Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

16

Lee Do Young

Saat di kelas tadi, aku hampir saja meloncat dari bangkuku kala pesan masuk ke ponselku. Asli, aku hampir saja berteriak kegirangan. Kenapa? Karena aku mendapat pesan untuk datang ke agensi Jin guna mengurus kontrakku dan sebagainya. Senang banget astaga!!!!

Begitu selesai kelas aku langsung berlari ke departemen Yejoo. "Yejoo-ya!!" Aku langsung memeluknya sampai Yejoo sendiri sedikit tersentak ke belakang karena aku memeluknya tiba-tiba. "Aku diterima!!!"

Yejoo melepas pelukanku, "terima apa?"

"Aku diterima di agensi Jin oppa. Happy Hit Entertainment!!!!"

"Jinjja??????? Waaaaaaa!! Chukhahae!!!"

Baik aku dan Yejoo sama-sama berjingrak girang sampai-sampai kami menjadi pusat perhatian di depan kelas Yejoo.

"Tapi, kapan kau daftarnya? Aku tidak tau."

Ah iya. Aku belum bilang ke Yejoo ya. Lupa aku. Cangiran terbit di wajahku. "Waktu itu sedang jalan dengan Seokwoo sun--"

"Mwo? Seokwoo sunbae-rang? Dul-i man?" (Apa? Dengan kak Seokwoo? Berdua saja?)

Aku mengangguk. "Waktu aku pemeriksaan terakhir di rumah sakit. Intinya tuh ternyata Seokwoo sunbae temenan sama Jin oppa, aktor Kim Seok Jin itu loh. Dan agensi Jin oppa ternyata sudah mencari kontakku dua bulan ini untuk merekrutku menjadi salah satu model di agensi mereka. Aku langsung memberikan kontakku, lah. Tiga hari kemudian, aku dipanggil untuk audisi. Dan hari ini mereka mengabariku kalau lolos audisi dan memintaku untuk datang kesana."

"Waaaaahhh. Jinjja chukhahanda!!" Yejoo kembali memelukku. "Tapi bukankah kau bilang kau tidak mau masuk agensi manapun?"

"Kalau agensi Jin oppa, tentu saja aku akan masuk."

"Dasar kau ini." Kami berjalan beriringan menuju taman tengah kampus. "Lalu, hari ini kau sendiri saja kesana? Perlukah aku menemanimu?"

Ku gelengkan kepalaku, "tak perlu. Kau bukannya ada jadwal hari ini? Harus ikut datang untuk jadi penilai di audisi rekrutmen model baru diagensimu kan?"

"Ah, iya juga ya. Jadi kau pergi sendiri saja?"

"Sepertinya begitu."

Kami memilih untuk duduk di tempat biasa. Taejoon yang beli makan di kantin untuk kami. Itulah enaknya kalau punya pacar seperti Yejoo. Dan tentu saja karena Yejoo adalah temanku, jadi Taejoon juga sekalian membelikan makananku.

"Annyeong!"

"Eo? Sunbae!"

"Boleh bergabung?"

Baik aku dan Yejoo sama-sama mengangguk dan memberi tempat untuk Seokwoo duduk. "Sedang apa disini, sunbae? Kau tidak makan dengan teman-temanmu?"

Seokwoo menggeleng. "Tidak. Mereka sedang sibuk kerja kelompok."

Aku hanya mengangguk dan kebetulan makanan kami datang. "Kau sudah makan, sunbae?"

"Belum. Ini aku sedang berpikir mau beli makan apa."

"Kau mau makan denganku saja?" Aku bukannya mencuri kesempatan atau bagaimana loh ya. Aku juga tidak ada perasaaan dengannya. Hanya saja kimchi bokgeumbab yang aku pesan itu punya porsi yang cukup banyak. "Kebetulan porsinya cukup banyak. Aku bisa membaginya dengan sunbae kalau kau mau." (Nasi goreng kimchi)

"Kau baik sekali. Tapi tak apa. Aku akan beli makananku sendiri. Kau harus makan yang banyak agar tidak sakit." Seokwoo mengacak rambutku dan berdiri. "Sebentar ya."

Aku hanya mengangguk dan melanjutkan makanku. Berbeda dengan Yejoo yang berbalik menatapku dengan pandangan tak percayanya. "Mwonya? Gabjagi chakhan cheokhae?" (Apaan nih? Tiba-tiba jadi pura-pura baik)

Ini anak belum pernah aku kasih kaus kaki bau yang ada di rumah ya. "Aku memang baik ya. Astaga."

Tak lama berselang dari aku mendelik pada Yejoo tadi, Seokwoo kembali dengan kotak makannya. "Mwoya. Kau juga beli kimchi bokgeumbab? Kalau gitu kenapa tidak makan berdua denganku saja." Yang Seokwoo beli persis sama dengan yang kubeli.

"Supaya kau makan banyak. Makan lagi."

"Aigoo." Ada-ada saja orang ini.

"Sunbae. Hari ini kau ada acara?"

Aku menoleh saat Yejoo melontarkan pertanyaan itu pada Seokwoo. Jangan bilang dia mau meminta Seokwoo untuk menemaniku?

Kudekatkan tubuhku pada Yejoo, "jangan bicara yang macam-macam kau. Aku tidak mau menyulitkan sunbae," bisikku sepelan mungkin.

"Tidak ada. Kenapa?"

Yejoo tersenyum padaku dan mendelik sedetik kemudian, "kau diam saja. Aku masih takut kau pergi sendirian." Lalu ia tersenyum pada Seokwoo. Anak ini memang tidak bisa didiamkan ya. "Ini, Do Young kan diterima di Happy Hit, nah hari ini dia diminta kesana untuk membicarakan kontraknya. Aku tidak bisa menemaninya, apa--"

"Tentu saja. Aku akan menemaninya nanti."

Wow. Bahkan Yejoo saja belum selesai bicara. Kuyakin mulut Yejoo sekarang pasti terbuka lebar saking terkejutnya. "Tidak perlu, Sunbae. Aku bisa sendiri kok."

"Tak apa. Aku juga mau bertemu Jin nanti. Kebetulan dia sedang ada disana hari ini."

Kalau ini di webtoon, mataku pasti langsung berkilap. Apakah aku sedang beruntung hari ini? Kemungkinan aku bisa bertemu dengan Jin lagi. OH YES!!

"Benar tak menyusahkan?"

Seokwoo menggeleng. "Tidak apa. Selamat karna sudah lolos audisinya!"

Siapapun yang mejadi pacar Seokwoo nanti, dia pasti perempuan yang beruntung. Seokwoo baik banget soalnya.

***

Waktu aku menandatangani kontrak, aku masuk sendirian ke dalam karena staf hanya memperbolehkan masuk sendiri, kalaupun ditemani hanya boleh dengan keluarga atau pengacara. Jadi Seokwoo tidak ikut masuk dan dia berkata kalau dia mau menemui temannya.

Disinilah aku sekarang. Setelah selesai dengan semua kontrak itu, aku baru saja turun ke lobby. Niatnya ingin bertanya dimana Seokwoo sekarang, tapi ternyata ponselku tidak ada. Pasti ketinggalan di kelas terakhir tadi. Jadi mau tidak mau aku hanya menunggu saja dibawah, toh langit juga belum gelap.

"Ya!"

Eo? Aku seperti mengenali suara ini.

"Ya!"

Tuk!

Aku mengelus kepalaku yang diketuk dengan ujung suatu benda dan menengadahkan kepalaku untuk melihat siapa yang berani-beraninya mengetuk kepalaku. "Eo? Sunbae! Kenapa kau bisa ada disini?"

"Kau meninggalkan hapemu di kelas. Temanmu memintaku untuk mengantarkannya padamu."

Aku menyengir lalu mengambil ponselku dari tangan Do Hoon. "Makasih loh. Aku lupa kalau ketinggalan di kelas."

"Kau ini. Kalau kepalamu tidak menempel, sudah dipastikan kepalamu bisa ikut tertinggal juga." Manusia satu ini kalau bicara memang tidak bisa baik-baik ya.

"Ti--"

"Do Young-ah. Aku mencarimu daritadi!"

Seokwoo tiba di depanku dengan napas yang sedikit terengah-engah dan wajah yang terlihat khawatir. Apa dia mencariku? "Kau mencariku? Maaf. Hapeku tertinggal di kampus tadi saat kelas jadi tidak menghubungimu."

Setelah aku berkata seperti itu Seokwoo baru tersenyum tipis. "Tak apa. Aku hanya khawatir karna tiba-tiba kau hilang dan tidak bisa dihubungi. Tapi Do Hoon, kau kenapa ada disini?"

Ah iya ya. Do Hoon ada disini ya. "Ah. Do--"

"Bukan urusanmu,"

Cih. Apa dia tidak bisa menjawab dengan baik? "Do Hoon mengantar hapeku yang tertinggal." Aku mendelik pada Do Hoon. "Sunbae. Kalau bicara tuh yang lembut sih. Jangan ketus."

Do Hoon memutar bola matanya. "Tak peduli. Ayo pulang. Aku lapar."

Ehhhh??? Manusia ini cari masalah sendiri ya? Dia sendiri yang bilang jangan kasih tau siapa-siapa mengenai aku dan dia yang tinggal satu unit. Tapi sekarang dia yang buka sendiri dengan mengajakku pulang.

"Sunbae,"

"Mwo?"

Terserahlah. Bukan salahku. Bukan aku yang buka suara ya.

"Oh? Kebetulan. Aku juga sedang lapar." Seokwoo tersenyum. "Kau mau makan dulu, Do Young? Dekat sini ada Subway dan aku sedang mau makan itu. Atau kau mau makan yang lain?"

Tentu saja aku mengangguk. Apa sih yang engga untuk makanan. Aku akan maju paling depan kalau urusan makanan. "Ayo! Aku juga sedang mau makan Subway." Aku beralih pada Do Hoon. "Sunbae, kau mau ikut? Kalau tidak kau pulang duluan saja."

"Ck."

***

"Ani... Sunbae. Kau tidak mau makan? Tadi kau katanya lapar kan makanya ikut dengan kami?"

Sampai sekarang aku masih tidak mengerti alur pikirannya Do Hoon. Kalau lapar ya pesan makan dong. Kenapa dia tidak pesan makan sekarang coba.

Do Hoon tidak menjawabku sama sekali. Dia hanya menatap lurus ke depan. "Sunbae. Kalau kau tidak mau pesan makan kenapa kau ikut?" Benarkan yang aku tanyakan?

Seokwoo yang duduk di depanku hanya tertawa kecil. "Biarkan saja. Mungkin dia tidak mau makan roti lapis." AKu mengangguk. "Ya. Kau mau makan apa?"

Bukan menjawab, tapi Do Hoon malah berdiri dari duduknya. "Cepatlah makan. Aku akan menunggu di Starbucks dekat sini." Dan dia benar-benar pergi begitu saja.

Eh? Ini aku saja yang merasa aneh dengannya atau memang dia benar-benar aneh? Ah terserah. Tak peduli.

"Lee Do Young."

"Eung?" Aku menggigit roti lapisku. Ah, ini enak sekali loh. Yeoksi. Kalau roti lapis itu Subway juaranya.

"Kau dekat dengan Do Hoon?"

Heol. Aku harus menjawab apa ya. "Mwo, geunyang chingu. Tidak terlalu dekat juga. Kenapa memangnya, Sunbae?" (Hm. Cuma temenan doang)

Seokwoo terlihat ingin membuka suaranya tapi sesaat kemudian dia menutup mulutnya lagi.

"Tak apa. Makanlah."

Eh? Ada apa sih?

***

Gi Do Hoon

Lee Do Young. Apa dia tidak bisa membaca suasanakah? Aku tidak mau makan dengan Seokwoo. Dan lagi, aku tidak terlalu suka roti lapis.

Aku kembali menyeruput minumanku. Padahal aku memesan minum yang dingin loh, tapi kenapa aku masih tetap merasa panas ya.

"Ya. Gi Do Hoon."

Aku menoleh saat ada yang memanggil namaku dan mengangkat satu alisku. Aku tidak kenal dengan lelaki ini, tapi kenapa dia bisa tahu namaku?

"Neo Gi Do Hoon majji?" tanyanya lagi dengan jarinya yang menunjuk diriku. (Kau Gi Do Hoon, kan?)

"Jwisonghajiman, nuguseyo?"

Tanpa bertanya dulu, lelaki itu langsung duduk di kursi seberangku. "Wah. Kau tidak ingat denganku? Jinjja sseob sseob hada." Apa sih? Siapa sih dia sebenarnya? "Aku teman sekelasmu dulu. Kelas 11-2. Kau tak ingat? Lee Jaebin."

Lee Jaebin?

Oh??? Lee Jaebin yang itu?

Ah. Aku ingat sekarang. "Lee Jaebin yang pembuat onar dulu?"

Jaebin mengangguk -walau terlihat terpaksa- dan menggaruk tengkuknya. "Ya, akhirnya kau ingat walaupun hal yang jelek yang kau ingat."

"Maaf." Aku terkekeh pelan.

"Wah sudah lama sekali ya. Kau waktu kelulusan juga tidak datang."

Ya, aku memang tidak datang waktu kelulusan. Aku hanya tersenyum sambil mengaduk minumanku.

"Apa kau masih merasa bersalah?"

Iya. Aku masih merasa bersalah. Bahkan sampai sekarang.

"Ya. Itu bukan salahmu. Aku dan teman-temanmu sudah bilang padamu kan."

Aku hanya bisa diam. Tak bisa membalas kata-kata Jaebin sama sekali.

"Ya. Namjoo begitu bukan karena kau. Tapi karena--"

"Jaebin-ah." Aku mengangkat kepalaku yang terasa berat. Lagi-lagi rasa bersalah itu kembali menghantuiku. "Bisakah jangan bicara mengenai hal itu lagi?"

Jaebin terdiam walau pada akhirnya ia menjawabku, "baiklah. Aku hanya mengingatkanmu kalau itu bukan salahmu. Senang bertemu denganmu lagi, Do Hoon." Dia melihat jam yang melingkar di tangannya. "Hm. Maaf aku tidak bisa bicara denganmu lama, aku ada janji. Lain kali kalau ada kumpul reuni ikut ya! Banyak yang merindukan sosok Do Hoon haha. Sampai ketemu lagi."

Aku hanya mengangguk dan melambaikan tanganku padanya. Bertepatan dengan Jaebin yang keluar dari toko, Do Young masuk dan langsung duduk di depanku. "Sunbae. Museun iliisseyo? Muka sunbae seperti tidak enak untuk dipandang," ujarnya dengan wajah meledeknya. (Kak. Lagi ada masalah?)

Memang dasar anak ini. Kalau tidak mencari ribut denganku itu seperti tidak tenang untuknya. "Bukan urusanmu."

"Cih. Ketus sekali." Do Young menyandarkan di sandaran kursi. "Jadi? Mau pulang sekarang?"

***

"Jeogi, Sunbaenim." Terdengar decakan dari mulut Do Young. "Kau bercanda dengaku sekarang ya?"

Rasanya aku tidak bisa menahan cengiranku melihat raut wajah Do Young sekarang ini. Apalagi dia duduk di depanku. Jadi kelihatan lebih lucu dengan bibir yang dimanyunkan begitu.

Kepalaku menggeleng pelan sembari menahan cengiranku. "Tidak. Aku tidak bercanda."

Do Young terdiam sambil memejamkan matanya sebelum ia menatapku lagi. "Kalau kau tidak bercanda apa ini namanya, huh?"

"Apa? Memang ada yang salah?"

"Sunbae!" Pada akhirnya kekehan pelan keluar dari mulutku. "Kalau kau lapar kenapa kau tidak makan dengan kami saja disana tadi? Ini apa ini. Kalau tahu kau akan mengajakku makan disini, aku tidak akan makan sandwich tadi."

Aku tertawa kecil menanggapinya.

Sekarang kami berdua sedang duduk di tengah keramaian pengunjung restoran ayam Kyochon. Dan karena aku ingat Do Young kemarin bilang dia sedang mencoba untuk menjaga pola makannya yang sudah cukup berantakan belakangan ini, pada akhirnya aku sengaja mengajaknya kesini sekalian untuk menjahilinya.

"Ya tinggal makan lagi."

"Sunbae!"

"Mwo?" Tanganku mengambil satu paha ayam dan mengulurkannya pada Do Young. "Kau yakin tidak mau makan?"

Do Young terdiam dengan mulutnya yang pouting menatapku tak suka.

"Tanganku pegal. Cepat ambil kalau mau."

Aku tersenyum meledek saat ia mengambil ayam itu pada akhirnya. "Kalau aku sampai naik berat badannya, ini semua karena sunbae."

"Ya ya ya. Sudah makanlah."

Lihatlah orang yang berkata tidak mau makan. Dalam beberapa menit dia sudah menghabiskan dua paha ayam dan setengah daging dada ayam. Aku tidak bisa memberikan reaksi lain selain tertawa kecil melihatnya.

"Ya. Cheon-cheonhi meokgo. Nuga ppaeseulgeoya?" ledekku melihatnya jahil. (Pelan-pelan makannya. Emang siapa yang mau ambil?)

"Aku masih ngambek dengan sunbae. Dan sekarang aku sedang fokus makan tahu. Jangan menggangguku makan."

"Mworae," (Apa dah)

"Uhuk uhuk. Mul. Mul." Lah mampus. Sepertinya dia tersedak. (Air. Air)

Tanganku buru-buru menyodorkan gelas lemon teaku padanya karena minum dia itu soda. Yang ada dia malah makin tersedak. "Ah! Gomawo, Sunbae. Tapi kenapa tinggal setengah gini airnya?"

"Aku ambil punya orang belakang yang sudah pergi tadi."

Wajah Do Young berubah pias. Astaga. Rasanya aku ingin tertawa melihatnya.

"Jinjjaro?"

"Ani. Aku hanya bercanda."

"AH JINJJA! SUNBAE!!"

***

Sepanjang perjalanan pulang tadi Do Young hanya mencibir padaku, tidak mengajakku bicara sama sekali. Apa dia benar-benar ngambek?

"Ya."

"Mwo?! Wae?!" Astaga galaknya.

Kalau bisa kudeskripsikan wajahnya saat ini, mirip sama anjing yang sedang mengerang. Tahu kan wajah anjing yang marah kalau dia merasa ada orang jahat dekat pemiliknya? Ya semacam itu lah.

Aku tak menjawabnya lagi dan memilih untuk masuk ke kamarku.

"Jeo sunbae jinjja!" Terdengar suara kaki yang mendekat dari belakangku. "Sunbae! Sekedar saran saja, kalau bercanda jangan memakai wajah yang serius. Aku kira tadi kau benar-benar memberikan minuman sisa dari orang belakang tahu!" Setelah itu dia menghentakkan kakinya menuju kamarnya sendiri, meninggalkanku yang tersenum sendirian disini melihatnya.

"Benar-benar seperti anak kecil,"

Tubuhku berbaring diatas kasur begitu saja setelah memutup pintu kamar. Langit kamarku menjadi fokus dari pandanganku. Pikiranku kembali mengulang kata-kata Jaebin tadi siang.

Apa aku boleh berkata kalau itu bukan salahku? Apa boleh?

Tapi mau dipikirkan bagaimanapun, itu semua memang terlihat salahku. Kalau bukan karena aku, Namjoo tidak akan seperti itu. Dia tidak akan sampai melakukan perco--

Memikirkannya lagi saja sudsah membuatku merinding lagi. Kenapa juga hal itu bisa terjadi padaku.

Lalu terlintas di kepalaku suatu hal yang membuatku lebih bergidik ngeri takut daripada Namjoo.

Bagaimana kalau Lee Do Young juga sampai begitu?

[TBC]

22 August 2020 / 2020년 8월 22일

yooooooo!!!! im backkkkkk hehehehe

gimana kabar kalian??? semoga semua baik-baik aja yappppp wkwkwk kalo yang mau pergi keluar, inget pakai masker guys!!!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro