek api dan aku tak bisa memakai korek api ini. Jwiseonghamnida, Eomeonim." Aduh. Malu sekali. Memang dasar Lee Do Young.
Wah dan ternyata untungnya Do Hoon eomeonim bisa menyalakannya bertepatan dengan lift yang terbuka. "Sudah. Eomeonim pergi dulu ya. Semangat!"
"Jinjja kamsahamnida, Eomeonim! Josimhi gaseyo!" Do Young masih menatap lift sampai pintu lift tertutup.
Nah sekarang. Tinggal menyanyikan lagu untuk Do Hoon. Semoga saja Do Hoon tidak menertawakannya.
"Saengil chukhahamnida, saengil chukhahamnida. Saengil chukha, Do Hoon Sunbae. Saengil chukhahamnida!!"
Oke. Sekarang Do Young merasa malu sekali. Karena tidak ada respon apapun dari Do Hoon sama sekali.
"Sun--"
Tiba-tiba saja Do Hoon menarik Do Young kedalam pelukannya. Menghentikan kata-kata yang akan diucapkan Do Young. Bukan hanya itu, gadis itu bahkan menahan tangannya sebisa mungkin untuk tidak menjatuhkan kue di tangannya.
"Sun-Sunbae. Mwohasineungeoyeyo?" tanya Do Young tergagap. (Ka-Kak. Kau sedang apa?)
Dan sepertinya Do Hoon juga tidak sadar karena Do Hoon melepas pelukannya begitu saja. "Mi-mian."
Do Young berdeham. "Saengil chukhahae!!" Kedua tangannya mengulurkan kue kecil diatas tangannya. "Tiup lilinnya. Aku hampir saja menjatuhkan kuenya saat sunbae memelukku tiba-tiba tadi."
"Jangan diulang lagi kata-katanya. Aku sadar kok saat memelukmu tadi."
"Kukira tidak ingat." Do Young mengangkat kedua bahunya. "Cepat tiup. Tanganku pegal ini."
"Ya. Ini bahkan tidak ada sekilo beratnya." Ngoceh sih, tapi lilin tetap ditiup juga sama Do Hoon.
"Woooooo!! Selamat bertambah tua!!!"
Do Hoon tak bisa menahan senyumnya walaupun hanya senyum tipis dan langsung menetralkan wajahnya saat itu juga. Ia menyentil pelan dahi Do Young membuat gadis itu memelototinya.
"Sunbae! Kenapa menyentilku?? Bukanya bilang makasih. Ini pegang kuenya. Aku ingin makan makanan yang dimasak eomeonim tadi. Lilin itu, eomma-nya sunbae yang nyalain karena aku salah beli lighter. Hehehe."
Dalam sekejap kue itu sudah berpindah tangan. Tapi karena hari ini, bisa dibilang hari yang membuat Do Hoon senang, jadi dia hanya tersenyum dan menaruh kue itu di kotaknya lagi sebelum dimasukkan ke dalam kulkas.
"Ah, Sunbae! Kenapa dimasukkan ke dalam kulkas?" tanya Do Young dengan mulut yang penuh.
Tangan Do Hoon langsung berhenti dan berbalik menatap Do Young. "Kau mau makan ini juga?" Do Young mengangguk. Jadilah Do Hoon tak jadi memasukkan kuenya ke dalam kulkas dan mengeluarkannya lagi untuk disajikan diatas piring kue. "Kau memang suka makan ya? Bagaimana caranya kau bisa sekurus ini dengan banyak makanan yang kamu makan itu?"
Do Young mengangguk. "Tak apa. Memang ada yang salah? Metabolismeku lancar. Uhuk uhuk uhuk. Mul..."
Do Hoon menuangkan air ke gelas sebelum memberikannya pada Do Young yang tersedak makanan. "Makanya. Pelan-pelan makannya. Tak ada yang akan merampas makananmu."
"Gomawo!" Do Young meneguk air dan melanjutkan makannya. "Wah. Jinjja. Wanjeon masisseo!! Sekarang aku tau dari mana skill masakmu, Sunbae."
Tak bisa dipungkiri kalau Do Hoon juga sedikit senang dipuji seperti itu. Dia juga ikut bergabung duduk didepan Do Young, melanjutkan makannya.
Keheningan terjadi. Do Young mau ajak bicara juga tidak sempat. Makanannya terlalu nikmat untuk dilewati begitu saja hanya untuk mengajak Do Hoon bicara.
"Ehem." Dehaman Do Hoon sempat membuat Do Young berhenti sebentar, hanya sebentar karena gadis itu langsung lanjut makan lagi. "Gomawo."
"UHUK UHUK UHUK UHUK."
"YA. KAU INI SENANG SEKALI TERSEDAK MAKANAN YA?" Do Hoon buru-buru memberikan lagi gelas tadi yang ia isi ulang airnya. "Makan pelan-pelan."
Setelah batuknya hilang, Do Young menyipitkan matanya. "Sunbae. Kenapa kau tiba-tiba mengucapkan terimakasih?" Do Young kembali meminum air putihnya dan tetap menatap Do Hoon. "Apa kau salah makan tadi?"
Do Hoon jadi canggung dan menggaruk tengkuknya. "Ani... Karena.. Karena kau tadi membawakanku kue ulang tahun."
Senyuman terbit di wajah Do Young. "Memang kau tidak diberikan kue sama Jihye sunbae?"
Do Hoon menggeleng. "Jangan ungkit dia lagi. Aku sudah tidak berbicara dengannya."
"Eng? Wae?"
"Tak perlu ditanya."
"Sunbae. Kau jangan terlalu jahat pada Jihye sunbae. Nanti kau jadi suka pa--"
Cup.
Omongan Do Young terhenti di tengah jalan karena kecupan tiba-tiba Do Hoon di bibirnya. Bahkan sampai saat ini wajah mereka hanya berjarak 3 senti saja walaupun kedua bibir itu sudah menjauh.
"Rasa miyeokguk." Do Hoon tersenyum. "Diam dan makanlah dengan tenang."
Berbeda dengan Do Hoon yang sudah duduk lagi dengan biasa, Do Young tidak bisa seperti itu. Wajahnya memerah antara kesal dan terkejut.
"Ya. Kau sudah tidak mau makan?"
"Sunbae."
"Eo?"
"Apa kisseu itu mudah untukmu? Mak.. kau lakukan pada semua orang?"
Do Hoon terdiam bingung. "Neo wae geurae?" (Kau kenapa?)
"Setelah ini kau akan berkata kecupan tadi bukan apa-apa kan? Apa sunbae gak mikir gimana canggungnya aku nanti? Mwo, mungkin untuk sunbae tidak akan canggung karena menurut sunbae itu bukan apa-apa seperti waktu itu. Tapi aku akan canggung bahkan hanya untuk bicara denganmu seperti biasa saja canggung."
Apakah Do Hoon berbuat kesalahan fatal kali ini? Tapi dia tidak bermaksud seperti itu. Itu murni karena dia ingin lakukan. Bahkan jantungnya masih berdebar sampai sekarang. Tak pernah sekalipun Do Hoon tidak terpikirkan kejadian yang terjadi malam Do Young mabuk.
"Ya. Baiklah. Aku minta maaf karena tidak minta ijin."
"Sunbae. Ini bukan masalah minta maaf, ijin tak ijin. Tapi kau seperti mudah sekali mencium orang. Nanti sehabis itu kau akan bersikap biasa saja."
Do Young berdiri, hendak ke kamarnya.
"Nuga geurae?" Tepat sebelum Do Young menjauh, Do Hoon menangkap tangan Do Young, menatap dalam mata Do Young. Setelah menatap mata perempuan itu ia sadar, ia salah. "Aku tak pernah menganggap biasa saja."
"Geurae? Waktu aku mabuk--"
Ciuman yang kedua kali terjadi lagi. Do Hoon menarik kepala Do Young, memperdalam ciumannya. Kali ini cukup lama sebelum ia menjauhkan kepalanya. "Menurutmu aku akan melakukan ini dengan siapa saja?"
Wajah Do Young memerah, ia menggigit bibir bawahnya terkejut.
"Menurutmu aku juga tidak canggung? Aku juga merasa canggung, tapi kalau aku juga ikutan canggung saat kau canggung, apa tidak jadi aneh untuk kita berdua? Apalagi kita tinggal satu atap. Kuliah di kampus yang sama."
Do Young memalingkan wajahnya kearah lain. "Harusnya kau jelaskan padaku malam itu. Aku mengira hanya aku saja yang bersikap berlebihan."
Do Hoon dengan kedua tangannya memutar kepala Do Young agar kembali menatapnya lagi. "Jangan lihat kearah lain kalau sedang bicara dengan orang." Satu tangannya berpindah menuntun tangan Do Young ke dadanya. "Kau masih mau bilang aku gampang untuk mencium orang?"
Wah. Ini bahkan walaupun dia sendiri yang melakukan, tapi Do Hoon sendiri merasa jijik saat menyadari apa yang ia lakukan dan ia katakan barusan.
Tapi ini biar Do Young tahu kalau dia tidak sembarangan mencium orang. Mana ada orang yang sembarangan mencium orang sampai berdebar kencang seperti ini. "Ya. Daedab jom haji. Memang aku bicara dengan tembok?" (Jawab aku)
Do Young menarik tangannya dan memilih untuk kembali ke kamarnya saja. "Ah. Molla. Aku mau ke kamar saja. Banyak tugas yang harus dikerjakan."
Melihat pintu kamar Do Young yang ditutup, membuat Do Hoon tersenyum jahil. "Ya! Besok jangan canggung lagi kalau bertemu denganku. Aku harus bagaimana kalau kau canggung denganku!"
"Molla! Sunbaega jikjeob arasseo hae!" (Tak tau! Kakak saja yang urus sendiri!)
Do Hoon tak bisa lagi menahan tawanya dan menyelesaikan makannya sebelum ia mencuci piring.
"Ah. Sepertinya besok dia akan diam lagi."
[TBC]
2021년 4월 10일/10 April 2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro