07
Gi Do Hoon
"Sunbae!!! Gatchi ga!! Tunggu sebentar."
Ah. Lee Do Young.
Aku tidak menyangka dia akan ada kelas pagi hari ini.
"Cepat."
Do Young keluar dari kamarnya dengan pakaian kurang bahan lagi.
Entah kenapa aku melihatnya hanya bisa menghela napas tak suka. Kenapa semua perempuan suka memakai pakaian yang pendek? Kalau sedang tidak musim dingin, tak masalah. Tapi ini sedang musim pergantian ke musim dingin. Angin sedang dingin-dinginnya.
"Oh! Sebentar! Aku ada yang ketinggalan."
Do Young kembali berlari ke kamarnya dan keluar dengan tas laptop di tangannya.
"Sudah?" Dia mengangguk dan tersenyum. "Ayo."
"Geunde, Sunbae. Apa kau akan pulang malam hari ini?"
Ku tukar tempat kami agar Do Young berjalan di dalam sedang aku di luar. Itu sudah menjadi dasar. Perempuan, anak kecil, orangtua yang sudah masuk lansia, seharusnya tidak berjalan di bagian luar. "Tidak."
"Bagus. Kalau begitu kau mau menemaniku makan?"
Anak ini. Kenapa jadi semakin sering mengajakku keluar?
"Eodi?"
"Ada restoran junkfood baru di dekat Han Gang. Kata temanku enak. Tapi Yejoo pasti dengan pacarnya, daripada jadi nyamuk antara mereka, lebih baik tidak, kan? Dan yang dekat denganku hanya tinggal Do Hoon sunbae saja."
"Kata siapa aku mau jadi dekat denganmu?"
"Ei. Jangan begitu, Sunbae. Aku tahu pesonaku itu sulit untuk ditolak. Jadi semua orang pasti mau berteman denganku."
Bis datang dan tiba didepanku dan Do Young. "Naik."
Terdengar decakan darinya sebelum akhirnya dia naik dan duduk. Kebetulan hari ini bis tidak terlalu ramai. Jadi aku dan dia bisa sama-sama duduk.
"Bagaimana? Mau ya?"
"Ya."
Entah kenapa aku bisa meng-iya-kan ajakannya dengan begitu cepat. Padahal ajakan Jihye saja tidak mau aku lakukan.
Mungkinkah...
Tidak. Tidak. Tidak mungkin.
Dengan perempuan sepertinya? Sangat tidak mungkin.
Sengaja aku tidak duduk disampingnya. Aku memilih untuk duduk di seberangnya. Lebih baik tidak berurusan dengannya sering-sering kan?
"Sshhh! Sunbae! Wae geogi anjayo? Yeogi jari isseo," bisiknya dari seberang. (Kak. Kenapa duduk disana? Disini ada tempat duduk)
Aku tidak mempedulikannya, lantas aku memakai airpod tanpa lagu. Sudah seperti kebiasaanku saat aku tidak ingin diganggu. Aku dapat mendengar decakannya, lagi. Setelah itu todak terdengar suaranya lagi.
Tapi sesuatu sedikit menggangguku saat ada laki-laki dengan jaket kulit hitam yang baru naik dan duduk disebelahnya. Sesekali aku melirik lewat ekor mataku ke arah Do Young. Dan aku pada akhirnya menolehkan kepalaku saat Do Young mulai terlihat tidak nyaman, sampai sesekali dia menyudutkan dirinya ke dinding bis.
Do Young yang aku tahu tidak seperti itu. Apa dia benar-benar takut? Ya juga sih. Siapa juga yang tidak takut kalau diperhatikan seperti itu. Apalagi dia melihatnya kearah kakinya Do Young yang sedikit tidak tertutup karena memakai rok.
Mwo?!!!
Mataku membulat sempurna saat mencerna apa yang kukatakan tadi.
Sebenarnya aku tidak akan ikut campur tapi entah mengapa ada rasa untuk menolongnya walaupun Do Young tidak mengatakan apapun padaku.
Do-Hoon Gi:
ya.
pindah ke sampingku.
Tak lama setelah aku mengirim katalk, angka 1 itu hilang. Yang artinya dia sudah baca. Do Young mengangkat kepalanya dan menatapku dengan senyumannya. Dia langsung berdiri dan permisi pada lelaki yang duduk di sebelahnya agar dia bisa lewat, duduk di sampingku.
"Kau lihat juga ya tadi, Sunbae?"
"Hm."
"Cih. Singkat sekali. Tapi tak apa. Gomawo!" katanya sembari menepuk bahuku beberapa kali dan kembali melihat ke depan.
Ku lirik dia dan memutar bola mataku. Ada ya perempuan sepertinya.
Tapi mataku terpaku pada sesuatu dan membuatku melepas jaketku lantas menaruhnya pada pangkuannya. "Pakai. Kau pakai rok. Kakimu masih diperhatikan."
Do Young terlihat bingung awalnya tapi dia segera tersenyum dan kembali mengatakan 'terimakasih' padaku.
Melihatnya tersenyum sambil menggoyangkan kakinya ke depan dan ke belakang seperti melihat anak kecil. Tak sadar aku juga jadi ikut tersenyum walaupun tidak di depannya melainkan ke arah jendela.
***
Profesor Lee hari ini tidak masuk tapi dia sudah memberikan kami tugas lewat asdos kakak tingkat yang menggantikannya di kelas tadi. Sudah tak masuk, tapi tetap saja masih ada tugas.
Dan kali ini adalah tugas kelompok.
Paling kuhindari.
Aku masih ingat saat aku mencari namaku di papan tulis hijau kelas tadi.
Geurub 5:
Lee Min Ki
Jung Hyein
Ha Min Do
Gi Do Hoon
Park Jae Young
Heo Nari
Na Yoo Mi
Saat aku melihatnya, secara otomatis helaan napas keluar dari mulutku.
Aku bisa dikatakan cukup beruntung karena masih ada empat orang yang aku tahu di kelompokku. Pernah beberapa dijadikan satu kelompok di kelas Profesor Lee. Min Do, Yoo Mi, Jae Young, Nari. Setidaknya masih ada yang aku tahu. Itu lebih baik, kan, daripada aku masuk di kelompok yang tak pernah aku tahu orangnya?
Dan karena tugas itu dikumpulkan dua minggu dari sekaramg, mau tak mau kami harus mengerjakannya dalam minggu ini.
"Do Hoon-ah. Kau keberatan kalau besok kita kerjakan?" tanya Min Do, selamu ketua kelompok. Ya tidak masalah. Mengingat dia paling supel, pintar, dan paling bisa bertindak sebagai ketua. Dia sangat bijak dan tegad tapi humoris juga.
Aku mengangguk kaku dan kembali membaca bukuku. Tadi Min Do meminta kelompok 5 untuk berkumpul sebentar di cafe dekat kampus untuk membicarakan beberapa hal termasuk kapan akan kami kerjakan.
"Baiklah. Kalau begitu sudah ditentukan ya. Besok jam 3 siang, di cafe ini lagi. Tidak ada yang keberatan, kan?"
Sekilas aku melihat beberapa orang yang menggeleng menunjukkan kalau mereka tidak keberatan.
"Ya! Lee Min Ki! Neo akkabuteo phon-i man bwattneunde, uri mareul deureottni?" Hampir saja aku melempar bukuku karena suara marah Min Do. Sudah kubilang kan dia bisa bertindak tegas. (Kau daritadi hanya melihat hapemu, dengar tidak yang kita bicarakan?)
Ah. Itu si Lee Min Ki yang katanya sering dihindari untuk satu kelompok itu bukan ya? Dia sering terlambat datang walaupun dia mengerjakan tugasnya dengan baik. Mwo, itu yang kudengar sih.
Min Ki cengegesan sambil menjawab, "iya iya. Aku dengar. Kenapa kau marah sih." Tapi dia tidak melihat kearah Min Do. Dia tetap melihat ponselnya.
Nari menyikut pelan si Min Ki ini mungkin karena raut wajah Min Do sudah tidak enak. "Iya. Aku dengar. Aku juga tidak masalah. Jam tiga di kafe ini besok kan? Oke."
"Kau sebenarnya sedang apa sih daritadi?" Giliran Hyein yang bertanya.
"Ah. Ini. Kalian tahu Choi Yoo Bin dari angkatan kita kan? Jurusan teknik sipil itu. Gyae.. narkobaan tahu." (Dia..)
Serentak -kecuali aku- langsung terkejut dan mengatakan "heol" secara bersamaan. Ya tentu saja itu membuat kami terkejut. Karena Yoo Bin itu, menurut beberapa anak-anak perempuan di kampus, adalah sosok pria idaman mereka. Baik, tampan, tinggi, pintar dan juga anak kesayangan dosen. Sebenarnya aku agak jijik sih mendeskripsikan sesama jenis, tapi itu yang ku dengar saat aku sedang berjalan atau duduk di taman kampus.
Tidak ya. Aku tidak menguping mereka. Kebetilan saja mereka berbicara di dekat ataupun sedang berjalan didepanku.
"Jinjjaro?! Ya! Neo bbeong chijima." Yoo Mi terlihat tidak percaya. Terlihat dari matanya yang menatap tajam ke Min Ki. (Beneran?! Ya! Kau jangan bohong)
Barulah Min Ki menurunkan ponselnya untuk menatap kami. "Aku serius. Kemarin aku kebetulan sedang ke club yang biasa aku datangi kalau sudah selesai ujian. Eh aku melihatnya didalam ruangan VIP dengan beberapa teman yang sering kalian temui di kampus. Dia sedang memakan beberapa obat."
"Mungkin itu obat penghilang mabuk."
Min Ki menggeleng. "Bukan. Aku bisa katakan itu pil narkoba karena dia terlihat 'teler' beberapa saat kemudian setelah memakan pil itu."
Yoo Mi, Hyein, dan Nari masih terlihat tidak percaya. "Kalian masih tidak percaya? Ini. Aku ada fotonya. Beruntung aku memakai ponsel keluaran terbaru dan bagus. Jadi fotonya terlihat murni sekali tampa pecah."
Min Ki memperlihatkan beberapa foto yang 'katanya' dia ambil kemarin. Ya, fotonya cukup 'mulus' disana. Benar yang dikatakan Min Ki. Terlihat Yoo Bin dan teman-temannya sedang 'teler' di foto itu.
"Lalu mau kau apakan?"
"Mau aku laporkan pada kampus lah. Biar dia kena pelajaran."
Kalau Min Ki benar-benar melaporkan hal ini, dewan kampus tidak akan membiarkan hal ini begitu saja. Hal paling terburuk adalah Choi Yoo Bin dan teman-temannya akan dilaporkan pada pihak berwajib dan dikeluarkan dari kampus. Bukan hal terburuk lagi sih itu, tapi itu yang benar-benar akan dilakukan oleh kampus.
"Apa kau tidak terlalu keterlaluan, Min Ki?"
"Kalian para perempuan mungkin tidak tahu, tapi dia tidak sebaik yang kalian kira. Apa kalian tahu kalau dia suka membully anak-anak lelaki yang lebih lemah darinya kadang di gang belakang kampus?"
Tak ada menjawab. Artinya mereka tidak tahu ya?
"Makanya kalian jangan mudah percaya dengan lelaki. Tidak semua lelaki itu baik."
Hm. Injeong. Aku setuju dengan itu walaupun aku juga lelaki.
Drrtttt drrtttt
Oh?
Tertera 'Do Joon-i Hyung' di ponselku. Ada apa Do Joon hyung meneleponku?
"Jeogi, Min Do-ssi. Kita sudah selesai, kan?"
"Iya. Kau mau pulang?"
"Iya. Aku pamit dulu."
"Oke. Nanti kuundang ke grup katalk ya."
Aku hanya mengangguk sambil menggaet ranselku di bahu dan keluar dari cafe.
"Eo, Hyung." (Ya, Kak)
"Do Hoon-ah. Kau bisa pulang hari ini?"
"Kenapa memang?"
"Do Eun sakit tidak mau minum obat kalau tidak ada kau."
Apa aku sudah memperkenalkan kalian pada Do Eun? Sepertinya belum.
Jadi, aku adalah anak kedua dari empat bersaudara. Gi Do Joon adalah anak tertua di keluargaku. Gi Do Hoon, yaitu aku, anak kedua. Gi Do Eun, uri yeppeun gwiyeomi yeo dongsaeng di urutan anak ketiga dan Gi Do Woon, anak keempat, si ganteng. (Adik perempuan cantik nan imut kami)
Kalau kalian mau lihat Gi Do Woon dan Gi Do Eun, akan kuperlihatkan.
Eottae? Jalsaenggyeoji? Ippeuji? (Bagaimana? Tampankan? Cantikkan?)
Ah! Jangan heran dengan nama kami berempat yang berawalan 'Do'. Itu diberikan oleh nae bumonim. (Orangtuaku)
"Do Hoon-ah? Kau disana kan?"
"Ah? Ya. Kalau begitu aku kesana sekarang."
"Baiklah. Hati-hati di jalan."
Tepat saat aku memasukkan ponsel di saku, aku baru teringat kalau hari ini ada janji dengan Do Young. Bagaimana ini? Apa aku perlu memberitahunya kalau aku tidak bisa? Atau tidak perlu?
Getaran ponselku terasa bertepatan saat aku hendak mengeluarkan ponsel untuk memberitahu Do Young lewat katalk.
Lee Do Young
Eh? Apa dia bisa membaca pikiranku?
"Hm."
"Do Hoon sunbae. Mianhande oneul motgayo. Aku mau menemani Yejoo untuk mencari kado ibunya. Tidak apa, kan?" (Maaf nih, tapi hari ini aku tidak bisa pergi)
Waw. Bertepatan sekali. Untung sekali jadi aku tidak perlu merasa tidak enak dengannya.
"Eung." (Ya)
"Ya! Bisa tidak sih jawabnya agak panjang sedikit?"
Lah kok dia marah? Geurigo mwo? Ya? Anak ini sudah berani dengan sunbae-nya ternyata.
"Iya. Sudah. Aku mau pergi juga."
"Eo? Eodiro? Tepat sekali ya hari ini kita."
"Hm."
"Cih. Tipikal Do Hoon sunbae sekali. Yaudah. Hati-hati di jalan. Sampai ketemu di rumah nanti."
"Hm." Kau juga hati-hati.
Tapi tidak kukatakan padanya, aku malah memutuskan panggilan.
Ja, ayo ke apart dulu untuk ambil mobilku baru ke rumah.
***
Lee Do Young
"Sudah?"
Aku mengangguk pada Yejoo setelah memasukkan ponselku dalam tas. "Sudah. Ayo kita jalan." Aku menggaetkan tanganku di lengannya sambil berjalan menuju mobilnya.
Beruntung hari ini, Yejoo dijemput Manajer Nam karena sehabis mencari kado ulang tahun untuk ibunya, Yejoo harus segera pergi ke lokasi pemotretan. "Tapi memang kau benaran boleh datang pas-pasan ke lokasi? Lagipula kau tidak jadi dengan Tae Joon hari ini?
"Tenang saja. Kalaupun aku diomeli, masih ada Nam manijeo yang menjadi tamengku. Iyakan, Maenijeo-nim? Dan Tae Joon, dia sedang ada kerja kelompok."
Aku hanya bisa tertawa kecil mendengar desahan lelahnya Manajer Nam. Aku tahu menghadapi Yejoo itu sulit. Sama saja seperti menghadapiku.
"Lee Do Young-ssi. Kau tidak ada rencana untuk masuk agensi? Aku bisa saja memberikan resume dan portofoliomu ke bagian model audition nd recruitment segera kalau memang berniat. Lebih baik aku menjadi manajermu daripada Yejoo," tanyanya sembari melirik kami berdua di belakang lewat kaca tengah.
Aku menggeleng pelan. "Aniyo. Saenggak eobseoyo." Benar-benar menyulitkan kalau masuk agensi itu. "Ah! Cham! Maenijeonim! Kau kemarin itu meminta Yejoo untuk diet lagi? Maenijeonim lupa apa yang terjadi terakhir kali Yejoo diet?" Pas sekali aku mengingatnya. Semakin diingat, aku semakin kesal. (Tidak. Gak ada kepikiran) (Ah iya! Manajer!)
"Aku juga tidak mau menyuruhnya diet. Lihat dia sudah sekurus itu. Tapi mau bagaimana, Do Young-ssi. CEO yang menyuruh langsung padaku untuk membuat Yejoo diet lagi sedikit."
"Ah jeo michin sakkaji. G*e gateun sori hago ittne. CEO mwo daya?" Yejoo menepuk tanganku pelan. Aku pun sadar kalau aku cukup kasar karena Manajer Nam sendiri sampai melirikku lagi lewat spion tengah. "Ani.... Yangsim eobseo? Dia sudah sekurus ini loh." (Orang breng**k gila itu. Omong kosong. Kalau dia CEO terus kenapa?) (Tidak punya hari nurani kah?)
"Makanya, kau sepertinya harus coba masuk ke agensi kami. Agar kau bisa berbicara langsung pada CEO nya."
Wah. Aku tidak bisa membayangkan kalau benaran masuk ke dalam agensi Yejoo. Yang ada aku pasti ribut dengan CEO nya. "Tidak. Tidak akan pernah terjadi."
"Kau ini keras kepala sekali."
***
"Do Young-ah. Kau yakin bisa pulang sendiri? Ini sudah mau gelap loh."
"Tak apa. Baru juga jam setengah 8."
"Do Young-ah. Sudah. Naiklah. Aku bisa meminta Nam maenijeo untuk mampir melewati rumahmu."
Aku menggeleng pelan. "Tidak perlu. Gwaenchanha. Sudah sana pergi. Kau ini sudah hampir telat. Dari sini ke lokasi kan tidak dekat."
Aku tahu Yejoo khawatir terlihat dari dirinya yang mendengus pelan dan mengigit bibir bawahnya. "Jinjjaji? Kalau begitu sampai di rumah kau harus langsung meneleponku ya."
"Iya. Ga. Josimhi gara." Aku sedikit membungkukkan tubuhku pada Manajer Nam untuk pamit pulang. "Maenijeonim. Terimakasih tumpangannya sampai di halte. Josimhi gaseyo." (Pergilah. Hati-hati di jalan) (Hati-hati di jalan; secara formal)
"Ne. Do Young-ssi do josimhi gaseyo." (Do Young juga hati-hati di jalan)
Aku menunggu sampai mobil mereka melaju sebelum akhirnya duduk di bangku halte menunggu bis datang. Wah, angin sudah mulai dingin. Ya juga sih, sudah hampir musim dingin. Ini saja sudah bulan September.
Ah iya. Apa Do Hoon sudah sampai rumah?
Tanganku mencari nomornya di ponsel sebelum meneleponnya. Dua dering berbunyi sebelum akhirnya diangkat.
"Wae?"
"Aih. Kau ini memang hanya bisa bicara seperti itu saja, Sunbae?"
"Ada apa? Ngapain telepon?"
"Hanya ingin bertanya apa sunbae sudah di rumah atau belum."
"Ya. Kalau hanya mau tanya itu kau kan bisa gunakan katalk. Ganggu aku baca buku saja."
Hampir saja tak bisa kutahan ketawa kecilku mendengarnya mengomel. Sepertinya lucu dan seru juga mengganggunya. Reaksinya itu sangat lucu.
"Memang kau semalas itu untuk buka suara, Sunbae?"
"Kkeunheo." (Kututup)
Cih. Galak sekali. Seperti anjing... anjing apa itu yang galak? Ah aku lupa jenis anjingnya. Yang pasti, dia galak sekali.
Belakangan ini aku sedang suka mendengar lagu yeojachingu yang judulnya From Me. (Gfriend - From Me)
Bukan apa, tapi arti dibalik lagu itu cukup menyentuh ku. Sejenak aku dapat rileks sejenak mendengarnya.
Dan karena itu aku memasang lagu itu lewat airpods yang sekarang sudah di telingaku.
Hm, bolehkah kukatakan kalau aku sedikit kesepian karena tidak ada Do Hoon di bis ini? Setidaknya kalau ada dia, mungkin tidak akan terlalu kesepian. Ah, kurasa aku sudah mulai bergantung padanya di dalam bis.
Oh. Sudah waktunya aku turun. Aku menekan bel kalau aku akan turun -walaupun tidak menekanpun tak apa karena ada penumpang yang akan naik- di halte ini.
Dengan airpods yang masih terpasang, aku melanjutkan langkahku menuju apartemen. Tapi entah kenapa aku merasa aku diikuti.
Sesekali aku melirik ke belakang lewat ekor mataku dan semakin mengeratkan tasku di depan dada.
Ya Tuhan. Semoga tidak terjadi apa-apa.
Tak apa, Do Young-ah. Gwaenchanha. Gwaenchanha. Amu iri eobseulgeoya. (Tak apa. Tak apa. Tak akan terjadi apa-apa)
"AHH!!!!!"
Sebuah tangan membekap mulutku dan satu tangan lagi menari tubuhku ke gang gelap dekat apartemen.
"Nuguseyo?" cicitku pelan. Aku meringkuk mundur perlahan. Tak kelihatan itu siapa. Dia memakai topi hitam dan masker. Aku ingin berlari kabur, tapi entah kenapa kakiku seperti lemas tak ada tulang. Aku terlalu takut.
"Geumbang kkeutnalgeoya. Aku akan pelan-pelan." Yang aku takutkan akan terjadi. Dia membuka jaketnya, melemparnya sembarang arah.
"SA-SALLYEOJUSEYO!!!! SALLYEOJUSEYO!"
Aku berteriak sekeras mungkin.
Tolong. Siapapun itu. Tolong.
Lelaki itu mendekat hendak mencium bibirku. Tentu aku tidak biarkan. Aku berusaha sekuat mungkin untuk menghindar. Saat ia ingin membungkam mulutku dengan tangannya, aku mengigitnya sekuat tenaga. Terakhir, aku mendorong tubuhnya agak kencang hingga ia terjatuh.
Itu menjadi sebuah kesempatan untukku kabur. Aku berlari secepat mungkin untuk menghindar. Dan sepertinya aku memang sedang sial karena aku tersandung di pintu gang.
"Mau kemana kau?" Terdengar decakan darinya. "Gara-gara kau, lihat ini. Tanganku berdarah. Wah. Si*hal!" (Ba*gsa*!)
Perlahan aku meringkuk mundur perlahan. "SALYEOJUSEYO! JEBAL SALLYEOJUSEYO!"
Do Hoon sunbae. Sallyeojuseyo.
Tak sadar aku menitikkan airmata. Hanya dia yang terlintas di pikiranku.
PLAK!
Aku meringis seraya memegang pipiku yang ditamparnya. Sakit dan perih. Air mataku semakin deras.
"Nangis? Bisa kau nangis setelah membuat tanganku berdarah dan kabur?"
PLAK!
"Kenapa nangis? Aku tidak akan menyakitimu. Hanya meminjam sebentar saja."
Aku takut. Sangat takut. Dia byuntae yang sangat psikopat.
"YA!!!!! SAEKKIYA!!!!"
Seseorang berteriak dan menghampiri kami berdua. Sepertinya mereka pasangan kekasih.
Yang lelaki mencekal pria tadi agar tidak kabur -yang dibantu oleh warga yang kebetulan lewat di depan kami- dan yang perempuan berlari kearahku untuk menenangkan aku.
Aku mulai menangis sesenggukan.
Haruskah aku berkata 'untunglah' sekarang? Aku tidak tahu.
Hanya satu yang kuingat yaitu perempuan itu menepuk-nepuk wajahku pelan, "ibwayo. Agassi. Jeong--" hanya itu yang aku ingat sebelum gelap merenggut cahaya yang dapat kulihat.
[TBC]
18 April 2020 / 2020년 4월 18일
aku kembali wkwkkw
aku mau cerita dikit dah. boleh ya? jadi tuh aku udah lama banget gak baca webtoon "True Beauty". Terakhir baca tuh waktu masih 60-an chapter. dan tadi langsung aku habisin semua smpe chapter terakhir😂 dari bangun tidur sampe skrg bru slesai baca. makanya baru bisa update wkwkwkkwwk
dan untuk kalian yang mungkin penasaran apakah aku baca webtoon itu versi korea atau indonesia, jaawabannya adalah.. aku baca dua-duanya hehehe
kalo itu webtoonnya dari korea, aku bakal baca versi koreanya. karena apa? karena beberapa kosakata korea itu kalo di translate ke indonesia suka kurang greget. apalagi kalo lagi romance-romancenya wkwkwkkw
oke itu sih yang mau aku ceritain wkwkwk
jangan lupa kasih bintang dan komen oke? wkwk makasihhh
see you next chap! bye!!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro