Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Siang

Kamar paling ujung dekat ruang tamu remang-remang, kata paman baunya sengak. Namun, aku tidak merasa demikian. Tidak cerah seperti kamar lain. Kasurnya lebar sekali, menyediakan spasi sesuai lebar pintu terbuka. Di samping adalah kamar mandi. Ada jendela besar dilengkapi tralis biru muda jadi jalur satu-satunya sorot sinar masuk.

Beralih tatapan dari layar, cahaya menilik dari kamar mandi. Kilat. Mungkin sepersekian detik kemudian ada guntur.

Tebakanku benar, guntur menggelegar. Kaca jendela bergetar pun kasur mengikuti. Wah, guntur di sini keras sekali.

Sekilas terbayang petir menyambar ujung tiang listrik hingga asap mengepul seperti awan kumulus, lalu mengempis layaknya awan sirus. Mungkin juga sebab mengapa rumahku mati lampu sejak hujan lebat menyirami bumi.

Tapi sungguh aku kaget, tiba-tiba hujan deras seperti muntahan. Mungkin langit sedang sakit. Tadi aku lihat warnanya abu, padahal saat pagi masih biru.

Hei, bukankah selalu begitu?

Memang, tapi kali ini berbeda. Seringnya rintik-rintik berkunjung, lama-lama menumpuk hunjam bumi. Tidak muntah seperti ini.

Bagaimanapun presipitasinya, tetap saja disebut hujan.

Setidaknya hari ini aku bisa tidur sejenak. Sudah beberapa hari aku tidak tidur siang. Kalaupun iya, rasanya mengantuk ketika bangun, maka sering kuhindari dengan menggambar atau berlatih gitar.

Aktivitas lain yang kulakukan saat hujan adalah menyeduh susu pisang sambil duduk di depan pintu terbuka ruang keluarga. Memandang tumbuhan dan rumput liar mandi sekian lama, atau lanjut membaca Persuasion yang tersendat sebab aku sibuk. Kadang juga mencari inpirasi tatkala jemari buat lakaran maya nan sebam di angan berkawan alun Gymnopédies berdansa dalam kepala.

Mungkin, itulah sebab aku suka hujan di siang hari.

Ya, mungkin.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro