1. Special Offer
"Terima kasih atas warna yang kau berikan dalam hidupku, aku mencintaimu." kalimat terakhir yang diucapkan Dahyun di atas panggung drama sore hari ini sukses membuat banyak pasang mata meneteskan air mata karena sampai terbawa perasaan dengan peran yang dimainkan Dahyun. Tepuk tangan meriah sudah biasa menjadi pengantarnya naik dan turun dari panggung pementasan drama. Sejak di Sekolah Dasar sampai saat ini di SMP, bermain drama di atas panggung sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Dahyun.
Dahyun memang tinggal di desa, guru-gurunya di sekolah merekomendasikannya untuk melanjutkan ke SMA di kota, SMA Sebom namanya. Dengar-dengar disana sudah ada eskul khusus akting bahkan pelatihnya pun sudah sangat profesional, kadang mereka kedatangan aktor terkenal juga untuk sekedar belajar lebih. Dahyun sangat ingin bersekolah di tempat itu tetapi keadaan finansial orang tuanya tidak mencukupi—ralat, ayahnya saja. Ibu Dahyun meninggal saat melahirkannya, sehingga sejak bayi sampai saat ini Dahyun tumbuh dengan asuhan seorang ayah saja. Ayah Dahyun memiliki usaha kedai street food kecil-kecilan di pasar, awalnya keuangan mereka stabil sampai akhirnya Ayah Dahyun divonis menderita penyakit ginjal yang mengharuskannya untuk cuci darah setiap bulan. Dahyun sangat terpukul karena hal itu, tetapi ia tak menyerah, Dahyun diam-diam mencari pekerjaan part time menjadi seorang pelayan di sebuah kedai. Meski tak banyak, setidaknya uangnya cukup untuk biaya hidupnya sehari-hari.
Sejujurnya Dahyun agak heran meski kebutuhan pengobatan ayahnya sangat banyak, tetapi sang ayah tampak tidak pernah mengeluh atau meminta uang dari Dahyun. Hal itu membuat Dahyun yang waktu itu masih SMP memutuskan untuk mengumpulkan uang yang ia miliki untuk mendaftarkan diri ke SMA Sebom itu. Tabungannya ternyata belum mencukupi tetapi Bu Jieun, guru bahasa yang menjadi pembimbing Dahyun untuk mengikuti perlombaan drama dan teater itu memberitahukan bahwa ada seleksi beasiswa untuk bisa masuk kesana secara gratis. Diluar dugaan, hanya sedikit yang mendaftar lewat jalur ini, dengar-dengar yang mau memasuki sekolah ini kebanyakan adalah orang-orang kaya sehingga mengikuti seleksi beasiswa merupakan sesuatu yang memalukan bagi mereka.
Dahyun menjadi salah satu dari 3 orang yang diterima lewat jalur ini, maka dari itu di hari pertama sekolah, Dahyun langsung saja dekat dengan Chaeyoung, sesama penerima beasiswa itu, kebetulan mereka juga sekelas.
"Dahyun! hari ini akan ada pendaftaran eskul! kau mau mendaftar apa?" tanya Chaeyoung sembari merangkulkan tangannya pada pundak Dahyun.
Dahyun tersenyum penuh harapan sebelum menjawab pertanyaan Chaeyoung itu.
"Eskul akting tentu saja."
Chaeyoung nampak terkejut, "Wow itu kan eskul favorit di sekolah ini, bahkan akting sudah menjadi wajah utama dari sekolah ini, semangat aku doakan semoga kau berhasil diterima disana!"
Dahyun memang diterima, dengan nilai terbaik malah, tetapi semenjak itu ia jadi bermasalah dengan Jang Rena, anak ketua komite sekolah yang sudah popular sejak hari pertama mereka menginjakkan kaki di sekolah ini. Ia marah dan tidak terima karena tidak mendapat peran utama, malah Dahyun yang mendapatkannya. Berbagai tindakan perundungan dilakukan pada Dahyun, bahkan kini Chaeyoung jadi ikut menjauh juga dari Dahyun karena tidak mau terkena dampaknya.
Puncaknya terjadi di hari pementasan drama di acara penutupan masa pengenalan sekolah yang memang diselenggarakan selama satu bulan. Dahyun dikurung di kamar mandi sekolah oleh Rena dan gengnya, saat Dahyun akhirnya berhasil keluar dari kamar mandi, kostum untuknya tampil sudah digunting-gunting hingga rusak tak karuan, padahal giliran tampilnya tinggal sebentar lagi. Dahyun menangis, ia sudah tidak tahu harus bagaimana lagi, ia memutuskan untuk berlari dari ruang kostum, rasanya ia ingin menghilang saja untuk saat itu.
Hingga seorang siswa lelaki menahan tangan Dahyun yang akan pergi keluar gedung sekolah dan menarik gadis itu ke dalam pelukannya. "Jangan menyerah, ini kubawakan kostum baru untukmu."
"Bagaimana bisa kau tiba-tiba mendapat kostum ini?" tanya Dahyun yang merasa bingung dan curiga, ia takut nantinya lelaki ini memiliki niat jahat juga padanya.
"Aku kebetulan tampil juga hari ini, tadi saat berada di ruang kostum aku melihat kostum pemeran utama itu di rusak oleh Rena, entah kenapa aku pada akhirnya berlari ke rumahku yang kebetulan berdekatan dengan sekolah dan membawakan baju milik ibuku ini, sudahlah cepat kau pakai saja! semangat! aku menantikan akting hebatmu Dahyun!" Dahyun sampai membelalak kaget saat lelaki dengan senyum kelinci itu mengetahui namanya.
"Kau tau namaku dari mana?!"
"Sebentar lagi waktunya aku tampil! aku harus pergi sekarang!" lelaki itu langsung pergi bahkan sebelum Dahyun sempat mengetahui namanya, dengan kostum baru di tangannya, Dahyun jadi mendapat semangat tambahan untuk tampil. Ia langsung saja berganti baju dan pergi ke backstage.
"Sudahlah Pak Hyungsik, dia memang sangat tidak profesional malah pergi di saat-saat penting seperti ini, lebih baik biar aku saja yang menggantikannya pak, lagipula aku juga sudah hafal dialog milik pemeran utama--"
"Tunggu!" Dahyun langsung masuk dengan memakai gaun yang justru lebih cantik dibandingkan kostum yang sebelumnya sudah disediakan oleh pihak sekolah. Membuat Rena mengaga tak percaya dengan yang ia lihat saat ini.
"Maafkan aku tadi ada kendala sedikit," ucap Dahyun tidak enak.
"Bagus sekarang sudah kumpul semua, langsung bersiaplah untuk tampil!" Pak Hyungsik langsung menyemangati anak-anak didiknya tanpa memedulikan masalah yang sebelumnya terjadi. Dahyun tersenyum bangga, ia senang ternyata masih ada orang baik yang mau menolongnya seperti tadi.
Dahyun kira ini akan jadi akhir dari perundungan yang dilakukan oleh Rena, justru ini adalah awal dimana kehancuran akan menimpanya. Bahkan pada akhirnya isu kalau ibunya meninggal saat melahirkannya pun menyebar seantero sekolah, hingga panggilan anak pembawa sial seolah tersematkan begitu saja pada Dahyun. Impiannya untuk menjadi aktris terkenal nampaknya hancur seketika, Dahyun yang tadinya mendapat peran utama kini diturunkan ke pemeran pembantu yang remeh karena pihak pelatih akting juga melihat banyak yang tidak suka kepada Dahyun sehingga khawatir hal ini akan berdampak pada eksistensi eskul itu.
"Haha hey lihat ada anak pembawa sial!"
"Dasar miskin!"
"Kau lihat sepatunya, tasnya, lusuh sekali bukan? Hahaha!"
"Ibumu saja meninggal saat melahirkanmu, dasar benar-benar pembawa sial, awas jangan dekat-dekat dengannya! Nanti kalian terbawa sial!"
"Kok bisa ya Jungkook, sang idola satu sekolah ini malah menempel terus dengan gadis itu? Sepertinya perempuan itu memakai guna-guna!"
Gelombang suara dari manusia-manusia berseragam di SMA Sebom ini merambat melewati udara hingga menggetarkan daun telinga milik Lim Dahyun, setiap hari sampai melunturkan kepercayaan dirinya. Tiba-tiba ada yang menyematkan airpods di salah satu telinga Dahyun.
"Bagaimana demo lagu baru buatanku?"
"Bagus! selalu bagus!" balas Dahyun dengan tulus sembari tersenyum pada Jungkook yang terlihat puas karyanya di puji oleh Dahyun.
"Nah pakai keduanya, biar kau dengar lagu yang enak ini saja, abaikan ucapan-ucapan orang tak jelas itu," ucap Jungkook sambil memasangkan kedua airpodsnya pada telinga Dahyun, membuat hati Dahyun menghangat.
Park Jungkook, lelaki itu selalu berhasil mengalihkan kesedihan Dahyun dan membuat gadis itu dapat tersenyum di sekolah. Ketika Dahyun dirundung, Jungkook selalu berhasil menjadi orang pertama yang melindunginya.
Meski berat, namun semuanya masih sanggup Dahyun lalui karena bantuan Jungkook, selain itu Dahyun bertahan untuk bersekolah disana demi Ayahnya. Sang ayah sangat ingin Dahyun bisa mencapai mimpinya menjadi seorang aktris terkenal.
Namun kabar duka menerpanya saat Dahyun akan melakukan ujian kelulusan. Sang ayah meninggal dunia, parahnya dengan meninggalkan hutang yang sangat banyak. Selama ini sang ayah diam-diam ternyata meminjam uang pada rentenir untuk memenuhi biaya pengobatannya. Dahyun putus asa, kalau sudah begini rasanya ia ingin ikut mati saja. Hidupnya sudah tidak berguna lagi, alasan untuknya tetap bertahan pun sudah tidak ada.
Sepulang sekolah, Dahyun pergi sendirian ke sebuah jembatan yang di bawahnya mengalir sungai yang sangat deras. Ditambah hujan di sore hari ini membuat aliran sungai itu semakin membabi buta.
Sudah ia putuskan, untuk menjatuhkan dirinya ke bawah sana dan biar saja jasadnya ikut terhanyut oleh aliran arus sungai yang deras itu. Dan lagi-lagi Jungkook hadir, selalu di waktu yang tepat.
"Apa yang kau lakukan!? Jangan gila!" Dahyun sudah menangis meronta tidak mau ditahan-tahan lagi.
"Kenapa? Apa alasanmu selalu melindungiku? Apa yang membuatmu selalu berbuat baik pada anak pembawa sial sepertiku?" Dahyun berteriak dengan frustasi di bawah guyuran air hujan yang semakin deras.
"Karena kau telah menyelamatkan hidupku, Dahyun!" Balas Jungkook dengan berteriak.
"Menyelamatkan apa?! Yang ada aku selalu menyulitkanmu!"
Jungkook langsung menarik Dahyun ke pelukannya. Meredam tangis brutal gadis itu yang semakin meraung-raung.
"Kau mungkin lupa, 3 tahun lalu aku datang ke kedai tempatmu bekerja, saat itu aku menangis karena ayah dan ibuku bercerai dan aku berpikiran untuk mengakhiri hidupku sehabis berkunjung dari kedai itu. Di tengah keramaian kedai, kau dengan baik hatinya duduk di sampingku setelah mengantar pesananku, menyodorkan selembar sapu tangan yang sampai ini masih kusimpan rapi dan berkata, hidup kadang lebih kejam dari yang kita pikir, meski terkadang hidup terasa tak berguna dan sia-sia, tapi tolong pikirkan sekali lagi, masih ada alasan kenapa kita masih bisa bernafas sampai hari ini, cari terus alasan itu sehingga kau memiliki semangat untuk tetap menjalani hidup...setidaknya—"
"—Setidaknya hidup demi hal-hal sederhana, ingin makan apa besok, ingin bertemu siapa besok."
Dahyun memotong ucapan Jungkook begitu saja. Dahyun ingat kejadian itu, ia juga ingat detail perkataan yang ia ucapkan hari itu, tetapi Dahyun tidak mengenali lelaki yang ternyata adalah Jungkook, karena saat itu Jungkook menangis dengan menutupi sebagian wajahnya menggunakan tudung hoodie.
"Kau ingat?" Dahyun mendongak mengamati wajah Jungkook yang terlihat terharu. Dahyun mengangguk perlahan membuat Jungkook perlahan memeluknya kembali.
"Akhirnya setelah hari itu, aku sudah menemukan alasanku untuk tetap bertahan hidup, yaitu untuk bertemu kembali denganmu, menjadi pelindungmu, kalau kau mau, aku juga bisa menjadi kekasihmu."
Dahyun tersentuh dengan semua perkataan Jungkook sore hari itu. Perlahan hatinya menghangat di tengah guyuran hujan yang terus membasahi daksanya. Hingga saat Jungkook menangkupkan tangannya pada pipi Dahyun, mendekatkan wajahnya untuk menyatukan kedua labium itu, Dahyun tidak menolak. Merasakan getaran memabukkan yang menambah bunga-bunga cinta semakin bermekaran di hati Dahyun.
Kenangan ciuman pertamanya itu selalu sukses membuat Dahyun senyum-senyum sendiri. Tak terasa sudah hampir 5 tahun berlalu dan Dahyun masih bekerja kesana kemari sebagai pelayan restoran sedangkan Jungkook kini sudah menjadi aktor terkenal yang sukses menjadi bintang utama di beberapa film dan drama, selain itu ia juga turut berkarir sebagai solois, membagikan lagu-lagu buatannya sendiri yang selama ini ia buat.
"Lain kali kalau menulis pesanan pelanggan yang becus!" Marah seorang pelanggan yang bilang bahwa pesanan yang ia dapat berbeda dengan apa yang ia pesan. Tak sadar sedari tadi Dahyun melamun mengingat masa-masa indahnya dengan Jungkook sampai ia berbuat kesalahan dalam mencatat pesanan. Tapi sejujurnya agak janggal sih, seingat Dahyun ia sudah mencatat pesanan pelanggannya dengan teliti, bahkan sampai ia bacakan ulang dan sudah disetujui oleh si pelanggan itu sendiri.
"Mohon maaf Bu tetapi tadi sudah benar kok, tadi sudah kubacakan ulang dan anda menyetujuinya."
Saat Dahyun sedang berdebat dengan pelanggan, seorang lelaki berpakaian kemeja formal itu berdecih melihat peristiwa dihadapannya, "Ternyata masih sama saja, sejak dulu," gumamnya.
'Lagi-lagi aku dipecat, kenapa ya pekerjaanku rasanya tidak ada yang mulus, rata-rata setelah 3 bulan bekerja aku mendapat surat pemecatan ini, hufft...harus kemana lagi aku mencari kerja?' batin Dahyun yang kini mulai berjalan keluar restoran sembari menggenggam surat pemecatan yang diberikan oleh bosnya.
Dahyun terus berpikir hingga tak sadar ia hampir terserempet mobil, jika seorang lelaki tidak menyelamatkannya.
"Hati-hati lain kali Dahyun," ucap lelaki itu sambil meminggirkan langkah Dahyun.
"Kau siapa? Kenapa mengenalku?"
"Kau sungguh lupa? Aku Taehyung, kita kan sama-sama penerima beasiswa di SMA Sebom saat itu, aku, Chaeyoung dan kau."
Dahyun mengangguk-angguk mengerti, tanpa sadar kini mereka malah berjalan beriringan tanpa arah bersama.
"Maafkan aku sempat lupa karena kita tidak sekelas, tak terlalu akrab juga."
Taehyung tersenyum tipis, "Tak apa, aku maklum akan hal itu, kebetulan aku mengenalmu karena kau memang sepopuler itu saat SMA."
Dahyun tertawa hambar, "Populer apa? Paling terbully lebih tepatnya." Taehyung jadi ikut tertawa juga.
"Masih senang berakting?" Tanya Taehyung, Dahyun malah mengaga kagum pada Taehyung yang tampak mengenalnya dengan sangat baik.
"Wah wah wah, sebentar, kau sampai memperhatikan bahwa aku senang berakting?"
Taehyung mengangguk dengan percaya diri, "Oh tentu, sejak penampilan pertamamu di drama penutupan acara pengenalan sekolah, aku langsung kagum dan dapat melihat potensi aktris yang besar dalam dirimu."
Dahyun jadi senyum-senyum mendengarnya, "Terima kasih, perkataanmu tadi sedikit menghiburku." Taehyung balas tersenyum, namun sedetik kemudian Dahyun merubah ekspresi wajahnya menjadi bingung.
"Kau mau pergi kemana?"
Taehyung jadi ikut mengerenyit, "Dari tadi aku hanya mengikutimu saja, kau mau kemana memangnya?"
"Ah tidak tahu, intinya aku mau mencari pekerjaan baru."
"Tak usah repot-repot, aku punya penawaran bagus untukmu, kau masih mau berakting kan? kau masih menyukai hal itu?"
Dahyun menggigit bibirnya ragu sebelum menjawab, "Entah aku sudah mengubur mimpi itu sejak ayahku meninggal, tetapi jika ada kesempatan kedua untuk menggapai hal itu, aku akan mencobanya."
"Bagus, kalau begitu..." Taehyung mendekatkan kepalanya pada telinga Dahyun, kemudian berbisik dengan nada rendah.
"Jadilah istri palsuku, bukan hal sulit kan untukmu?"
Kayaknya cerita ini gak bakal gitu banyak part-nya,semoga bacanya enjoy yaa 🤩 makasi banyak yang udah baca dan ngeramein! Lopelope sehutan 💜❤️💜❤️💜
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro