Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

chapter 10

Di lokasi kejadian, ada bekas rem dadakan sepanjang sepuluh meter. Fiona menyuruh Levi untuk mengambil gambar keadaan saat ini.

"Ketua, lihat ini," ucap Angela menunjuk ke arah pecahan kaca spion.

"Ambil itu, simpan sebagai bukti," perintah Fiona.

"Baik."

"Alvaro ...." Namun dia hanya diam ditempat.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Fiona heran.

"Ini benar-benar kecelakaan." Fiona tak mengerti maksud Alvaro.

"Apa alasanmu berkata begitu?" tanya Fiona lagi.

"Pertama, terdapat dua orang yang menjadi korban. Kedua, bekas rem ini tidak dibuat-buat. Ini memang rem dadakan. Dan yang ketiga, mungkin ini sedikit tak logis, tapi yang salah adalah pengendara motor."

"Kau memiliki bukti?".

"Ini." Alvaro menunjukkan rekaman CCTV dari handphonenya.

"Sejak kapan kau .." Fiona tak melanjutkan ucapannya.

"Aku sudah menghapal semua rute disekitar kantor. Sekian pendapatku, Ketua." Alvaro memberi hormat.

"Ah baiklah, nampaknya ini hanya kecelakaan biasa. Segera buat laporan sebagai kasus kecelakaan!" perintah Fiona.

Mereka semua kembali ke kantor, dan segera membuat laporan kecelakaan.

"Eh ... bagaimana formatnya?" tanya Levi.

"Kau benar-benar!" Fiona hampir saja memukul Levi.

"Maaf," gumam Levi cepat mengaku salah.

"Serahkan tugas itu ke Angela, ataupun Alvaro. Jangan menghambat proses penyelidikan."

"Baik. Detektif Angela, bisa kau menggantikan posisi ku?" tanya Levi.

"Tentu, aku akan melakukannya untukmu,"ucap Angela menduduki meja kerja Levi.

"Terimakasih."

***

Setengah jam kemudian Fiona datang lagi. Dia membawa berkas detail laporan itu.

"Seperti yang Alvaro katakan, ini hanya kecelakaan biasa. Satu poin untuk kalian." Mereka terkejut tak paham apa yang dimaksud dengan satu poin oleh Fiona.

"Ketua, apa maksud dari satu poin tadi?" tanya Angela sopan.

"Aku memiliki sistem sendiri di sini. Aku punya sistem penilaian, aku juga berhak memecat kalian. Disini kita berterus terang tentang tujuan kalian. Jangan pernah memanggilku dengan sebutan Istri Kepala, karena ini tak ada kaitannya sama sekali dengannya. Paham?!".

"Paham!" jawab mereka serentak.

"Aku akan jujur terlebih dahulu, kau!" ucap Fiona menunjuk Levi, "katanya kau lulusan terbaik, tapi tentang format laporan saja tidak tahu? Kau benar-benar lulusan terbaik, 'kan?"

"Benar, Ketua."

"Kutunggu buktinya. Dan kau!" Sekarang Fiona menunjuk laptop yang berisikan boneka Eliana. "Bagaimana bisa kau berkomunikasi lewat laptop seperti ini? Apa selama pelatihan kau juga seperti ini?"

"Tentu saja tidak, Ketua," jawab Eliana sopan tapi tegas.

"Sekarang Angela." Angela terlihat siap-siap menerima kritikan pedas dari Fiona.

"Coba katakan sekali lagi, kenapa kau menjadi Detektif?" tanya Fiona.

"Menangkap penjahat, dan memiliki gaji yang besar," ucap Angela yakin.

"Benarkah? Harga bajumu itu tiga kali lipat lebih mahal dari gaji mu, kau tau?" Angela hanya menunduk.

"Silahkan renungkan lagi. Dan kau, Alvaro." Alvaro menghadap ke Fiona dengan sigap tapi dingin.

"Kudengar hanya beruntung bisa lulus ujian kepolisian? Apa itu benar?" tanya Fiona.

"Tidak! Itu adalah bentuk usahaku."

"Begitu, ya. Wah ... kurasa aku akan bersenang-senang tahun ini." Mereka tak mengerti ucapan Fiona.

"Ketua." Entah darimana Farrel tiba-tiba sudah ada di belakang Fiona.

"Farrel? Darimana saja kau?" tanya Fiona tak membalas sapaannya.

"Ini berkas penyelidikan lanjutan yang aku lakukan," ucap Farrel sambil menyerahkan berkas itu ke Fiona.

"Ah ... kalian pasti anggota baru itu, 'kan?" tanya Farrel.

Mereka serentak mengangguk.

"Perkenalkan, namaku Farrel. Tidak memiliki nama panjang, oke? Semoga kalian betah disini." Farrel membungkukkan badannya memberi hormat. Mereka membalas hormat Farrel.

"Ketua, aku membutuhkan bantuan Angela dan Levi." Fiona pun menyetujuinya.

"Ayo." Lalu Levi dan Angela ikut Farrel bergegas.

"Lalu, apa yang akan kita lakukan, Ketua?" tanya Eliana.

"Menurutmu? Jika kau tak datang ke kantor besok, maka aku sendiri yang akan menendang mu keluar!" ucap Fiona mengancam.

***

Penampilan Raka sudah banyak berubah sejak lima tahun yang lalu. Dia begitu mudah tersenyum dengan orang di kampusnya. Dibelakangnya, ada Nay yang sudah semakin cantik saja dari waktu ke waktu.

"Sayang ...," ucap Nay manja.

"Hmmm?" balas Raka.

"Mau itu," ucap Nay menunjuk ke tokoh yang berjualan es krim buah.

"Tidak. Kamu sedang sakit, jangan minta yang aneh-aneh," larang Raka.

"Tapi, 'kan ...." Telunjuk mulus Raka tiba-tiba menempel lurus ke atas dibibir Nay.

"Sssttt.... baiklah, tapi hanya satu kali ini saja." Nay langsung girang mendengarnya. Dia langsung berlari menuju tokoh es krim buah itu.

"Es krimnya dua, Pak," kata Raka memesan.

"Baik, silahkan ditunggu, Tuan." Dia mulai menyiapkan es krim tersebut.

Tak butuh waktu lama, hanya lima menit menunggu, dan dua es krim pesanan tadi sudah ada di meja mereka.

"Ayo, makan." Raka mengambil setengah sendok es itu dan menawarkannya ke Nay. "Ayo buka mulutnya."

Nay yang menyadari itu, langsung membuka mulutnya sedikit terbuka dan yaps... setengah sendok es krim yang lezat sukses masuk ke mulutnya.

"Hmmm... enak!" kata Nay setelah beberapa saat.
"Sayang, ayo cobain."

Sekarang giliran Nay yang menyuapi Raka, dan ya. Ketika es krim itu masuk ke mulut, sensasi buah dan es krimnya benar-benar menyatu di dalam mulut.

Ditengah keseruan mereka, tak sengaja seorang pejalan kaki melemparkan botol minuman plastiknya dan itu mengenai kepala Nay.

Nay sekarang basah kuyup, dia mencoba membersihkan beberapa kali. Namun tak bersih juga karena minuman itu dicampur potongan buah yang banyak.

Raka tiba-tiba berdiri, dan ingin mendatangi orang yang membuang botol tadi. Namun dicegat Nay.

"Aku tidak apa-apa," ujarnya meyakinkan Raka.

"Kamu buta? Coba lihat badanmu, kamu basah kuyup."

"Aku tahu. Tapi tak apa, ini hanya masalah sepele."

Raka menatap tajam ke arah seorang pria yang membuang botol tadi.

"Sudah, jangan dipikirkan. Ayo, temani aku berganti pakaian," ajak Nay. Raka membatalkan niatnya untuk menghajar habis-habisan orang itu.

"Lihat saja nanti, aku ku buat kau menyesal telah mengganggu hidupku," ucap batin Raka.

***

Dimalam harinya, pria yang seumuran dengan Raka itu sedang berjalan sendirian dijalan yang sangat sepi dan gelap. Dia berjalan sambil sesekali bersiul untuk menenangkan dirinya. Dia sebenarnya takut gelap, tapi karena gengsi, dia memberanikan diri di kegelapan.

Sementara dari jauh, sudah ada seseorang yang berjubah hitam penuh dari jauh mengikutinya. Orang itu berjalan tanpa suara dengan tangan yang memegang seutas tali yang bergigi pisau kecil.

Semakin lama, dia semakin dekat dengan orang tadi. Orang itu tak menyadari sama sekali jika ada orang yang mengikutinya sedari tadi.

"Mati kau ... mati kau ...," ucap Orang berjubah hitam itu lirih. Hingga di seperempat jalan, dia melancarkan aksinya.

Dia mencekik orang itu memakai tali tadi dengan kuat, hingga orang tadi tak bisa bernapas sama sekali. Mata orang itu terbuka lebar dan tangannya berusaha mati-matian untuk melepaskan cekikan itu.
Nafasnya memburu tak menentu karena tak bisa bernapas, dan akhirnya dia tak sadarkan diri.

Orang berjubah hitam tersebut langsung menyeret orang tadi sepanjang jalan.

★BERSAMBUNG★

Maaf ya kalo kurang kerasa Feelnya. Jujur sih, ini karya tanpa persiapan sama sekali. Aku juga gak tau kenapa alur ceritanya bisa sampai lima tahun kedepan :v

Tapi intinya, aku ingin kalian menilai sisi kekejaman ku. Emang dari dulu aku pengen nulis yang seram dan bejat kek begini.

Maaf juga jika suasana latar Fiona dan rekan-rekannya ngebosenin :v soalnya cuma ngambil referensi dari drama :v

|Falufi AS|

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro