Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

15

Lee Do Young

Cahaya mentari yang mengintip di balik tiraiku membuatku mengerang pelan sebelum terduduk. "Argh," ringisku pelan sambil memegang kepalaku.

Ah. Sepertinya aku semalam minum terlalu banyak. Kepalaku rasanya berat sekali, sakit pula. Seperti ada yang menusuk kepalaku. Sebenarnya berapa banyak gelas sih yang aku minum semalam. Ini semua karena appa. Aku benci sekali dengannya.

Aku menoleh ke nakasku untuk melihat jam di ponsel dan menyadari ada satu gelas air mineral dan sticky notes yang menempel disana.

Minum sampai habis. Pelan-pelan.

Itu isinya yang kuyakini adalah tulisan Do Hoon.

Setelah meneguk habis air mineral itu, aku sedikit meregangkan tubuhku sebelum keluar kamar dengan handuk dibahuku untuk ke kamar mandi.

Begitu keluar kamar mandi, wangi haejangguk memenuhi rongga hidungku. Wanginya. "Sunbae. Kau masak kongnamulguk? Untuk siapa?" (sup dengan sayur tauge untuk menyadarkan diri setelah minum alkohol)

Do Hoon terlihat masih sibuk dengan aktifitas membereskan tempat habis masak. "Menurutmu? Uhuk uhuk." Sesekali suara orang batuk terdengar darinya. Apa dia sakit?

"Untukku?"

"Cepat siap-siap dan makan. Semalam kau cukup menyusahkanku dengan kau yang mabuk berat."

Aku mengangguk mantap. "Baiklah. Tapi, Sunbae."

"Apa?"

"Kau sedang sakit? Daritadi kau batuk dan terlihat sulit untuk bernapas. Tidak seperti biasanya."

"Cepatlah siap-siap dan makan."

Aku khawatir, apa dia memang sedang sakit? Tapi kalau aku tanya lagi, dia pasti marah jadi aku hanya mengangguk menurut. "Algesseo! Aku akan cepat-cepat kembali kesini. Tunggu sebentar ya." (Aku mengerti!)

Saat mengganti pakaianku tiba-tiba ada yang suatu gambar, tidak, seperti suatu video singkat terlintas di pikiranku. Aku melihat tanganku yang meminta Do Hoon untuk mendekat dan tiba-tiba mencium bibirnya.

Heol. Apa itu yang kulakukan semalam?

Tanpa sadar aku memukul kepalaku sendiri. Bagaimana bisa aku melakukan hal seperti itu pada Do Hoon. Ah, bagaimana aku harus berbicara lagi dengannya. Lee Do Young kau memang benar-benar pembuat onar.

Lalu sekelibat ingatan kembali terputar saat aku menarik kedua tangannya untuk kugenggam didalam mobil, saat aku mencubit kedua pipi-- ASTAGA!!!

Aku malu. Bagaimana ini.

"YA! Kau belum selesai? Cepatlah. Nanti telat ke kampus!"

Rasanya sekarang aku ingin mengumpat di tempat yang tak bisa Do Hoon temukan. Malu sekali.

Aku menundukkan kepalaku saat berjalan dan duduk di meja makan. Tak berani menatap Do Hoon, takut ia marah atas kejadian semalam. "Sunbae. Kemarin..." Aku memberanikan diri untuk membuka suara tanpa melihatnya.

"Kemarin apa?"

"Kemarin..."

Helaan napas terdengar dari Do Hoon. "Lebih baik kau makan." Setelah itu Do Hoon mengambil suapan terakhir dan menaruh piring dan alat makan kotornya di tempat cuci piring.

Apa aku saja yang ingat? Atau itu hanya ingatan yang mengada-ada? Aku saja yang berhalusinasi karna mabuk?

Tapi ciuman itu terasa nyata. Tanganku tanpa sadar meraba bibirku sendiri. Bibir Do Hoon terasa nyata saat menempel di bibirku. Apa hanya aku yang berhalusinasi?

"Sedang apa kau memegang bibirmu?"

Aku tersentak dan buru-buru menurunkan tanganku. Tidak bisa. Aku harus bertanya padanya. "Sunbae."

"Apa lagi?"

"Kemarin.."

"Kemarin apa? Bicara yang jelas." Do Hoon masih memunggungiku karnea sedang cuci piring.

Kau bisa, Lee Do Young. "Kemarin apa aku memang menciummu?" kataku secepat mungkin dengan satu tarikan napas. Wah. Aku mengatakannya. Aku benar-benar sudah bertanya padanya.

"Ehem." Do Hoon berdeham membuatku bingung. "Iya."

Hah? Hanya iya? Jadi aku tidak berhalusinasi? Aku benar-benar menciumnya kemarin? Tapi kenapa dia terlihat biasa saja? Bukankah normalnya itu kami akan canggung?

"Tapi.. kau terlihat biasa saja, Sunbae."

Akhirnya Do Hoon berbalik setelah melepaskan sarung tangan karet untuk mencuci piring. "Memang kau maunya aku bagaimana?"

Mati. Harus jawab apa aku sekarang?

"Ani... Bukankah harusnya cang--" Kau ini bicara apa sih Do Young. Aku seketika menyesali karena sudah bertanya tadi. Mungkin kejadian semalam bukan apa-apa untuknya. "Tidak. Aku sudah selesai makan. Hari ini aku masuk kuliah siang. Kau bisa pergi duluan, Sunbae."

Tiba-tiba moodku jadi sedikit turun karena tahu kalau hanya aku yang canggung karena kejadian semalam, karena... aku bukan tipe sembarangan yang akan mencium siapapun. Kejadian itu.. walaupun dilakukan saat aku mabuk, aku sempat senang karena bisa melakukan itu. Aku senang dan lega karen aku melakukannya di depan dan dengan Do Hoon. Tapi ternyata hanya aku yang menganggapnya sebagai suatu kejadian yang diingat.

Ternyata itu bukan apa-apa untuk Do Hoon.

Makananku masih tersisa cukup banyak saat aku berdiri dan masuk ke kamarku. Aku tidak berbohong soal aku kelas siang. Aku memang mulai kelas pertama jam sebelas nanti. Dan sekarang baru jam setengah delapan pagi.

"Kau belum menghabiskan makananmu."

"Aku sudah kenyang."

Itu adalah kata-kata terakhir yang kulontarkan padanya sebelum aku menutup pintu kamarku.

Lee Do Young. Sepertinya kau sudah mulai jatuh cinta pada Gi Do Hoon.

***

Tadinya kukira Do Hoon sudah pergi kuliah, tapi saat aku keluar dari kamarku untuk pergi ke kampus, aku mendapati Do Hoon dengan buku dan tasnya di ruang tamu. Tentu saja aku terkejut tapi tidak kuperlihatkan.

Aku memilih untuk menundukkan kepalaku. "Sunbae, ajik angseyo?" (Kak, kau belum pergi?)

"Lihatnya?"

Cih. Do Hoon memang khas sekali dengan perilaku ketusnya. "Ne. Ne. Aku pergi duluan ya."

"Kau tidak mau bareng?"

Eh? Tumben sekali. "Memang kau mau pergi sekarang?"

Bukannya menjawab pertanaanku, Do Hoon malah berdiri dengan menggaet tasnya berjalan ke pintu utama apartemen sesudah memakai sepatunya. "Ayo. Kau tidak mau pergi?"

Dengan langkah yang pelan aku berjalan keluar dari apartemen juga.

Sepanjang perjalanan baik saat berjalan menuju bis, maupun saat di dalam bis, tidak ada pembicaraan sama sekali. Karena biasanya aku yang membuka percakapan, tapi kali kali ini aku tidak membuka percakapan sama sekali, sedang tidak dalam mood yang baik untuk membuka percakapan dengannya.

"Ya."

Aku menoleh saat Do Hoon memanggilku. Ah. Padahal dia juga tidak memanggil namaku. Kenapa juga aku menoleh. "Apa?"

"Kau sakit?" Do Hoon melontarkan pertanyaan itu sambil menatap mataku. "Tapi kau tidak terlihat pucat."

Aku memang tidak sakit, bodoh. Tapi aku tidak menjawabnya seperti itu tentu saja. Aku hanya menggeleng. "Tidak. Aku tidak sakit. Kenapa memangnya, Sunbae?"

Do Hoon menatap wajahku lama seperti sedang men-scan wajahku yang ia akhiri dengan mengangkat tangannya menutupi mulut dan hidungnya dengan siku bagian dalam tangannay untuk batuk dan kembali menatap mataku. "Kau daritadi diam saja soalnya."

"Memang aku harus berisik kalau aku sedang tidak sakit?" jawabku sedikit ketus. Ah. Aku benar-benar khawatir dengannya. Sepertinya Do Hoon memang benar-benar sedang sakit.

"Kenapa kau marah padaku sih?"

"Aku tidak marah." Ku hela napasku pelan. "Sunbae yang sedang sakit. Iya, kan?"

"Tidak." Sekarang malah gantian Do Hoon yang melempar pandangannya ke arah lain. Dasar orang ini. "Aku tidak sakit."

"Tidak sakit apanya. Daritadi sunbae batuk-batuk terus. Bersin juga."

"Hatchi!"

"Nah, kan. Kau sedang sakit ya, kan?"

Persetan dengan moodku yang seperti anak kecil. Ini bukan saatnya bertindak seperti anak kecil dan merajuk hanya karna hal kecil. Ku angkat tanganku ke dahinya hingga membuat Do Hoon sedikit tersentak karena terkejut dengan tanganku yang tiba-tiba menyentuh dahinya, tapi ia tidak menarik dirinya.

Jujur saja, wajah Do Hoon terlihat pucat dari tadi pagi. Aku jadi cukup khawatir dengannya. Dan saat aku menempelkan tanganku, dahinya memang cukup panas. "Kau sedikit panas, Sunbae. Apa karena kau kemarin menjemputku saat hujan?" Bisa-bisanya aku merajuk saat Do Hoon jadi sakit karena menjemputku kemarin.

Ia menurunkan tanganku dan menggenggamnya sebentar sambil berkata, "aku tidak sakit karena kemarin. Hanya tidak enak badan saja. Belakangan ini tugas kampus membuat waktu tidurku kurang. Tinggal minum obat saja dan istirahat. Nanti juga sembuh."

Benarkah? Benar bukan karna aku? Tapi kenapa aku masih merasa bersalah ya?

"Yang benar?"

Do Hoon mengangguk dan tersenyum tipis sekali padaku. Aku mau jawab apalagi selain ikut mengangguk. "Ayo turun."

"Do Young-ah!"

Suara Yejoo memecahkan keheningan diantara aku dan Do Hoon saat berjalan masuk ke dalam kawasan kampus. Ada Taejoon juga di belakang Yejoo. Ah, mereka pasti berangkat bersama juga. "Wasseo? Tumben kau tidak terlambat."

"Hei. Aku sudah dari jam sembilan ada disini tahu. Taejoon oppa ada kerja kelompok dengan teman-temannya di kampus jam sembilan soalnya. Jadi aku ikut dengannya."

Aku hanya memutar bola mataku lelah. "Dasar. Kalau tidak ada Taejoon oppa, kau tidak mungkin ada di kampus jam sepuluh seperti ini padahal mulai kelas jam sebelas."

Yejoo hanya mengangkat kedua bahunya dan tersenyum meledek padaku.

"Ya. Aku tinggal ya." Suara Do Hoon dari sampingku menyadarkanku kalau Do Hoon belum pergi juga.

"Oh? Kau bukannya satu arah denganku, Sunbae?" Aku tak bohong. Do Hoon kalau dari pintu gerbang kampus memang satu arah denganku ke gedung fakultasnya, jurusan linguistik. Dari depan gedung fakultas philosophy, gedung fakultasku, dia tinggal belok kanan dan berjalan tak jauh untuk ke gedung fakultasnya. Tapi dia malah berbalik ke arah gerbang.

"Aku tidak ada jadwal kuliah hari ini."

Heol.

"Heol. Jadi untuk apa dia tadi disampingmu, Do Young?" Pertanyaan Yejoo adalah hal yang ingin kutanyakan juga padanya.

"Terus kenapa kau ikut aku ke kampus,"

Do Hoon hanya melambaikan tangannya dan menghilang di balik gerbang kampus.

Aish. Kalau begini caranya, aku bisa benar-benar suka dengannya.

***

Gi Do Hoon

Pagi hari saat aku bangun tadi, tiba-tiba kepalaku terasa berat. Saat aku membuka mataku, pandanganku memburam dan juga sedikit bergoyang saat aku berdiri hingga akhirnya aku terjatuh duduk kembali di kasur. Kerongkonganku juga terasa kering. Dengan langkah yang agak hati-hati aku mengambil air minum di dapur.

Sepertinya aku sakit. Karena aku terus batuk dan bersin-bersin sejak aku membuka mata tadi. Bukan itu saja, saat tidurpun aku juga tidak begitu nyenyak karena batuk. Apa karena semalam aku terkena hujan? Kadang aku memang mudah sekali untuk sakit kalau sedang tidak dalam keadaan fit. Karena belakangan ini tugas kuliah juga sedikit menyita waktu istirahatku.

Aku memutuskan untuk mandi terlebih dahulu baru masak. Pagi ini terpaksa aku harus memasak makanan yang tak biasa aku masak untuk sarapan. Haejangguk. Karena semalam Do Young mabuk, lebih baik dia makan kongnamulguk daripada dia makan ramyun atau goreng telur. Selagi menunggu kongnamulguk matang, aku membawakan air minum ke kamar Do Young karena dia pasti merasa haus saat bangun nanti.

Lihat, lihat. Dia tidak bisakah tidur dengan diam? Selimutnya sampai jatuh begini. Aku mengangkat selimutnya yang jatuh dan kembali menyelimutinya. Pakaiannya masih pakaian yang ia pakai kemarin karena tidak mungkin juga aku menggantikan pakaiannya. Gini-gini aku masih pria.

Saat aku merasa ingin batuk, aku langsung buru-buru keluar dari kamarnya takut ia bangun nanti.

Ah, aku rasa aku ada menyimpan obat flu dirumah. Tanganku mencari-cari di berbagai laci dan lemari. Mulai dari laci meja dapur, lemari dapur, sampai laci rak televisi saja aku cari, tapi aku tidak menemukannya. Hah. Yasudahlah. Nanti saja aku beli lagi.

Tak berselang lama setelah aku minum air hangat, Do Young datang, wangi stroberi dapat tercium dari tempat aku berdiri. Wanginya sangat serupa dengan Do Young.

"Sunbae. Kau masak kongnamulguk? Untuk siapa?"

"Menurutmu? Uhuk uhuk." Ah, kenapa juga harus batuk di depannya.

"Untukku?"

Aku tidak menatapnya, rasanya masih canggung kalau melihatnya. Aku memilih untuk pura-pura sibuk membereskan tempat masakku. "Cepat siap-siap dan makan. Semalam kau cukup menyusahkanku dengan kau yang mabuk berat."

"Baiklah. Tapi, Sunbae." Pasti dia akan bertanya mengapa aku batuk.

"Apa?"

"Kau sedang sakit? Daritadi kau batuk dan terlihat sulit untuk bernapas. Tidak seperti biasanya." Tuh kan. Sudah kubilang.

Aku tidak menjawab pertanyaannya. "Cepatlah siap-siap dan makan."

"Algesseo! Aku akan cepat-cepat kembali kesini. Tunggu sebentar ya." Setelah itu aku dapat mendengarnya berlari kecil menuju kamarnya karena aku mendengar pintu kamar yang ditutup.

Setidaknya ia tidak bertanya perihal kejadian yang kemarin. Kalau memang dia bertanya tentang kejadian yang kemarin, entah apa yang harus kujawab. Tapi kenapa dia lama sekali. Memang dia ganti baju di Eropa apa. Nanti dia bisa telat ke kampus ini.

Saat aku sedang menyuapkan satu sendok ke dalam mulutku -tadi aku sempat memanggilnya juga, Do Young keluar dari kamarnya dengan kepala yang tertunduk. Kenapa lagi dia?

"Sunbae. Kemarin..." Heol. Apa yang mau ia tanyakan sekarang? Hal kemarin kah? Tanpa sadar aku jadi sedikit canggung lagi.

"Kemarin apa?" Suaraku sudah agak mengecil.

"Kemarin..."

Menunggunya bicara itu sangat-sangat membuat jantungku berdetak dengan cepat. Lebih baik kalau dia bicara langsung. Itu lebih baikdan lebih cepat. Tapi ini dia terbata-bata, aku kan jadi gugup. "Lebih baik kau makan." Aku bangun dari dudukku dan menaruh pirinrg kotor di tempat cuci. "Sedang apa kau memegang bibirmu?" tanyaku saat mendapati dirinya sedang memegang bibirnya saat aku berbalik. Seolma, dia ingat?

Do Young terlihat lebih gugup daripada biasanya dan langsung menurunkan tangannya. "Sunbae."

"Apa lagi?" Tak bisakah kau langsung bicara dalam satu napas? Itu bisa membuatku lebih santai jadinya.

"Kemarin.."

"Kemarin apa? Bicara yang jelas." Lebih baik aku mencuci piringku saja. Melihatnya bisa membuatku jadi tambah gugup dan pasti aku tidak bisa menjawabnya dengan ebnar. 

"Kemarin apa aku memang menciummu?"

Wow. Dia benar-benar mengatakannya dalam satu napas. Piring hampir saja jatuh dari peganganku saat dia bertanya. Benar-benar tidak disangka. Aku kira dia tidak ingat kejadian kemarin. Kebanyakan orang tidak ingat apa yang mereka lakukan saat mereka mabuk, kan?

"Ehem." Aku berdeham canggung. "Iya."

Jujur saja, aku tidak bisa menjawab panjang lebar karena aku juga bingung mau jawab apa.

"Tapi.. kau terlihat biasa saja, Sunbae." Hah? Aku? KAu tidak tahu saja seberapa canggungnya aku sekarang.

Aku memutuskan untuk berbalik setelah melepaskan sarung tangan karet untuk mencuci piring. "Memang kau maunya aku bagaimana?"

"Ani... Bukankah harusnya cang--" Satu alisku naik menunggu kelanjutan kata-katanya yang semapt terhenti. "Tidak. Aku sudah selesai makan. Hari ini aku masuk kuliah siang. Kau bisa pergi duluan, Sunbae."

"Kau belum menghabiskan makananmu."

"Aku sudah kenyang."

Ini aneh. Tidak biasanya dia tidak menghabiskan makanannya. Dia selalu menghabiskan makananannya loh selama ini. Apalagi kalau aku yang masak.

***

Jujur saja. Hari ini aku tidak ada jadwal kuliah. Jadi aku hanya mengantar Do Young ke kampus -jangan salah paham, aku melakukan itu karena aku kan ada janji dengannya kalau aku akan menemaninya kalau tidak ada orang disampingnya- dan sekalian beli obat juga saat pulang tadi.

Wah, kalau dipikir-pikir lagi, Do Young memang punya kemampuan untuk membuat orang bingung ya. Tadi setelah dia tidak menghabiskan makanannya, dia langsung masuk kamar. Terus tidak keluar sama sekali sampai saat dia mau ke kampus baru keluar kamar. Itupun dia diam. Tidak bicara banyak seperti biasa. Aku sempat mengira dia marah. Tapi karena apa? Aku tak tahu kenapa dia seperti itu. Aku tidak merasa aku melakukan kesalahan apapun.

Terus tiba-tiba dia memegang dahiku begitu saja di bis. Aku sampai terdiam untuk menetralkan jantungku yang sempat terkejut dengannya. Bisa-bisa aku terkena penyakit jantung kalau dekat-dekat dengan Do Young tuh. Aku sengaja tidak berkata kalau sakit kemungkinan karena terkena hujan kemarin karena dia bisa merasa bersalah. Dan belum tentu aku sakit karena kejadian kemarin kan.

Dan karena aku sakit, disinilah aku sekarang. Di kamarku tercinta, berbaring di kasur setelah tertidur karena efek obat yang kuminum tadi.

"Sunbae? Ane gyeseyo? Ja?" (Kak? Kau didalam? Tidur?)

Do Young sudah pulang rupanya. Aku dapat mendengarnya berbicara dari balik pintuku. Untungnya flu dan batukku sudah tidak begitu parah. Aku bangun setelah minum air putih lalu membuka pintu kamarku dan sepertinya itu sedikit mengagetkan Do Young karena dia cukup terkejut kelihatannya.

"Kau masih sakit?"

Dari wajahnya saja aku sudah bisa menebak kalau dia khawatir. "Sudah baikan. Aku sudah bilang aku akan baikan kalau sudah istirahat. Aku baru saja bangun tidur."

Do Young mengeluarkan sesuatu dari tasnya dan memberikan amplop putih yang pasti berisi obat karena sudah khas sekali. "Minumlah. Sesuai dosis. Aku tidak tahu obat apa yang biasa mempan padamu, jadi aku minta beberapa obat yang umum pada apoteker untuk kau minum. Jangan lupa istirahat," katanya sambil tersenyum pasrah. Sepertinya dia memang sekhawatir itu denganku.

Aku tak bisa menahan senyumku saat menerimanya. Dia lucu sekali. Oh tidak tidak. Tidak boleh terlalu dekat dengan wanita, Do Hoon. Ingat.

Ah! Tapi sangat sulit untuk menjauhkan diri dari Do Young. Tembok yang aku bangun di sekelilingku seperti sudah mulai runtuh saat Do Young mendekat.

"Gomawo. Akan kuminum."

Mwo, aku akan melakukan apa yang kubisa sebisa mungkin untuk tidak terlalu dekat dengan Do Young agar dia tidak kenapa-kenapa.

[TBC]

8 August 2020 / 2020년 8월 8일

YOOOO! Saya kembali wkwkwk dengan update terbaru lagi pastinya wkwkwk jadi gimana? apakah kalian sudah bisa menebak siapa sama siapa yang berpasangan nanti? hehehe

hampir loh tadi lupa update wkwkwk untungnya inget tanggal wkwkwk

yowes lah. silahkan dibaca aja wkwkwk

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro