2.
"Tolong hamba Yang Mulia, hamba ingin dibunuh..!"
"Hah?!"
Kata-katanya reflek membuatku terbelalak, apa-apaan kebohongan tak berbobot seperti itu?!
"Kau yang menyerangku duluan!" teriakku kesal. Tetapi orang itu malah bertingkah seakan ia yang menjadi korban, "kau menyerangku.."
... Ck, kenapa orang seperti dia harus ada di dunia?
"Aku tidak--"
"Cukup sampai disana."
Kata-kataku seketika dipotong, membuatku memandang ke arahnya dengan tatapan kesal dan bingung.
"Mengapa kau tiba-tiba menyerang orangku? Ingin memberontak atau apa?"
Mataku membulat. Bukannya semakin tenang, amarah malah semakin menguasai diriku. Aku mengepalkan kedua tanganku, berusaha menahan amarah yang bergejolak dalam diriku. "Apa maksudmu?" tanyaku dengan emosi yang tertahan.
"Dia yang menyerangku!" bentakku tiba-tiba. Tetapi kedua orang di depanku ini hanya menatapku dengan datar, bahkan seperti tidak peduli. Sedangkan orang yang berlutut itu malah tersenyum miring padaku, membuatku menjadi semakin kesal.
Raja itu berjongkok, dan mengamati tubuh orang tak dikenal itu dengan jeli. "Terdapat beberapa goresan di bagian lengan dan bahu. Dia juga terluka pada bagian perut, apa kau menendangnya?"
"Iya, tetapi itu untuk membela diri karena dia terus menyerangku!" jelasku sambil menaikkan nada suaraku menjadi lebih tinggi.
"Apapun itu, penyerangan tetaplah penyerangan."
"Aku tidak akan membiarkan rakyatku diserang tanpa alasan,"
"Apalagi jika itu adalah ulah dari orang luar."
Deg.
"Orang luar katamu?!"
"Tentu saja, kau dari Lama kan?" ucapnya sambil tersenyum remeh, membuat perempatan imajiner tercipta di pelipisku.
Ternyata nii-san benar.
Orang ini.. Sangatlah menyebalkan.
"Heh, kalau begitu akan kutunjukkan bagaimana kekuatan dari sesuatu yang kau sebut 'orang luar'," ucapku sambil tersenyum kesal.
Sudah tak memperdulikan tentang apapun, aku pun menggenggam erat kunaiku dan langsung melemparnya dengan sekuat tenaga ke arah Raja Sirena itu, membuat kunai itu melesat lebih cepat dari biasanya.
Mataku menangkap wajahnya yang kaget, beserta sesosok yang menemaninya. Sosok itu dengan cepat langsung mengambil seluring miliknya, dan membunyikannya dengan tempo yang agak cepat,
Dan seketika..
Kunaiku jatuh begitu saja.
Padahal tinggal satu centimeter lagi, kunai itu akan langsung mengenai bola matanya..!!
Tetapi tunggu,
Jadi dia yang tadi memainkan seruling di depan pintu?
Tetapi kesampingkan itu, aku malah terheran-heran saat Raja Sirena itu tertawa, bahkan tertawanya seperti tengah meremehkan.
"Jadi itu, kemampuan dari Putri Lama?" ucapnya dengan nada mengejek, sambil tersenyum remeh ke arahku yang tidak berkutik, membuat emosiku memuncak.
Namun, lagi-lagi aku tidak bisa apa-apa.
"Penjaga, bawa dia ke penjara bawah tanah."
"Dan jangan diberi makan," lanjutnya.
Aku terdiam kaget sambil memelototi si Raja Sirena itu, tetapi ia terlihat tidak terintimidasi sama sekali.
"Beginikah caramu memperlakukan tamu dari luar?!" teriakku kesal, tetapi ia malah tersenyum mengejek sambil terkekeh kecil saat melihat kedua tanganku diborgol oleh para penjaga yang ada, dan di dorong ke lantai begitu saja.
"Tunggu."
Setelah mengatakan sepatah kata itu, ia berjalan mendekat ke arahku dan berjongkok, lalu salah satu tangannya bergerak menopang daguku ke atas. "Kau punya keberanian untuk melukai seorang raja, sungguh perempuan yang berani."
"Tetapi kau lupa, bahwa besi itu sangatlah berbeda dengan air. Jika di Lama kau di apresiasi karena ketangkasan dan kegigihanmu, bukan berarti kau juga akan mendapatkan hal yang sama di Sirena."
"Bawa dia."
"Ha'i!"
"Kuso.."
-: ✧ :-
"Aku kesini untuk menikah, tetapi sekarang malah dikurung di penjara bawah tanah!" teriakku kesal.
"Ugh.. Perutku sakit.."
Aku memegangi perutku yang sudah berbunyi sedari tadi. Raja itu benar-benar kejam, dia bahkan tidak memberikan makanan pada tahanannya!
Atau mungkin.. Hanya aku saja?
Tch, daripada memikirkan orang tidak jelas itu, lebih baik aku memikirkan cara untuk keluar dari sini dan langsung kembali ke Lama.
Netraku menerawang ke sekeliling, sedang tidak ada pasukan penjaga yang menjaga. Apa mungkin sekarang sedang dalam jam istirahat? Lagipula mau jam istirahat atau tidak pun, Penjara Sirena kalau dilihat-lihat cukup kuat juga.
Tetapi pikiran yang sedari tadi melintas di kepalaku itu pun langsung hilang begitu saja, saat melihat ventilasi udara yang ditutupi dengan beberapa besi.
"Kurasa.. Mereka benar-benar meremehkan seorang Putri Lama," ucapku sambil tersenyum miring.
Aku duduk bersila, kedua tanganku kuletakkan pada masing masing lututku, lalu aku mulai membaca mantra yang diajarkan oleh nii-san dan ayah padaku.
Ugh..
Aku tidak bisa terlalu fokus karena perutku yang terus-menerus meronta meminta makanan, tetapi aku harus menahannya karena tinggal sedikit lagi.
Dan.. Benar saja.
Swoosh..!
"Ternyata atmosfer disini kebih ringan darpada Lama," batinku sambil sedikit kaget.
Tetapi berkat itu.. Aku lebih dimudahkan untuk memotong besi besi ini.
Pfft-- ayolah.
Makanya, jangan pernah mencoba meremehkanku..
Raja Sirena.
-: ✧ :-
Author POV :
"Sekian untuk perincian anggaran, sisanya bisa Yang Mulia lihat di kertas itu, semua telah kami rangkum secara detail."
"Baiklah, anda bisa keluar sekarang."
"Baik, Yang Mulia," jawab orang itu. Ia menunduk hormat, lalu keluar dari ruangan itu.
Sardinia mengamati sebentar kertas kertas yang tersebar di atas meja, lalu mengalihkan pandangannya ke arah penasihatnya. "Bagaimana menurutmu, Shinkai?" tanyanya sambil sedikit tersenyum.
".. Aku tidak mengerti tentang anggaran."
"Bukan itu maksudku." Surai pink itu lalu berdiri, dan menyandarkan dirinya pada dinding di belakang nya.
"Soal Putri Lama itu, bagaimana menurutmu?"
"Apakah aku harus mengembalikannya--"
"Dia pemberontak, tetapi dia baik."
Sardinia mengangkat kedua alisnya. Jika Shinkai yang sangat perasa sudah bisa berkata seperti itu, Sardinia tidak akan memiliki banyak alasan untuk mengembalikan perempuan itu ke Lama.
"Tetapi melakukan penyerangan langsung pada raja di dalam istana.. Dia terlalu berani untuk seukuran gadis kecil," ucap Sardinia sambil menatap ke arah bawah.
Tok! Tok! Tok!
Pintu terbuka, menampakkan sosok laki-laki bersurai merah maroon yang sedang berjalan dengan tegap. Ia membungkukkan badannya sebentar, sebelum ia menaruh setumpuk dokumen di atas meja milik sang Raja Sirena itu.
"Ini adalah rincian pajak dan lain-lain, yang merupakan lanjutan dari anggaran sebelumnya. Harusnya tadi sudah diantarkan oleh salah satu pelayan," jelasnya panjang lebar.
"Dan ini juga, ada beberapa potong sandwich untuk Yang Mulia, semoga anda menikmatinya."
"Baiklah, aku akan memakannya nanti."
"Ah, dan juga.."
"Apakah Yang Mulia yakin untuk tidak memberi makan Putri Lama itu? Kita pasti akan dituntut jika terjadi sesuatu kepada--"
"Aku yakin. Kau mau membantahku?" potong Sardinia, membuat laki-laki bersurai merah Maroon itu terdiam. "Tidak usah merasa tidak nyaman hanya karena mengelabui nya. Lagipula sejak awal, kita selalu melakukan itu pada orang baru kan?"
"Apalagi.."
"Ini adalah produk asli dari Lama."
Raja Sirena itu memegang dagunya sambil tersenyum miring, membuat si laki-laki bersurai Maroon itu bergidik ngeri. "Daripada kau khawatir seperti itu, lebih baik kau lihat saja Putri Lama itu sebentar, sekaligus memastikan apakah ia masih hidup atau tidak."
"Shinkai, ayo temani dia melihat sosok yang kau katakan 'orang baik' tadi," lanjut Sardinia sambil tersenyum simpul. Shinkai hanya melihat kelakuan rajanya dengan tatapan datar khasnya seperti biasa, tanpa ada berniat untuk membantah. Lalu surai hijau itu pun keluar dari sana bersama si surai Maroon, menyisakan Raja Sardinia itu sendirian di ruangannya.
Surai Pink menegakkan tubuhnya yang tadinya disenderkan ke tembok. Ia lalu mengambil beberapa kertas yang ada di meja, melihatnya sebentar lalu langsung menaruhnya kembali di tempat asalnya. "Membosankan," katanya singkat sambil menghela nafas malas.
"Kalau begitu.."
"Bolehkah aku melakukan sesuatu yang menarik untukmu, Yang Mulia?"
"..?!"
Brukk!
Belum sempat Sardinia mencerna semua yang terjadi, ia sudah terlebih dahulu di dorong ke atas meja dengan kasar, oleh sosok yang familiar di matanya.
Bagaimana tidak? Sardinia baru saja memerintahkan para prajurit nya untuk memenjarakan orang ini beberapa saat yang lalu.
Tapi kenapa?
Namun daripada memikirkan itu, Sardinia lebih memilih untuk memasang ekspresi senyum 'khas' ala dirinya.
"Oh? Menarik sekali," ucap Raja Sirena itu sambil menatap lawan bicaranya dengan tatapan aneh.
"Tetapi.. Aku tidak suka jika seorang wanita berada di atasku."
Surai kuning itu tidak menghiraukan kata-katanya, dan memilih untuk mengkeretekkan tangannya, bersiap untuk menghantam wajah lelaki di bawahnya sekarang, "kau bermulut besar juga ya, raja kurang ajar."
"Kau tau? Aku sangat ingin melarikan diri secara diam-diam, tetapi ternyata aku memang tidak akan puas dengan itu," ujar Erin sambil menahan kesalnya dengan menahan intonasi bicaranya.
"Sekarang aku akan mengajarkanmu cara menghormati tamu dari lu--" Belum sempat Erin menyelesaikan kata-katanya, ia sudah terlebih dahulu terjatuh ke belakang karena lemas dan belum makan.
Raja Sirena itu berdiri, lalu dengan sengaja ia mengambil salah satu sandwich yang tadi diantarkan untuknya dan menggerak-gerakkannya, berniat menggoda putri dari Lama itu.
"Lalu bagaimana dengan menghormati tamu dari luar?" tanyanya mengejek.
"Gghh.. Aku akan membunuhmu.."
Bukannya takut, Raja Sirena itu malah tertawa meremehkan. "Bukannya kau akan segera mencapai batas? Bagaimana jika kau menyerah saja dan kembali ke tempatmu, nona?"
"Aku memang--"
"Tunggu.." batin Erin. "Kalau aku pulang sekarang, bukannya aku malah akan dimarahi habis-habisan dan malah dihukum?! Tidak tidak tidak.."
".. Kau kira surat perjanjian itu bisa dibatalkan begitu saja? Jangan bodoh!" ketus Erin.
"Aku tidak berniat menyetujuinya dari awal, asal kau tahu," jawab Sardinia serius, membuat Erin terdiam.
"Tetapi aku mempertimbangkan soal kerajaanku, dan juga rakyatku." Erin terdiam, "sudah kuduga memang nii-san yang memaksa.." gumam Erin.
"Lagipula.."
"Aku juga tidak berniat untuk menikah dua kali."
Deg.
"M-maaf--"
Brakk!
Pintu terbuka dengan kasar, menampakkan sosok laki-laki yang tadi baru saja keluar bersama Shinkai di belakangnya, "Yang Mulia, Putri tomboy itu..!"
Sardinia menoleh ke asal suara dengan tatapan datarnya, "ini? apa yang mau kau lakukan padanya?"
"... Tidak melarikan diri."
To be continued..
Gaes, aku gak bisa terlalu mendalami character hoshimeguri karena yaa kalian tau sendiri. Terutama Sirena :')
Jadi aku cuman minjem karakternya aja, dan jangan harap bakal ic :)
Sekian, maaf kalo ada typo atau ceritanya gajelas. Makasi udah baca, see you in the next chapter!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro