17
Seperti pagi pada setiap harinya, Lee Do Young adalah orang yang bangun belakangan dan Gi Do Hoon adalah yang bangun pertama dan memasak untuk sarapan mereka. Padahal biasanya perempuan yang lebih rajin bangun pagi dan lebih bisa memasak. Tapi sepertinya itu tidak berlaku di apartemen ini.
Do Young masih menjaga jarak pada Do Hoon karna yang dia lakukan minggu lalu. Rasanya ia masih malu dan canggung. Dia juga tidak begitu sering bicara pada Do Hoon.
"Ya. Kau tidak makan? Aku sehabis makan mau ke kampus. Ku tinggal kalau kau telat."
"Iya-iya. Aku sedang mengganti baju tadi." Do Young duduk di depan Do Hoon. "Jangan galak-galak lah, Sunbae."
"Ya."
Do Young mengangkat kepalanya. "Mwo? Ani, Sunbaenim. Aku punya nama loh. Kenapa kau selalu memanggilku dengan 'Ya' terus?"
Seperti yang Do Young perkirakan, jawaban Do Hoon hanya menaikkan kedua bahunya tanpa mengucapkan satu katapun. Rasanya mau diteriakin tahu ga sih.
"Ya."
Sudahlah. Do Young lelah membenarkan namanya sendiri. "Mwo?"
Tanpa mengatakan sepatah katapun, tangan Di Hoon mendorong satu kertas. "Aku tak pakai. Kau saja yang pakai dengan temanmu."
Kedua alis Do Young menyatu mendengar Do Hoon tapi tangannya tetap mengambil kertas itu. "JINJJAYO??? INI SUSAH LOH UNTUK DIDAPAT!!"
Kalian mau tahu itu apa? Tiket konser IU yang sulit sekali didapat. Karena dalam sekejap mata saja sudah habis tiketnya.
Kedua mata Do Young langsung berseri menatap Do Hoon. "Tak usah menatapku seperti itu. Tak perlu berterimakasih ju--"
Do Young mengangguk. "Aku tidak akan berterimakasih kok, Sunbae. Tenang saja." Do Hoon hanyaa bisa meneguk ludahnya dan mengaangguk pasrah. Ia manatahu kalau Do Young bisa menurut seperti itu. "Aku sudah bersiap padahal hari ini untuk mencari tiket di internet walaupun pasti harganya jauh lebih mahal."
"Senang?"
"Wanjeon!" Kapan lagi kan bisa nonton gratis. Hehehe. "Sunbae!"
Tak ada jawaban. Memang keterlaluan dia ini.
"Kau kapan ulang tahun?"
"Untuk apa kau tahu?"
"Tentu saja aku mau kasih kado."
"Cih. Tak perlu. Cepat makan. Aku mau ke kampus." Do Hoon yang sudah selesai makan berdiri duluan untuk berganti pakaian. Meninggalkan Do Young sendirian dengan senyuman jahil di wajahnya.
Kebetulan sekali tasnya Do Hoon ada diatas meja dan kebetulan kartu mahasiswa diatas tas Do Hoon. Dengan kecepatan secepat kilat, Do Young mengambil kartu mahasiswanya.
"Ora? Oneul-iya?" (Oh? Hari ini?)
***
"Oi! Do Young!"
Do Young membalas panggilan itu dengan melambaikan tangannya dan berlari kecil. "Maaf telat sampai. Aku tak tahu kalau kau sudah pergi dari setengah jam yang lalu."
Mina. Joo Mina namanya. Teman seperjuangannya di dunia IU. Mina bukan anak kampusnya. Mereka bertemu karna waktu itu dompet Do Young tertinggal di toilet dan untungnya Mina orang baik jadi Mina mengejar Do Young untuk mengembalikannya. Dari situ mereka berteman. Jangan lupakan juga Yejoo. Kalau Yejoo sedang tidak sibuk, Yejoo juga ikut mereka untuk nonton konser ataupun acara apapun yang diadakan IU.
"Kau beneran sudah dapat tiketnya? Bagaimana bisa? Kemarin kita sudah menunggu lama saja tidak bisa mendapatkan tiketnya."
Do Young mengangguk dan merogoh dompet di tasnya. "Ta-da! Aku tiba-tiba diberikan tiket ini oleh seseorang." Ia memberikan satu tiket pada Mina. "Untukmu."
Mata Mina langsung berbinar. "Kau serius memberikan ini padaku? Memang boleh sama yang memberikan tiket ini padamu?"
Ah iya juga. Do Young belum bertanya sama Do Hoon apakah boleh diberikan ke orang lain tiketnya....
Tapi harusnya boleh kan ya? Kan tiket ini sudah diberikan pada Do Young. Jadi dia bisa memberikannya pada siapapun yang ia mau kan?
Setelah berpikir sejenak, kepala Do Young terangguk. "Boleh. Kan udah dikasih ke aku tiketnya. Aku bisa kasih siapapun." Kembali Do Young mengulurkan tiketnya menunggu Mina mengambilnya. "Tak mau?"
"Mau!! Tak mungkin aku menolak!" Dengan senang hati Mina mengambil tiket itu. Tidak mungkin ditolak. "Eh? Yejoo-neun? Dia tidak ikut?"
Do Young menggeleng, "pas hari itu, Yejoo sedang ada pemotretan. Dia juga hampir nangis karna tidak bisa ikut lagi."
"Kasihan sekali dia. Nasib model yang sudah terkenal begitu ya jadinya." Do Young hanya mengangguk mengiyakan. Apakah nanti dia akan seperti itu juga?
Semoga saja tidak.
"Tapi kau habis ini langsung pulang? Kan katanya tidak ada kelas hari ini di kampusmu."
"Tidak juga sih. Aku sudah ada janji dengan temanku untuk menemaninya belanja."
Kepala Do Young hanya mengangguk tanda ia mengerti. "Baiklah kalau begitu. Hati-hati di jalan. Aku tidak bisa lama-lama bicaranya. Karna bentar lagi ada kelas."
"Eo! Arasseo! Jangan tidur kau di kelas!"
Do Young kembali mengangguk sambil melambaikan tangannya pada Mina dan kembali berjalan cepat ke kelas.
Bingung. Kenapa semua orang rasanya tau ya kalau Do Young suka tidur saat jam kelas berlangsung? Apa dia sudah jadi seterkenal itu?
***
Kelas hari ini rasanya sangat membosankan. Jauh lebih membosankan daripada biasanya. Jung ssaem sepertinya benar-benar sudah menua dengan cepat. Setiap kelasnya, pasti Do Young akan mengantuk. Apalagi yang dibicarakan dosen itu ha-hal jaman dulu yang ia lakukan. Waktu dia jadi mahasiswa, waktu dia menjalani intern dan lainnya.
Ani.... Siapa sih yang mau mendengarkan terus menerus? Kalau sekali dua kali itu tidak masalah. Tapi ini setiap kali kelas berlangsung, pasti akan ada kisah jaman dulu itu.
"Do Young-ah."
Do Young mengangkat kepalanya dengan berat. "Eo?"
Saat membuka matanya, Do Young mendapati Seokwoo yang berjongkok disamping mejanya dengan senyum khas. "Kau tidur? Kelas sudah selesai. Tak mau makan siang?"
"Ah. Udah selesai ya?" Tanpa mempedulikan adanya Seokwoo disana, begitu saja Do Young merentangkan tangannya ke atas dan kedepan sambil mengerjapkan matanya. "Ayo makan. Tapi aku mau ke kelas Yejoo dulu, Sunbae. Kau tak apa? Kau bisa pergi duluan kalau kau sudah lapar."
Seokwoo? Dia sudah tidak bisa menahan keimutan Do Young sampai mengacak rambut Do Young sambil tersenyum. "Tak apa. Aku temani saja sekalian. Ayo."
"Geunde, Sunbaenim. Boleh aku mengatakan sesuatu?" Do Yong bangun setelah merapihkan rambutnya.
"Eo. Katakanlah."
"Jangan mengacak rambutku lagi. Susah tau untuk menata rambut pagi hari."
Seokwoo terlihat menyesal dan langsung meminta maaf. "Maafkan aku. Aku tak tau. Lain kali aku tidak akan melakukannya lagi," ungakapnya tulus dengan kedua tangan yang mengatup.
"Ei. Tak apa. Aku juga baru kasih tau sekrang, kan. Bukan salah sunbae juga, kok." Do Young tersenyum.
Tak perlu menunggu Yejoo di depan kelasnya, ternyata Yejoo juga sudah keluar dari kelasnya. Tentu saja ada Taejoon disampingnya sekarang. Pasti Taejoon berlari lagi untuk datang ke kelasnya Yejoo. Cih. Dasar.
"Langsung ke kantin?"
Do Young mengangguk menjawab pertanyaan Yejoo. "Langsung."
Keempat orang itu baru saja ingi beranjak menuju kantin kampus saat seseorang menepuk bahu Do Young.
Do Young sendiri bingung ada apa orang ini menghampirinya duluan. "Sunbaenim. Museun iriseyo?"
Jihye. Hwang Jihye.
Jihye tersenyum pada mereka, "Jeogi, Do Young-ssi. Bisa ikut denganku sebentar? Tadi Do Hoon mencarimu."
Do Hoon? Do Young merasa agak aneh karena Jihye berkata Do Hoon emncarinya. Sampai lukisan Mona Lisa punya alis pun, sepertinya Do Hoon tidak akan pernah mencarinya. Lagipula Do Hoon bisa juga lewat katalk kan kalau memang benar mencarinya?
Tapi, karna itu Jihye, Do Young menyingkirkan pikiran negatifnya kali ini. Toh, Jihye juga terlihat seperti orang yang baik dan tidak macam-macam, kok.
Agak ragu, Do Young menganggukkan kepalanya. "Baiklah." Yejoo melirik Do Young bertanya ada apa. "Yejoo-ya. Nanti aku menyusul ya. Kalian duluan saja."
"Kau yakin? Untuk apa sunbae itu mencarimu?" bisik Yejoo pelan.
"Tak tau. Nanti saja ya." Do Young berbalik dengan Yejoo dan Seokwoo yang masih merasa rada aneh dengan Jihye. Secara mereka juga tahu Do Hoon itu orang yang jarang sekali hampir tidak pernah mencari orang. Teman saja hampir tidak ada, apanya yang mau dicari. "Ayo, Sunbae."
***
Mau dipikirkan seperti apapun, rasanya masih agak aneh memikirkan Do Hoon yang kata Jihye itu mencari Do Young. Seorang Do Hoon, yang terkenal sekali cueknya, sepertinya tidak mungkin akan mencari orang lewat orang lain. Apalagi sekarang sudah jaman modern. Pasti Do Hoon akan menghubungi Do Young pakai ponselnya, kan?
"Jagiya. Kau jangan melamun."
Suara Taejoon menyadarkan Yejoo dari lamunannya. "Eo? Eo. Maaf."
"Tapi, kau tahu rumor tentang Jihye?" Sebenarnya Taejoon juga agak khawatir untuk memberitahu Yejoo, karena Yejoo pasti akan langsung berpikir yang tidak-tidak.
"Jihye? Jihye itu siapa?"
"Yang tadi memanggil Do Young. Dia namanya Hwang Jihye. Seangkatan denganku dan Seokwoo serta si Do Hoon itu."
Yejoo menggeleng, "aku tak tau ada rumor tentang Jihye itu. Memang apa rumornya?"
"Kau tau Do Hoon, kan? Sering melihatnya kan di kampus?"
Yejoo mengangguk, "terus?"
"Kabarnya, Do Hoon tidak punya teman dekat perempuan selain Jihye."
"Lalu kenapa?"
"Itu karena Jihye 'mengusir' semua perempuan yang dekat dengan Do Hoon. Kalau kau lihat, Jihye hampir tidak pernah meninggalkan Do Hoon sendirian. Dia hampir ada dimanapun Do Hoon berada."
Oke. Mendengar rumor yang diceritakan Taejoon barusan, membuat baik Yejoo dan Seokwoo langsung mengangkat kepalanya dan menatap Taejoon bersamaan. Pikiran mereka juga sepertinya sama.
Tanpa mendengarkan kelanjutan dari rumor itu lagi, Seokwoo langsung berdiri. "Aku duluan. Tolong bereskan tempat makanku juga ya, Taejoon-ah. Nanti kubelikan kopi kalau ada waktu. Makasih."
Bertepatan dengan Seokwoo yang keluar dari area kantin, Taejoon dan Yejoo melihat Do Hoon yang berbalik menuju pintu keluar kantin dengan roti dan susu di tangannya.
"Jeogi, Do Hoon Sunbaenim."
Persetan dengan suaranya yang cukup menyita perhatian hampir semua mahasiwa-mahasiswi disini. Yejoo langsung berdiri setelah bicara pada Taejoon kalau ia akan menghampiri Do Hoon sebentar.
"Kau memanggilku?" Do Hoon menunjuk dirinya sendiri begitu Yejoo sampai di depannya. "Wae?"
Yejoo menghela napasnya sebentar. "Apa kau mencari Do Young tadi?"
Alis mata Do Hoon terangkat dan menggeleng. Sepertinya dia tidak ada mencari Do Young. Untuk apa juga mencari perempuan itu. "Tidak. Aku tidak mencarinya."
Sepertinya benar dugaan Yejoo. Jihye memanggil Do Young bukan karna Do Hoon mencarinya, tapi untuk mencari gara-gara dengan Do Young. Tadinya ia tidak berpikir kalau itu mungkin terjadi karena JIhye terlihat seperti orang baik.
Tapi mendengar rumor yang Taejoon ceritakan dan juga jawaban dari Do Hoon, tidak menutup kemungkinan kalau Jihye mencari gara-gara dengan Do Young, kan?
"Sunbae benar tidak mencari Do Young tadi?" Do Hoon menggeleng.
Do Hoon merasa ada yang tidak beres sekarang. Raut wajah Yejoo seperti orang yang tidak tenang. "Ada apa?"
"Tadi, teman dekatmu, Hwang Jihye memanggil Do Young saat kami ingin pergi ke kantin. Katanya kau mencari Do Young." Taejoon yang secara tiba-tiba sudah berdiri disebelah Yejoo yang menjawab pertanyaan Do Hoon. Karena sepertinya Yejoo sdeang tenggelam dalam dunianya sendiri.
"Jihye? Jihye kenapa memang-- Astaga."
Tanpa ba-bi-bu lagi Do Hoon memberikan roti dan susunya pada Taejoon dan meninggalkan kantin. "Sunbaenim." Yejoo ingin mengejar Do Hoon tapi tangannya sudah dicekal terlebih dahulu oleh Taejoon.
"Kita tunggu saja disini. Kau juga tidak akan bisa mengejar Do Hoon yang sudah berlari cepat seperti itu."
Walaupun tak tenang, tapi Taejoon ada benarnya. Jadi Yejoo hanya mengangguk lesu.
***
Berkali-kali Do Hoon menelepon nomor Do Young tapi tidak diangkat. Begitu juga dengan Jihye. Perlahan ingatannya kembali berputar saat kejadian itu terjadi.
..
"Kau. Lebih. Baik. Menjauh. Dari. Do. Hoon."
Pundak gadis berbalut seragam sekolah yang sudah bau telur busuk itu terdorong mundur di setiap kata yang dilontarkan oleh gadis dengan rambut ikat satu yang mendorongnya itu.
Air mata sudah tumpah sejak dirinya jatuh tersungkur di tanah akibat didorong kedua teman gadis itu. Walaupun sadar menangis tidak akna menghentikan perlakuan kasar gadis itu padanya, tapi air mata itu tidak mau berhenti. Lututnya sudah berdarah akibat lecet jatuh tadi.
"Jangan nangis. Nangis pun tak ada gunanya. Do Hoon tidak akan kesini." Gadis itu tersenyum miring. Ia melempar satu telur lagi padanya. "Makanya. Aku sudah memperingatkanmu dari awal untuk tidak mendekati Do Hoon. Tapi kau seperti mengabaikan kata-kataku kan?"
"Jihye-ya. Aku tidak mendekati Do Hoon. Aku serius."
JIhye. Gadis dengan rambut yang diikat satu itu Jihye. Jihye tersenyum miring lagi dan menjambak rambut gadis itu dalam sekejap hingga terdengar ringisan sakit. "Jangan bohong padaku. Kau masih satu kelompok dengannya, masih suka tertawa dengan Do Hoon. Bahkan Do Hoon juga sering membantumu membawakan buku-buku tugas yang harus dibawa ke ruang guru. Itu semua karena kau yang mendekati Do Hoon duluan. Do Hoon bukan tipe orang yang akan mendekati orang terlebih dahulu, Namjoo-ya."
Namjoo menggeleng. "Tidak. Aku sekelompok dengannya karena guru yang memintanya. Bukan aku yang menganjurkan duluan."
"Jangan bohong! Aku tahu kau yang mulai mendekati duluan." Tarikan rambut yang dilakukan Jihye semakin menguat membuat Namjoo semakin meringis kesakitan. Rasanya rambutnya itu hampir lepas dari kepalanya.
Namjoo kembali menggelengkan kepalanya. Apa salahnya sih sampai ia harus diperlakukan seperti ini? Dia benar-benar tidak mendekati Do Hoon. Semua hanya kebetulan sampai dia sekelompok dengan Do Hoon pun itu semua karena guru yang memintanya. Bukan dirinya yang memintanya sendiri.
"HWANG JIHYE! GEU SON NWA!!!!!"
Jihye terkejut, bukan, bukan hanya Jihye, bahkan kedua teman Jihye yang tadi menarik Namjoo kesana dan juga Namjoo sendiri terkejut. Begitu saja rambut Namjoo dilepas oleh Jihye. "Do-Do Hoon-ah. Neon wae yeogi isseo?"
Rasanya emosi Do Hoon sudah sampai ke ubun-ubun. Ia sudah ingin meledak. Kalau Jihye itu adalah pria, sudah pasti tinjunya mendarat di wajah Jihye sekarang.
Do Hoon melepaskan jas seragamnya dan memakaikannya pada Namjoo yang sudah makin terisak. "Namjoo-ya. Gwaenchanha?" Namjoo tidak menjawab tapi tangisnya makin kencang membuat Do Hoon semakin merasa bersalah.
"Do Hoon-ah. Kau belum menjawabku Ke--"
"KAU PIKIR AKU MASIH HARUS MENJAWAB PERTANYAANMU SEKARANG?!" Do Hoon mengatur napasnya guna menahan tinjunya karena ia sudah marah sekali. Semarah-marahnya pria, tetap tidak boleh memukul perempuan. "Kenapa kau melakukan ini pada Namjoo, hah? Jawab! Kalian berdua juga. Kalau tau Jihye melakukan ini kenapa kalian tidak menghentikannya?"
Kedua temannya itu menciut dan mundur menjauh ke belakang. Tapi tidak dengan Jihye yang menatap Do Hoon. "Karna dia mendekatimu. Aku tidak suka ada perempuan selain aku yang dekat denganmu."
"Kau gila, ya?! Karena alasan seperti itu kau menyakiti anak orang lain? Kau sudah gila?! Lagipula memang kenapa kalau ada perempuan yang dekat denganku selain kau? Memang aku punyamu?!"
"Iya. Kau punyaku."
Do Hoon tak habis pikir dengan Jihye. Dia tidak tahu kalau Jihye bisa sampai segila ini. Dia membantu Namjoo untuk berdiri. "Kau memang sudah gila. Lihat saja. Aku akan mengatakannya pada kedua orangtuamu nanti."
Persetan dengan teriakan tak jelas Jihye. Fokusnya sekarang adalah membawa Namjoo ke rumah sakit untuk diobati.
..
Do Hoon baru saja kembali setelah membayar biaya administrasi dan mendapati Namjoo yang sudah tidak ada di tempat tidurnya. Tentu saja itu membuat Do Hoon jadi panik. Ia bertanya kesana dan kemari tapi tidak seorangpun melihat Namjoo karena terlalu banayk pasien. Do Hoon berlari kesana kemari meneriakan nama Namjoo tapi tak ada jawaban sama sekali.
Tiba-tiba pandangannya terfokus pada kerumunan orang di depan rumah sakit. Dengan menguatkan pikirannya untuk tidak berpikir yang macam-macam, ia memberanikan diri untuk bertanya.
"Ada yang ingin membunuh diri diatas. Aduh, dari pakaiannya pun sudah kelihatan masih anak sekolah, Anak semuda itu kenapa sudah mau bunuh diri?"
Panik, Do Hoon langsung berlari menuju gedung lantai atas saat ia mendengar jawaban orang itu. Secepat kilat ia berlari ke lantai lima itu.
"Namjoo-ya."
Namjoo sudah berdiri diujung menatap bawah, berbalik saat mendengar suara Do Hoon. Disana juga sudah ada beberapa perawat yang berusaha menenangkan Namjoo.
"Namjoo-ya. Turunlah. Pegang tanganku." Do Hoon berjalan pelahan mendekat pada Namjoo, mengulurkan tangannya berusaha untuk meraih Namjoo. "Ku mohon. Aku minta maaf karena aku, kau jadi dirisak oleh Jihye seperti ini."
Namjoo menggeleng dengan air mata yang mengalir turun deras. "Sebenarnya apa salahku sih sampai aku harus diperlakukan seperti itu sama Jihye?"
"Engga. Bukan salahmu. Itu salahku. Seharusnya aku tau Jihye akan melakukan itu kalau aku dekat dengan perempuan lain. Aku minta maaf. Jadi tolong turunlah kesini. Oke?"
Rasanya Do Hoon sangat bersalah karena Namjoo yang sampai ingin bunuh diri seperti ini.
Namjoo kembali menggeleng. "Tidak. Aku sudah tidak sanggup menghadapi Jihye lagi. Terimakasih karena sudah meminta maaf padaku atas kelakuannya." Tiba-tiba saja Namjoo berjalan munduru dan terjun ke bawah.
Do Hoon terlambat untuk menahan tangan Namjoo. Ia hanya bisa menatap nanar dan menangis tubuh Namjoo yang sudah bernoda darah dimana-mana.
Ini salahnya. Semua salahnya. Ini semua terjadinya karenanya. Kalau ia tidak terus mencoba untuk berteman dengan Namjoo, ini semua tidak akan terjadi.
..
Itu sebabnya Do Hoon tidak pernah dekat dengan siapapun. Ia tidak mau Jihye kembali menyakiti orang lain karenanya. Karena sejak Namjoo melompat dari atas gedung UGD itu, Namjoo sempat dioperasi di beberapa bagian tubuhnya, dan juga koma selama hampir delapan bulan. Bahkan setelah bangun pun, Namjoo hampir seperti orang gila. Namjoo mendapat penangan medis untuk trauma dan kesehatan mentalnya. Saat mulai membaik, Do Hoon memberanikan diri untuk mengunjunginya, tapi itu malah membuat Namjoo kembali kambuh.
Sejak itu, Do Hoon memutuskan untuk tidak mengunjungi Namjoo. Ia merasa sangat bersalah. Sangat-sangat bersalah.
Dan kali ini, Jihye kembali melakukannya lagi.
Do Hoon tidak bisa membiarkan kejadian yang sama terulang lagi. Dia tidak mau itu terjadi. Tak akan ia biarkan itu terjadi lagi. Memikirkannya saja sudah membuatnya takut setengah mati.
Tidak ada yang boleh menyakiti Do Young. Meskipun itu Jihye sekalipun.
[TBC]
05 September 2020 / 2020년 9월 5일
oke oke. maafkan saya yang telat update. karna tadi pagi telat bangun -dan langsung pergi olahraga- meningat smlm surprise ade ku yang ulangtahun wkwkwkwk trus dilanjutkan dengan dekor rooftop buat pesta bbq ultah dia yang bikin kaki sampe sekarang sakit banget (10.25 pm)
pas sampe kasur baru inget, "oh iya belom update" langsung dah update wkwkwk
happy reading guys!!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro