Raksasa
Namanya Raksasa. Tubuhnya setinggi lima meter dan lebar dua meter. Perawakannya tambun, dengan anggota tubuh sebesar pohon beringin tua, Raksasa hanya memakai kain yang dililit di pinggang sebagai pakaian. Rambutnya awut-awutan dan panjang, matanya besar begitu pun lubang hidungnya. Giginya lebih runcing daripada gigi manusia. Dialah Raksasa.
Raksasa hidup seorang diri. Dia sakti dan berumur panjang. Dulu, Raksasa senang bermain dengan manusia, menjaili mereka, dan menikmati saat-saat manusia ketakutan padanya. Akan tetapi, perbuatannya itu membuat Raksasa semakin ditakuti sampai-sampai tidak ada lagi yang ingin berurusan dengan Raksasa.
Awalnya, Raksasa tidak peduli. Dia melakukan hal yang ingin dia lakukan, mencari makan dan pergi ke hutan. Sesekali Raksasa akan berpapasan dengan manusia. Karena Raksasa sakti dan berumur panjang, Raksasa juga ingat beberapa manusia yang dulu pernah dia ganggu. Raksasa sadar bahwa mereka sudah tidak lagi sendirian. Mereka punya pasangan, wanita, dan ada pula yang punya anak.
Raksasa pun mulai iri. Dia mulai kesepian bertahun-tahun hidup seorang diri. Sedangkan manusia, hanya dengan mandapatkan wanita, mereka bisa punya anak. Punya anak, artinya orangnya bertambah satu. Semakin ramai. Jika Raksasa punya wanita dan punya anak, artinya dia tidak akan kesepian lagi.
"Itu dia! Aku hanya perlu membuat seorang wanita."
Segala cara Raksasa perbuat agar dia bisa mendapat seorang wanita. Terpikir olehnya untuk menculik seorang dari manusia, tetapi rasanya Raksasa ingin seseorang yang memang untuknya. Sampai akhirnya Raksasa berhasil menciptakan sesuatu dengan kesaktiannya, yakni biji mentimun.
Biji mentimun ini bukan biji biasa. Biji ini bisa menumbuhkan manusia, tetapi biji ini harus ditanam dan dirawat oleh seseorang yang ahli tentang tanam-menanam. Raksasa jelas tidak ahli sama sekali, jadi Raksasa berniat mencari manusia yang bisa menumbuhkan biji ini untuknya. Maka dari itu, Raksasa mulai berjalan keluar dari hutan.
"Hei Manusia! Umur berapa wanita sudah boleh menikah?" Raksasa bersorak pada seorang manusia yang juga berjalan ke luar hutan. Dia terlihat tidak sabar karena manusia itu justru terlihat ketakutan. "Cepat jawab!"
"Seorang gadis bisa menikah sejak umur lima belas tahun, wahai Raksasa!"
Raksasa tidak memedulikan manusia yang sekarang sudah lari terbirit-birit itu. Dia sibuk mengangguk-angguk sambil mengusap dagu. "Lima belas tahun sepertinya terlalu muda. Mungkin tujuh belas tahun cukup." Dengan begitu, Raksasa pun memulai perjalanannya.
Sayangnya, setiap kali Raksasa ingin menawari manusia biji ajaibnya ini, manusia sudah terlanjur kabur. Belum sempat Raksasa berbicara, manusia itu sudah meminta ampun dan lari tunggang langgang. Raksasa pun heran, seingatnya dia tidak pernah lagi mengganggu manusia. Raksasa terus berjalan dan berjalan, berusaha menemukan manusia yang ingin menumbuhkan biji mentimunnya.
Ketika itulah Raksasa mendengar seseorang berdoa agar dikaruniai seorang anak.
"Hei Manusia, jika kau sangat ingin memiliki anak, maka tanamlah biji ini. Tujuh belas tahun lagi aku akan datang, dan serahkan anak yang sudah kau tanam hari ini."
Raksasa senang karena manusia yang satu ini tidak takut ataupun kabur, malahan manusia itu menerima biji mentimun itu. Raksasa pulang dengan hati puas, dia menoleh sekali lagi untuk mengingat lokasi rumah wanita masa depannya, sebelum berlalu pulang ke tempat tinggalnya di hutan.
Selama menunggu tujuh belas tahun, Raksasa banyak mengamati manusia, terutama yang mendapat pasangan. Raksasa tahu, bahwa mendapat wanita maka disebut kawin. Raksasa juga jadi tahu, kalau kawin dengan wanita, artinya harus punya rumah yang bagus. Raksasa juga tahu bahwa wanita suka pakaian dan perhiasan bagus. Maka dari itu, selama tujuh belas tahun Raksasa sibuk memenuhi kebutuhan untuk wanitanya kelak.
Raksasa membangun rumah yang besar dan megah. Raksasa juga membuat banyak sekali baju dan mencari mutiara-mutiara ke danau. Apa pun yang akan terlihat cantik nantinya untuk calon wanita. Raksasa sudah tidak sabar untuk hidup bersama lagi.
Setiap tahun pun, diam-diam Raksasa akan mengintip rumah itu dari jauh. Melihat bagaimana perkembangan wanitanya. Alangkah senangnya Raksasa melihat dari tahun ke tahun wanitanya tumbuh menjadi seseorang yang cantik rupawan. Namanya pun terdengar indah. Timun Mas. Raksasa semakin bersemangat membangun rumah, membuat baju, dan perhiasan.
Sampai tiba saatnya sudah tujuh belas tahun, Raksasa dengan bangga kembali pada rumah itu. Dengan senyum lebar dan tak sabar, Raksasa tanpa basa-basi menagih, "Hei Manusia, aku kembali untuk menagih janjiku. Di mana anakmu itu?"
"Tunggulah sebentar. Timun Mas sedang bermain, istriku akan memanggilnya."
Raksasa sering melihat Timun Mas bermain, jadi awalnya dia dengan senang hati menunggu. Namun, Raksasa juga sudah tak sabar. "Di mana dia? Biar aku yang menjemput." Dia pun mencari sendiri ke belakang, tetapi alangkah terkejutnya Raksasa ketika tidak melihat Timun Mas di mana pun. Sadar bahwa dia sudah diperdaya oleh pasangan suami-istri ini, Raksasa mengamuk dan memporak-porandakan pondok kecil milik petani.
"Timus Mas! Mana Timun Mas-ku?"
Ketika itulah Raksasa melihat seorang gadis berlari dari kejauhan. Raksasa langsung tahu itu adalah Timun Mas. Itu adalah Timus Mas-nya!
Tanpa berpikir dua kali, Raksasa langsung mengejar. "Timus Mas! Berhenti!" Dengan kaki besar dan panjangnya, tentu Raksasa tidak butuh waktu lama mengejar Timun Mas. Tinggal sedikit lagi. Raksasa hanya ingin Timus Mas kembali padanya, karena ada rumah megah dan pakaian juga perhiasan cantik yang menanti.
"Timun Mas!" Raksasa tersenyum melihat Timun Mas menoleh, tetapi alangkah terkejutnya Raksasa saat Timun Mas justru melempar sesuatu. Garam! Akan tetapi, garam itu berubah menjadi hamparan laut yang luas. "Timus Mas! Tunggu!" Raksasa berusaha melewati laut yang luas dan dalam itu dengan susah payah.
Setelah akhirnya berhasil melewati lautan luas, Raksasa tergopoh-gopoh lagi mengejar Timun Mas. Raksasa belum menyerah, dia yakin Timun Mas hanya belum tahu apa yang dia siapkan, makanya Timun Mas takut. Jika Timun Mas tahu apa yang menantinya di rumah baru, pastilah Timun Mas tidak akan lari begini.
"Timun Mas! Tunggu sebentar!"
Untuk kedua kalinya, Timun Mas menoleh saat jarak mereka sudah dekat. Timun Mas melemparkan biji cabai, yang seketika berubah menjadi hutan yang penuh dengan onak berduri. Raksasa yang tidak siap pun terperangkap di hutan itu. Sekali lagi, dengan susah payah Raksasa berusaha keluar dari hutan yang penuh dengan onak berduri.
Gara-gara baru saja keluar dari laut, kulit Raksasa masih licin. Kulitnya akan terasa gatal dan sakit ketika bergesekan dengan onak berduri. Namun, Raksasa masih tidak menyerah. Tak butuh waktu lama sampai dia berhasil keluar dari hutan.
"Timun Mas! Kubilang tunggu!" Kali in, emosi Raksasa mulai naik. Rasanya sedih dan kecewa, kenapa setiap dia sudah hampir dekat menangkap Timun Mas, selalu ada rintangan? Rasanya sangat frustrasi.
Ketika Timun Mas kembali menoleh, Raksasa sudah berancang-ancang untuk menghadapi rintangan selanjutnya. Namun, yang muncul adalah kebun mentimun yang berbuah lebat. Raksasa merasa letih setelah menyeberangi laut dan melewati hutan lebat, maka dia pun duduk dan mulai memakan mentimun.
"Jika aku makan, maka aku akan punya tenaga untuk mengejar lagi." Begitu pikir Raksasa, dan dia pun makan sampai kenyang. Mentimunnya sangat lezat, Raksasa berpikir apa Timun Mas sengaja memberinya kebun mentimun ini agar dia bisa makan sampai kenyang?
Raksasa sudah tak marah lagi. Dia makan dengan lahap, sampai-sampai dia tertidur setelah makan. Saat terbangun, Raksasa tersadar Timun Mas sudah berlari jauh lagi. Raksasa masih tidak marah, malahan dia dengan segera berdiri dan kembali mengejar Timun Mas. "Timun Mas! Kemari!" Setelah makan, Raksasa kembali bertenaga, hingga dia berlari dengan sangat cepat. Tidak butuh waktu lama, Timun Mas sudah dalam jangkauan.
Raksasa khawatir juga dia langsung mengambil Timun Mas, maka wanitanya ini akan terluka. Oleh karena itu, Raksasa berusaha membuat Timun Mas berhenti berlari.
"Timun Mas! Berhenti!"
Namun, tidak disangka-sangka, saat jarak mereka sudah dekat kembali, Timun Mas melemparkan sesuatu lagi. Kali ini terasi udang. Raksasa sedang berlari dengan sangat cepat, sehingga dia tidak sempat mengelak.
Terasi udang berubah menjadi danau lumpur yang luas, dan Raksasa terjebak di tengah-tengahnya. "Timun Mas! Kembali!" Raksasa berusaha keluar dari danau lumpur, tetapi semakin dia berusaha keluar, semakin danau itu menghisapnya.
"Timun Mas! Kumohon! Timus Mas! Aku menyediakan segalanya untukmu! Timun Mas!" Betapa hancurnya hati Raksasa melihat Timun Mas yang makin berlari menjauh meninggalkannya. Sedangkan tubuhnya kini sudah terbenam sampai dada.
Kenapa? Raksasa hanya ingin punya wanita untuk dikawini. Raksasa hanya tidak ingin hidup sendirian lagi. Raksasa bahkan sudah susah payah membangun rumah, membuat pakaian, dan perhiasan. Kenapa Timun Mas masih tak ingin dengannya?
Apa Raksasa memang tak pantas punya pasangan dan harus selalu kesepian sendiri?
"Timus Mas!" Sampai akhir pun, Raksasa masih terus memanggil-manggil nama Timun Mas. Sampai akhirnya Raksasa yang besar masih kalah dengan lumpur pengisap. Di akhir hidupnya, Raksasa meneteskan air mata. Raksasa hanya bisa berharap, semoga kelak Timun Mas bisa tetap bahagia, meski tidak bersamanya.
-selesai-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro