Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

chapter 12

Lanjut, say.

***

Di Mall, Nay segera bergegas menuju lantai tiga yang menjual makanan hewan. Nay juga mengambil beberapa vitamin yang bagus untuk hewan. Sementara itu, Raka menunggunya didepan tokoh itu.

"Berapa semuanya? Bisa bayar lewat kartu?" tanya Nay saat didepan kasir.

"Bisa," jawab kasir itu sambil menscan barang-barang yang dibeli Nay.

"Ini," kata Nay memberikan kartu banknya. Dan si kasir pun menggesek kartu itu, dan pembayaran pun selesai.

"Terimakasih. Silahkan datang kembali." Nay mengangguk kemudian pergi. Diluar, nampak Raka yang sedang memejamkan matanya dengan headset di kedua telinganya.

Nay menepuk pundak Raka pelan. Dia takut kalau membangunkan Raka yang mungkin sedang tidur.

"Raka ...," ucap Nay pelan.

"Sudah selesai?" ucap Raka pelan sambil membuka matanya dan menoleh ke Nay.

"Iya. Kamu tidak sedang mendengarkan lagu, ya?" tanya Nay.

"Hmmm. Aku hanya pura-pura mendengar lagu, agar tidak diganggu." Nay memaklumi hal itu, kemudian dia mengajak Raka keluar Mall.

Tentu saja itu bohong, mau dia mendengarkan lagu ataupun tidak, dia tetap bisa mendengarnya dengan Telepati. Kekuatan itu yang membantunya selama ini.

Setelah keluar Mall, Raka dan Tita tak sengaja bertemu. Namun Tita tak mengenali Raka sama sekali.

"Wanita itu? Ah... detektif lima tahun lalu, ya. Tak banyak berubah, bahkan naik pangkat saja tidak."

"Sayang, setelah ini, kita mau kemana?" tanya Raka. Sebenarnya dia hanya membuka obrolan basa-basi. Kemanapun Nay ingin pergi, dia selalu menuruti.

"Mungkin ke Bioskop? Sudah cukup lama aku tidak ke sana," usul Nay.

"Iya juga. Sudah lama kita tak ke sana. Mari, kita tonton satu Film yang sedang trending sekarang," ajak Raka. Dan Nay menyetujuinya.

***

"Kau sudah menyembunyikannya dengan benar, 'kan?" tanya Fiona.

"Iya, Ketua," jawab Levi. Angela berdiri disebelahnya.

"Angela, apa wajah pelaku memang tidak bisa dideteksi?" tanya Fiona lagi.

"Iya. Dilihat sekilas, sepertinya pelaku memakai jubah hitam, sarung tangan, serta masker sekali pakai warna hitam."

"Itu dia. Mari cari masker hitam itu!" Fiona terlihat antusias.

"Tidak!" jawab David. Entah sejak kapan dia berada di pintu ruangan itu.

"Bagaimana jika dia membakar masker dan sarung tangan plastik itu?" tanyanya.

"Itu ... bisa saja terjadi." Antusias Fiona menurun.

"Pikirkan sekali lagi. Apa hanya itu petunjuk yang kalian temukan saat melihat rekaman itu?" Semua terdiam, menunggu jawaban selanjutnya dari David.

"Pikirkanlah, jika kalian menemukannya, maka, aku sendiri yang akan melakukan kasus ini bersama kalian."

Seketika mereka berpikir keras. Mengingat rekaman itu dan berusaha menemukan kejanggalan dari rekaman itu.

"Waktu habis," ucap David setelah beberapa saat, "petunjuknya adalah jenis jubah yang dipakai pelaku. Itu merupakan barang dari Mall sekitar sini. Jubah itu sempat tren beberapa Minggu yang lalu. Yang tidak aku ketahui adalah apakah dia selalu memakai jubah itu setiap melakukan pembunuhan, atau dia hanya mencuri barang itu dari seseorang kemudian membuangnya setelah melakukan pembunuhan?" Semua orang terpukau melihat penjelasan David.

"Jadi, apa yang harus kami lakukan, Kepala?" tanya Levi. Dia benar-benar orang yang enggan berpikir sendiri.

"Cari tau siapa saja yang mempunyai baju itu. Periksa juga setiap tokoh yang berjualan jubah yang ada di kota ini. Jangan sampai lewatkan apapun, selain itu, periksa juga setiap warga yang mempunyai jubah yang persis seperti yang pelaku kenakan."

"Baik!" Kemudian, semua segera mencari tokoh, ataupun warga yang mempunyai jubah serupa.

Sudah satu jam, dan sekarang, masing-masing anggota Fiona mempunyai daftar lengkap yang mereka cari.

Rute satu, Fiona dan Farrel. Mereka pergi ke arah Utara. Memeriksa semua tokoh yang ada di daftar tersebut. Angela dan Levi, pergi ke timur, sedangkan Alvaro sendirian ke barat. Di kantor, Eliana mengecek warga yang memesan jubah itu dalam waktu dekat. Dan akan segera menyiapkan daftarnya ke anggotanya yang lain.

Fiona berkunjung ke daftar tempat pertamanya. Yakni di tokoh baju. Toko itu cukup sepi, karena letaknya yang tidak bagus.

"Selamat siang," ucap Fiona sopan.

Pemilik toko menoleh ke Fiona. "Iya, selamat siang. Ada apa?" tanyanya.

"Aku, Detektif Fiona dari kantor kepolisian. Bisakah Anda menunjukkan daftar orang yang membeli jubah hitam dua sampai tiga Minggu ke belakang?" pinta Fiona.

"Tentu. Tunggu sebentar." Kemudian dia mengambil sesuatu dari tumpukan laporan bulanannya.

Sambil menyerahkan dokumen itu ke Fiona. "Itu adalah dokumen bulanan lalu. Tidak terlalu banyak yang memesan baju jubah di sini."

"Apa tak ada tempahan khusus bulan lalu?"

"Tidak ada. Pelanggan VIP kami hanya memesan beberapa jenis celana jeans. Hanya itu saja."

"Aku akan menyalin data ini." Fiona mengeluarkan Handphonenya lalu mengambil gambar data tersebut.

"Terimakasih atas kerja samanya," ucap Fiona sambil menyerahkan kembali dokumen itu. Fiona memberi hormat kepada pemilik toko itu.

"Iya sama-sama." Pemilik toko tadi membalas hormat Fiona.

Begitu pula hal yang dilakukan anggota tim lainnya. Mereka mendatangi satu demi satu daftar toko yang ada di list mereka.

Siang berganti malam. Daftar toko itu masih banyak, dan daftar orang yang ingin mereka periksa juga tak kalah banyaknya dengan list itu.

Fiona mengirim pesan ke grup chat pribadi timnya.

Fiona
Bagaimana hasil kalian? Mendapatkan sesuatu yang ganjil?

Angela
Tidak sama sekali, Ketua.

Eliana
Kembalilah ke kantor, semuanya. Aku sedang berada di kantor.

***

Melihat pesan dari Eliana. Semuanya kompak Kembali ke kantor.

"Hai," sapa Eliana saat melihat Fiona dan yang lainnya turun dari mobil.

"Kau siapa?" ucap Fiona dingin. Eliana tampak kecewa mendengar hal itu.

"Aku Eliana." Semuanya kaget.

"Apa!" teriak semuanya kompak.

Eliana, dia memakai kacamata bening dilengkapi hiasan bunga kecil di atas sudut lensanya. Rambut hitam panjang dan lebat membuat keseksian Eliana makin mempesona. Ditambah pakaian seksinya yang membuat setiap pria yang meliriknya makin terpesona.

"Kukira kau adalah gadis pemalu yang berambut pendek dengan pakaian culun. Ternyata di dunia ini ada Wanita secantik dirimu." Levi melamun membayangkan betapa seksinya Eliana ini.

"Kau sungguh berpikir begitu?" tanya Eliana malu-malu.

"Minggir! Kau," kata Fiona menunjuk Eliana," lebih baik ubah penampilan mu. Kau tak akan bisa menangkap penjahat dengan pakaian seperti itu."

"Ketua ... kau iri ya?" goda Levi.

Fiona menoleh ke Levi Dengan sedikit senyuman sinis. "Aku? Iri? Ah... lupakan! Semuanya masuk, dan segera berkumpul di ruang rapat sekarang!" perintah Fiona.

"Hey ... Ketua Fiona memang sedang iri kan?" tanya Levi sekali lagi.

"Mana kami tahu," ucap yang lainnya serentak. Kemudian berlalu pergi meninggalkan Levi yang dari tadi tertawa senang.

"Aku tidak iri, 'kan?" tanya Fiona pada dirinya sendiri.

BERSAMBUNG★

Tunggu chapter selanjutnya publish ya. Hehehe

Jangan lupa Vote and Komen^^

|Falufi AS|

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro