Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Day 3

Third Day: 69 Ekor Keajaiban Lele

Warn content: absurd dan nista, tidak logis jadi dimohon maklum karena isi plotnya berdasarkan prompt dan berisi humor juga tanpa riset sekaligus.

LAGI-LAGI, aku merintih.

Kaki kiriku keseleo kemarin. Sekarang sudah lebih baik, lebih bisa digerakkan. Akan tetapi, rasa sakitnya belum memudar sepenuhnya. Untuk pelajaran seperti biasa mestinya tidak masalah, tetapi sehabis istirahat nanti adalah pelajaran olahraga. Menurut catatan di buku kecil yang selalu kubawa, jika tidak ada halangan saat pelajaran olahraga nanti akan diadakan tes lari untuk pengambilan nilai.

Kok, waktunya tidak menguntungkan banget? Kakiku sedang keseleo—tidak separah kemarin—lalu hari ini akan dilaksanakan tes lari. Bisa saja aku meminta izin pada sensei untuk tidak ikut serta, tapi nilaiku akan dipertaruhkan. Jikalau ada susulan aku ingin mengambil, tapi guru olahragaku terkenal tegas dan intoleran terhadap alasan apapun.

Napasku menghela panjang.

"Makan, [surname]. Bekalmu belum tersentuh."

Ah, Shirabu benar. Kulirik bekal di hadapanku. Hari ini menunya tidak separah seperti kemarin. Bekalku penuh sayur dan buah serta ditemani susu kotak dan sebotol air mineral. Sudah berapa menit tak tersentuh? Entahlah. Perutku sudah berbunyi minta diisi, sebaiknya aku makan saja.

Begitu suapan pertama memasuki mulut, tiba-tiba Shirabu kembali menceletuk, "Kakimu itu kenapa, sih? Kau bolos setengah hari karena itu?"

Shirabu tentunya tidak mengetahui alasanku pulang lebih cepat kemarin. Ternyata, melakukan sesuatu yang ilegal akan mendapatkan balasannya juga. Kemarin aku dan Semi-san menyusup melalui jalur belakang hutan panda. Begitu urusan kami sudah usai di sana, tiba-tiba aku terpeleset begitu melewati jalur rahasia itu. Ujung-ujungnya aku tidak bisa bangkit dan kaki kiriku keseleo. Semi-san membawaku sampai ke UKS lalu membantuku mengolesi obat di sana. Aku tidak bisa kembali ke jam pelajaran karena tidak bisa berjalan seorang diri sementara Semi-san bukannya membantuku membawa ke sana malah menyarankanku agar tidak mengikuti pelajaran dulu.

Aku bingung. Sebenarnya dia berniat baik atau buruk, sih? Baik karena mengkhawatirkanku? Bisa saja lalu buruk karena ingin menjatuhkan tugasku sebagai pelajar? Bisa jadi.

Penjaga UKS pun menyarankan hal yang sama, malah meninggalkanku setelah itu. Sungguh penjaga yang tidak bertanggung jawab. Heran, mengapa ada penjaga seperti itu di SMA PAW? Hingga akhirnya aku menunggu dengan cemas sampai jam pulang usai. Barulah Semi-san menghampiriku dan mendadak telah membawakan tas serta perlengkapanku untuk pulang.

Datang tanpa ada rasa penyesalan, padahal aku sedang cemas-cemasnya karena mesti tertinggal beberapa banyak pelajaran. Untungnya ketika aku menanyai Kawanishi serta Shirabu tentang catatan dan tugas-tugas kemarin, mereka menjawab tidak terlalu banyak. Tugas yang diberikan berupa tugas rumah dan catatan cuman sebagai pelengkap.

Syukurlah. Setidaknya pekerjaanku kemarin tidak terlalu banyak. Selain sibuk memijat serta mengompres kaki dengan air dingin, waktuku dipenuhi dengan makalah tentang panda-panda kemarin. Meski sudah selesai menyelesaikannya, masih ada beberapa bagian yang belum aku revisi. Ya, tidak masalah sih, setidaknya hanya revisi saja tidak terlalu berat juga.

Jam tidurku pun tidak terganggu kemarin. Selain karena tugas-tugas yang sedikit, makalah langsung cepat selesai di tanganku. Hanya saja, kaki keseleo ini cukup mengganggu.

Kawanishi saja sampai menanyaiku ketika pelajaran berlangsung. Ia lalu ditegur guru karena terlalu berisik.

"Ada suatu insiden. Karena itu kakiku jadi keselo. Meski sekarang sudah tidak masalah," jawabku setelah mengunyah sesuap makanan.

"Memangnya kau kemarin ke mana? Bukannya makan di kantin sendiri? Terus bagaimana dengan turmu?"

"Ah, itu," ucapanku tiba-tiba berhenti. Mereka tentunya tahu tur yang sedang kujalani. Setelah tahu tentang tur itu, aku bertanya kepada mereka untuk mencari informasi. Ketika kutanyai tidak semua informasi yang kudapatkan. Hanya beberapa tempat saja yang kutahu, tidak termasuk yang kemarin serta lusa kemarin. Namun, aku sangsi jika mereka mendapatkan tugas yang sama sepertiku karena Semi-san pernah menjelaskan, bagi anak yang tidak mengikuti tur di awal akan mendapatkan tugas, berbeda ketika mereka mengikutinya di tahun pertama. Ditambah, mereka pasti tidak mengetahui soal jalan rahasia itu. Bisa jadi iya atau tidak. Namun, aku tidak mau bertaruh karena yang namanya jalan rahasia pasti rahasia. Bisa-bisa jika mereka tahu soal kemarin, akan ada kemungkinan menyebar secara mulut ke mulut lalu aku bisa ditindaklanjut karena memasuki kandang hewan yang dilindungi tanpa izin.

Kulihat Shirabu menekukkan alis, merasa curiga. "Itu? Kenapa? Terpeleset?"

"Ya, seperti itulah," sahutku cepat. Maaf ya, Kawanishi dan Shirabu terpaksa aku membohongi kalian.

"Terpeleset di mana? Toilet?" Kawanishi menebak asal sambil mengunyah makanannya.

"Iya, haha. Untungnya Zena melihatku dan membantuku ke UKS. Menjengkelkan tahu tidak bisa berjalan kemarin. Untungnya aku sempat melakukan tur dengan Semi-san ketika istirahat."

Mendadak Shirabu menghentikan makannya. "Oh iya soal Semi-san, kemarin sebelum kami pulang karena bingung mau mengapakan tas dan barang-barangmu, dia datang untuk meminta langsung."

"Dan belum sempat kami tanya dia sudah langsung pergi. Tadinya mau sempat bertanya ketika latihan, tapi tahunya Pelatih Saitou meniadakan latihan karena guru-guru mesti rapat," imbuh Kawanishi.

"Semi-san kok, bisa tahu?"

Aku meneguk ludah sejenak. Sambil menggaruk tengkuk mencari alasan aku menjawab, "Itu karena Semi-san diminta Zena untuk menghampiriku. Seperti yang kalian tahu, Zena dari kelas sebelah lagi sibuk-sibuknya dengan OSIS karena jadi panitia acara untuk pensi minggu ini, 'kan? Karena kepepet dia meminta Semi-san membantuku juga membicarakan tentang tur buat besoknya." Absurd sekali! Alasanku terkesan dipaksakan! Maafkan aku sekali lagi karena telah menggunakan namamu sebagai alasan, Zena.

"Ohh... Semi-san kemarin terlihat khawatir sekali."

"B-begitukah?"

Ya, aku tidak terlalu mau tahu juga, sih. Padahal aku dan Semi-san hanya sekadar pemandu dan yang dipandu saja.[]

"Maaf ya, [surname] tentang yang kemarin." Begitu kata Semi-san selama membantuku berjalan menuju tempat yang dituju. Kakiku memang lebih mendingan, tapi bukan berarti bisa langsung ditapaki begitu saja. Semi-san langsung datang ke kelasku begitu jam pelajaran usai sebelum sempat aku meminta bantuan ke yang lain.

"Tidak apa-apa, Semi-san. Sudah terlanjur mau diapakan lagi? Lagi pula ini juga salahku karena tidak hati-hati kemarin," ujarku. "Sekarang kita akan ke mana?" Aku bertanya karena tidak bisa memastikan tempat yang dituju kali ini. Meski aku mengetahui beberapa, tapi urutannya tidak selalu sama.

Semi menghela napas, merasa lega sejenak. "Ke kolam 69 ekor lele."

Aku tahu tempat itu. Mendengarnya dari mulut Shirabu dan Kawanishi membuatku nyaris tidak bisa berpikir logis. Karena siapa pun pasti bertanya untuk apa sebuah sekolah mempunyai kolam lele, bukan? Sudah pula jumlahnya tak kira-kira.

"Kolam lele? Apa sekolah ini mempunyai semacam ternak ikan begitu?"

Semi-san menggeleng di sampingku. Rangkulannya pun tidak berubah dari pundakku. "Bisa dibilang sebagai hiasan seperti kolam-kolam ikan lain. Hanya saja ada yang membedakan."

"Membedakan? Apa itu?" Aku penasaran.

"Lele-lele di sana merupakan lele-lele yang berbeda jenis dan diambil dari seluruh dunia. Aku pernah menyaksikan sendiri, jenis lelenya memang berbeda-beda. Bahkan, pernah ada lele raksasa ukurannya melebihi lele normal pada umumnya."

"Tunggu—lele raksasa, Semi-san bilang?"

Semi-san menoleh padaku, meyakinkanku. "Aku tidak bohong. Serius. Tapi, keberadaan lele raksasa itu tidak lama karena lele-lele kecil protes. Tempat mereka jadi lebih sempit karena lele raksasa itu memakan tempat. Mau tidak mau dengan terpaksa lele raksasa dipindahkan oleh pencetus kolam lele serta klub pecinta hewan. Agak aneh memang, tapi begitulah kenyataannya."

"Aku tidak tahu mau omong apalagi."

"Wajar jika kau bingung. Aku pun awalnya juga bingung, tidak jauh berbeda denganmu. Namun makin lama aku bisa menerima hal di luar logika itu. Sekadar informasi, kolam lele ini baru empat tahun terbentuk. Sang pencetusnya baru lulus musim semi kemarin. Yang kutahu memang sang pencetusnya agak nekat mengajukan pembentukan kolam lele itu."

"Tapi hebat, lho. Kolam lele sendiri di sekolah anti mainstream. Biasanya di sekolah lain itu kolam ikan koi atau alligator seperti sekolahku dulu," ungkapku yang juga kagum. Memang sih, cerita Semi-san tadi sulit kuyakini, tapi aku juga takjub apabila itu benar.

"Oh," tiba-tiba Semi-san teringat sesuatu, "satu lagi yang mungkin sulit dipercayai yakni lele-lele ini suka membuat atraksinya sendiri selama tiga hari sekali."

Apa tadi ia bilang?

T-tunggu! Itu tidak benar, 'kan?[]

24/12/18
—reeshizen

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro