01
Lee Do Young
Terik matahari yang mengintip dari celah gorden kamarku menyilaukan mataku ketika ku buka mata. Ah. Ternyata sudah pagi. Kenapa malam begitu cepat berlalu? Ku terduduk, mengerjapkan mata dan merenggangkan tubuhnya.
Mwo, semua bagus. Uang sewanya, kamarnya, unitnya. Semua bagus. Hanya satu yang kurang bagus menurutku. Itu adalah si Do Hoon. Dia terlalu irit bicara. Aku memanggil dan mengetuk pintunya semalam untuk bertanya apakah dia sudah makan atau belum karena aku ingin delivery makan.
Tau apa yang ia katakan?
Ah tidak tidak. Lebih baik kalau ia menjawabku, tapi ini dia tidak menjawab sama sekali. Cih. Dasar orang pendiam.
Aku bingung kenapa bisa ada orang sepertinya. Apakah kalau ia bicara akan menambah polusi udara didunia? Apakah bicara semahal itu? Hah.
Tak mau berpusing-pusing lagi, aku berdiri mengambil handukku di gantungan beranda kamar dan pergi ke kamar mandi. Sayangnya kamar mandiku diluar kamar. Tapi tak apa. Toh tidak jauh-jauh sekali. Tepat di samping kamarku. Hanya perlu berjalan tak sampai satu menit.
Duk.
Ah. Aku meringis kecil dan melihat siapa yang menutupi jalanku. Dan ternyata itu adalah Do Hoon. Cih.
"Mian." Bukan bukan. Itu bukan dia yang bilang maaf. Melainkan aku. Dia hanya melirikku sebentar dan pergi ke ruang tamu.
Aku dapat mendengar suaranya sebelum aku masuk kamar mandi. "Bibeon unit ada di kulkas. Aku tulis di note." (bibeon: bimil beonho; password) Setelah itu aku mendengar pintu depan di tutup.
Dasar.
***
"Eo! Do Young-ah!"
"Yejoo-ya!"
Seperti sudah lama tak bertemu kami saling berlari dan memeluk satu sama lain. Padahal kenyataannya kami baru saja bertemu hari Sabtu kemarin.
Yejoo memeluk tanganku dan mulai bercerita panjang lebar. "Ah cham! Bagaimana pindahanmu?"
"Eh?"
"Kemarin kau pindah dari rumahmu kan? Apakah rumahnya enak? Orangtuamu tidak mencarimu?"
Aku hanya mengendikkan kedua bahuku, "semua lancar. Mwo, ada sedikit kekacauan sih kemarin, tapi semua sudah dibereskan. Untuk unitnya, cukup bagus. Dan orangtuaku tidak mungkin mencariku." Ku hela napasku berat sebelum melanjutkan. "Mereka sedang sibuk bercerai."
Yejoo mengangguk. Dia tau masalah keluargaku. Jadi aku tak perlu memberitaunya panjang lebar. Kami bersama berjalan ke kelas. Tapi sayangnya hari ini kelas kami berbeda. Jadwal kami maksudnya.
Setelah berpisah di perempatan koridor aku melanjutkan langkahku perpustakaan. Ya, hari ini aku tidak ada kelas pagi. Tapi kenapa aku datang pagi? Karena aku harus mengerjakan tugas yang dimana buku referensinya ada di perpustakaan kampus. Kenapa dosen selalu meribetkan muridnya sih. Aigoo.
Sembari mencari buku yang ku butuhkan, tentu saja aku sudah mengambil tempat dulu untuk ku duduk nanti. Dan aku menemukan siluet seseorang yang sepertinya kukenali. Tanpa basa-basi ku tepuk bahunya. "Do Hoon-ssi," panggilku ragu. Apakah dia si Gi Do Hoon? "Do Hoon-ssi majji? Ei! Kau juga mahasiswa disini?" Aku tersadar dan menepuk mulutku pelan saat hampir semua mata di sekitarku menatapku. (Benarkan?)
"Mian. Mian." Beberapa kali kuulangi kata maaf karena aku terlalu berisik. Saat ku berbalik, ta-da. Si Do Hoon sudah menghilang.
Aku bingung. Apakah dia hantu? Kenapa cepat sekali menghilangnya.
Tanpa sadar aku menggeleng dan mencari buku lagi.
Terberkatilah tinggiku yang semampai -semeter tak sampai- karena buku itu ada di rak paling tinggi. Dengan usaha keras, catat, aku sampai berjinjit, melompat rendah, tapi tanganku tetap tak sampai.
"Ah! Kenapa ini tinggi sekali sih?" Aku terkejut hingga hampir terjatuh karena seseorang dari belakangku menjulurkan tangannya untuk mengambil buku yang kumaksud.
Dia memberikan bukunya padaku dengan tersenyum. "Ini. Lain kali kau bisa minta bantuan pada petugas perpustakaan kalau tidak sampai." Dia mengacak rambutku. Apa sih. Aku tidak kenal dengannya. Kenapa dia seperti sok kenal begitu.
Aku hanya mengangguk, "ah ne. Gomawoyo." (Ah iya. Terimakasih)
"Namamu siapa?" Tiba-tiba saja tanganku dicekal saat melewatinya. Mwoya! Ini kan bukan adegan drama.
Kulepaskan tanganku dengan sopan. "Lee Do Young. Semester dua. Kau?"
"Park Seokwoo. Semester empat." Lagi. Dia tersenyum lagi. Ku akui dia ganteng. Ehehehehehe.
"Eo? Sunbae dong?"
Seokwoo sunbae tersenyum. "Iya."
"Seokwoo-ya!" Salah satu yang kupikir temannya itu memanggilnya.
Seok Woo tersenyum lagi padaku, "aku harus pergi. Sampai ketemu nanti!"
Aku kembali mengangguk dan tanpa sadar melambaikan tanganku padanya. Well, lumayan dapat kenalan kakak kelas. Eh tapi, kalau Do Hoon ada disini, kemungkinan dia kuliah disini juga dong? Heol. Ah tidak. Assa! Jadi aku tidak harus lari untuk mengejar bis lagi. Aku bisa pergi dengannya. Itupun kalau dia mau. Karena dia kelihatan punya mobil.
***
Sungguh. Aku bingung kenapa dosen ini sangat membosankan. Ingatkan aku untuk mengambil kelas lain semester depan. Semoga tidak kelihatan kalau aku sedang menidurkan kepalaku ditangan. Sangat-sangat ngantuk. Apalagi nanti sepulang kampus aku harus ada pemotretan. Ya. Aku bekerja sampingan sebagai model. Bukan model terkenal ya. Tapi model yang online shop.
Dan bel tanda kelasku berakhir berbunyi. Akhirnya. Aku buru-buru bangun dari tempat ku duduk dan berlari keluar lewat pintu belakang. Persetan dengan dosen yang sepertinya sudah kesal denganku.
"Do Young-ah!"
Aku melambaikan tanganku pada Yejoo yang sudah selesai dan menungguku di meja taman. Langsung aku menidurkan kepalaku dengan tas sebagai bantalan diaatas meja. "Ani... Wae Jung Ilkook ssaem neomu jaemi eobseo? Nojaem Nojaem." (Tidak... Kenapa Guru Jung Ilkook terlalu membosankan? Tidak seru tidak seru)
Yejoo mengipasiku dengan buku kuliahnya yang tak ada anginnya sama sekali. "Yejoo-ya. Itu kau mengipasiku juga tidak ada efeknya. Tidak ada angin. Itu buku tebal." Temanku itu hanya cengengesan dan berhenti mengipasiku.
"Tapi dia jalsaengyeottjanha!" (Tampan)
"Jalseaenggimyeon da-nya? Cih. Kelasnya terlalu membosankan." (Memang tampan segalanya?)
Yejoo terkekeh dan kembali mengipasiku dengan tangannya. "Ya. Kau tidak mau makan?"
"Tidak. Aku harus menurunkan berat badanku untuk pemotretan minggu depan." Wah. Aku hanya bisa mendengus mendengarnya. Berbeda denganku, Yejoo sudah menjadi model terkenal. Dia sudah muncul di berbagai majalah.
Aku mendecih, "tapi kau sudah kurus."
"Manajerku berkata paling tidak dua kilo lagi."
"Mwo?! Ya, Choi Yejoo! Nam Maenijeo bulleo dangjang!" Tanganku berkacak di pinggang. Ini karena aku tidak tahu jalan pikiran Manajer Nam itu. Yejoo sekarang sudah di 48 kilo. Mau kurus kering dia nanti? Yejoo cukup tinggi juga soalnya. Walaupun tetap lebih tinggi aku. (Apa?! Hei, Choi Yejoo! Manajer Nam panggil kesini sekarang!)
Persetan dengan semua orang yang sekarang menatap kearahku dan Yejoo. Aku benar-benar tak habis pikir. Yejoo berusaha menenangkanku dan menarikku untuk duduk kembali. "Tenang. Tenang, Do Young-ah."
"Choi Yejoo. Kau ini sudah kurus kering. Hingga tulang. Kau tidak ingat terakhir kali kau diet seminggu penuh tanpa makan apapun hanya minum susu kedelai, kau masuk rumah sakit. Saat itu berat badanmu sudah 41 kilo waktu itu. Kau gila?" cercaku tanpa membiarkan Yejoo menjawab. Aku benar-benar kesal sekarang. Mau sekurus apa lagi dia.
Yejoo sedikit menunduk menggigit bibirnya karena aku marahi. Aku tahu ini bukan keputusannya melainkan keputusan agensi sialan yang menaunginya. Ini salah satu alasan kenapa aku tidak mau masuk agensi. Hidupku bukan seperti hidupku. Begitu juga tubuhku yang harus mengikuti apa yang mereka katakan. Dalam hal ini bentuk tubuh dan berat tubuh. "Mian. Aku tidak bisa menolak. Aku juga tidak mau mempermalukan ibuku yang mantan model. Kalau aku keluar begitu saja, ibuku pasti akan diomongi dibelakang. Aku tidak mau. Biaya pembatalan kontrak bisa kubayar, tapi mulut orang lain yang bicara dibelakang, walaupun sudah kita kasih uang pun mereka akan tetap bicara."
Aish. Dengan sekuat tenaga aku menghentakkan kakiku ke tanah. "Baiklah. Kalau begitu berjanji padaku, jangan sampai kau jatuh sakit lagi. Kumohon lakukan diet yang sehat. Bukan hanya dengan minum susu kedelai dan tiga butir telur dalam sehari. Kau mau bunuh diri? Kau melakukan diet dalam sebulan. Kau sekarang sudah kurus. Kalau kau sampai di 45, aku akan datangi agensimu."
Yejoo mau tak mau hanya mengangguk. Aku? Aku kembali duduk. Tanganku mengeluarkan samkimbab isi tuna pedas. Itu kesukaan Yejoo. "Makanlah," ujarku pelan. Yejoo hanya menatap tanganku. "Ambil. Kecuali kau mau aku datang ke agensimu." Buru-buru Yejoo ambil dari tanganku setelah kuancam.
Ah dasar anak ini.
***
Bip bip bip bip drrkkk tenonenitt
Sial. Aku tadi lupa bibeonnya untunglah aku foto sebelum aku pergi tadi. Kurang ajar.
Begitu memastikan pintu sudah tertutup aku merebahkan tubuhku di sofa. Remuk rasanya. Sialan. Tubuhku terasa remuk begini karena tiba-tiba Hwang ssaem meminta bantuanku untuk membantu kegiatan keharmonisan mahasiswa. Ku kira membantu dengan memberikan minuman saja sudah cukup. Tapi ternyata aku harus memakai kostum boneka dan belum cukup itu saja, aku juga membantu mengangkat kardus, boks, dan sebagainya saat para lelaki tidak ada.
Ingatkan aku lain kali untuk sebisa mungkin menolak membantu kegiatan seperti itu.
Krukkkkk
"Ah iya. Aku belum makan ya." Tanpa sadar tanganku berada di perutku yang sakit sekali sedangkan kakiku membimbingku kearah kulkas.
Oh tidak. Kulkas kosong. Kenapa hari ini aku sial sekali sih? Aduh bagaimana ini. Terakhir aku makan siang tadi. Itupun hanya satu samkimbab dan susu stroberi. Sekujur tubuhku sudah tidak ada tenaga, gemetaran karena tidak makan menyadari sekarang sudah jam delapan malam.
Yang aku ingat hanya satu sebelum aku tak sadarkan diri. Suara pintu unit dibuka dan ditutup.
***
Oh? Tanganku refleks terangkat menutupi cahaya lampu. Aku mengedipkan mataku beberapa kali. Bau obat-obatan masuk kedalam hidung dan saluran pernapasanku.
Aku pasti di rumah sakit. Helaan napas keluar dari mulutku menyadari aku di rumah sakit. Ini pasti karena asam lambung ku kambuh lagi. Aku lupa makan dan jeleknya adalah aku ada asam lambung yang mengharuskanku untuk makan teratur tanpa telat. Untungnya tidak kronis. Hanya sesekali kambuh kalau aku benar-benar tidak makan seharian.
"Ireonasseo?" (Sudah bangun?)
Tunggu! Suara siapa itu?!
Terkejut, aku menarik tubuhku semakin ke ujung yang dengan bodohnya hampir saja jatuh karena kau tahu sendiri ukuran kasur rumah sakit UGD itu tidak besar. Untung saja tidak jatuh dari kasur. Kalau jatuh mau ditaruh dimana wajahku di depan Do Hoon nanti.
Iya. Do Hoon yang bicara tadi. Sepertinya dia juga yang membawaku kesini. "Kau yang mem-"
"Menurutmu? Siapa lagi kalau bukan aku?"
Cih. Ketus sekali. "Mianhago gomawoyo." (Maaf dan terimakasih)
Do Hoon hanya diam tak menjawabku. Ani, apakah orang ini benar-benar tidak suka bicara? Kenapa irit sekali sih bicaranya.
"Jeogi, Do Hoon-ssi. Ah anida! Melihat kau di kampus ku, artinya kau kuliah di kampusku juga. Dan sepertinya kau lebih tua dariku mengingat buku yang waktu itu kau baca." Aku tahu aku tahu. Do Hoon sekarang menatapku bingung pasti. "Do Hoon Sunbae-"
"Nuga ne sunbae-ya?" (Siapa yang kakak kelasmu?)
Telunjukku terulur begitu saja menunjuk arah Do Hoon. "Kau. Kau kakak kelasku kan. Do Hoon sunbae."
"Cih."
Sebodo amat dengan ketusnya, aku melanjutkan kalimatku. "Apakah kau seirit bicara itu? Bicara kan tidak perlu keluar uang dan energi. Kenapa kau jarang sekali bicara sih? Ibaratnya itu dalam 10 percakapan, kau hanya menyumbang sekitar 0,5 sampai 1 kali bicara." Dengan berani, tunggu tunggu. Aku juga tidak sadar kalau tubuhku tiba-tiba akan terduduk dan mendekat kearahnya sampai wajah kami cukup dekat. "Apakah kau sakit tenggorokan? Tapi suaramu baik-baik saja."
Do Hoon mendecak dan mendorong dahiku dengan telunjuknya. "Istirahat saja. Jangan menyusahkanku. Kau itu ada maag, tapi malah telat makan."
Ku putar kedua bola mataku jengah. Diajak bicara apa jawabnya malah yang lain. "Ne ne. Algesseumnida, Sunbaenim." (Aku mengerti, Kak)
Dan Do Hoon pergi begitu saja, meninggalkanku disini. Aku sendirian lagi. Entah mengapa, tapi aku benci merasakan dan menyadari kalau aku sendirian. Iya memang ramai UGD ini. Tapi tak ada yang kenal denganku kan? Do Hoon adalah satu-satunya orang yang aku kenal di ruangan ini, dan dia pergi begitu saja.
Tanpa sadar lagi -sepertinya aku kurang minum air karena seharian ini kesadaranku rendah- air mata seperti muncul di sudut-sudut mataku karena pandanganku memburam karena air.
"Kenapa menangis?"
Oh? Aku tersenyum melihat Do Hoon yang duduk di kursi samping kasurku lagi. "Ku kira kau sudah pergi."
"Kau ingin aku pergi? Baiklah."
Kutahan tangannya agar dia kembali duduk. "Kau ini tidak bisa diajak bercanda sekali, sunbae." Do Hoon mengendikkan kedua bahunya untuk menjawabku. "Lalu kau darimana?"
"Ambil air minum," katanya sembari menunjuk teko air yang terletak diatas nakas samping kasur.
"Untukku? Wah ternyata kau baik juga," ujarku dengan mengatupkan kedua tangan, berpura-pura senang. Ternyata dia bisa baik juga.
"Tidak. Untukku. Kau memang mau minum? Akan kubagi kalau memang mau minum."
Ku tarik kembali kata-kata yang berkata kalau dia itu baik. Aku langsung cemberut dan menyenderkan kepala dan punggungku di dinding kasur. "Dasar jahat." Dan si orang jahat itu tidak menjawabku lagi.
Ish.
***
Do Hoon berjalan di depanku. Tidak memapahku sama sekali. Ya.. aku tidak berharap dia akan memapahku, tapi ini aku baru keluar dari rumah sakit loh. Astaga orang ini.
"Masuklah. Aku lelah karenamu."
Aku juga lelah denganmu Gi Do Hoon-ssi! Tapi aku tidak mengatakan padanya seperti itu. Aku juga masih tahu berterimakasih karena dia sudah mau membawaku ke rumah sakit dan menungguku sampai keluar rumah sakit. Sekarang sudah jam 1 subuh juga. Aku sudah mengganggu tidurnya.
"Ne. Ne. Chib chib sunbaenim." (Iya. Iya.)
"Chib chib? Maksudnya?"
"Kau terlalu diam. Tapi begitu buka suara, kau bawel sekali," ledekku memelet lidah sebelum aku kabur ke dalam kamarku. Aku takut dia ngamuk nanti. Hahaha.
Tapi dipikir-pikir, Do Hoon itu bisa baik juga. Dia tidak selalu pendiam. Hanya saja dia jarang tersenyum, bahkan aku belum melihatnya tersenyum. Apa dia dari lahir begitu atau ada sesuatu yang terjadi padanya hingga dia menjadi diam dan tidak pernah tersenyum?
[TBC]
27 January 2020 / 2020년 1월 27일
Hai hai. Aku kembali. Dan sesuai apa yang aku bilang, aku publish bab pertamanya ehehehehe. Dan cerita ini akan diupdate setiap dua minggu sekali (semoga rajin update guys)
Aku orangnya gampang moodyan, jadi kadang suka tiba-tiba kena writer block atau kdg suka tiba" 'heol. kayaknya tulisan gue gak sebagus itu, makanya mungkin gak ada yang mau baca' ya, mksdnya suka down gitu. aku juga bingung kenapa. mungkin karena dasarnya aku orangnya introvert kali ya wkwkwkwk
OH IYA! SELAMAT TAHUN BARU IMLEK GUYS UNTUK YANG MERAYAKAN EHEHEHEHE
GONG XI FA CAI!! (bener ga sih tulisannya?😂)
semoga kemarin itu pada dapet angpao yang banyak ya😂
oke. sampe sini aja. please give me some vote amd comment okay? thankyou guys! see you on the next chap!
안녕!!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro