Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 01

Sunyi, gelap, dan berair.

Adam, ia hanya seorang murid biasa. Saat itu Adam tengah menuju toilet sekolah untuk buang air kecil. Pagi sekali, sebelum jam pelajaran pertama dimulai. Adam berjalan sepertinya biasanya, tapi dengan suasana yang sedikit sepi karena masih sangat pagi. Mungkin sekitar jam enam lewat sedikit.

Namun, saat dia membuka pintu depan toilet ....

Manik matanya membesar ketika dia melihat sesuatu didepannya. Tangannya gemetar ketakutan. "M-m-ma-mayaaat!!!!," teriak Adam keras.

***

Tak berselang lama, Detektif dan Polisi langsung datang ke TKP begitu mendapat laporan 'pembunuhan' dari pihak sekolah. Menyelidiki TKP sambil menanyai siswa-siswi untuk dimintai keterangan. Proses belajar pun terganggu, banyak Guru yang tidak masuk ke kelas saat jam pelajaran mereka dimulai. Itu disebabkan karena para guru dimintai keterangan.

Selang dua jam setelah kejadian, para siswa mulai membicarakan mayat tersebut.

Dikelas dua belas IPA I.

"Gue dengar mayat itu anak IPS kelas sebelas, cewek. Dia sangat mahir bermain piano dikelas musik, tapi sifatnya yang sering menyombongkan diri, membuatnya dijauhi oleh para siswa dikelasnya." Satu siswi berbicara sedangkan yang lain menyimak.

Disisi bagian belakang kelas, seorang siswa duduk di bangku sambil tersenyum senang mendengar hal itu. Dia mulai tak bisa menahan kesenangannya, dia kini merasa sangat puas mendengar obrolan siswa di depannya.

Sambil tersenyum licik, "Akhirnya." Siswa itu mengeluarkan suara tetapi pelan, "penghinaan yang dia lakukan kepadaku mendapatkan balasan, haha!." Sontak saja membuat siswa lain menoleh ke arahnya.

"Candra, jangan-jangan lu ya pelakunya?" tanya murid cewek didepannya.

"Bukan gue. Akan tetapi gue mau mengucapkan terimakasih banyak kepada pelakunya, karena sudah susah-susah mengotori tangannya," ucap Candra.

"Kami semua tau, kalau lu benci banget sama dia. Tapi, gak gitu juga, Can. Sejahat-jahatnya dia, lu gak boleh bahagia di atas kematian orang lain." Siswa itu berusaha menyadarkan Candra kalau dia tak seharusnya bahagia disaat-saat begini.

"Peduli setan dengan itu, yang penting dia mati!." Candra beranjak pergi dari kelas, dia tak ingin mendengar perkataan suci mereka.

Si Candra, dikasih tau malah ngeyel.

Nih anak kenapa dah, paling gak lama lagi jadi gila dia.

Candra emang anak yang kurang ajar!.

Suara hati mereka terdengar oleh Raka. Seorang siswa yang memiliki kemampuan tersembunyi, yakni telepati. Selama tiga tahun sekolah di sana, hanya adik kembarnya yang mengetahui kemampuan tersebut. Namun, adiknya meninggal satu tahun yang lalu.

Raka memiliki manik mata berwarna hitam pekat, rambut mode two block dengan disisir ke depan menutupi jidatnya. Yang unik dari Raka adalah dia memakai satu anting spesial disebelah kirinya yang berlambangkan huruf R di tengah anting tersebut.

Raka tak bahagia sama sekali mendapatkan kemampuan ini. Kini, hanya ada dia di dunianya. Dia sangat kesepian semenjak adiknya meninggal. Raka memang kurang bisa bergaul dengan banyak orang.

"Raka," sapa Aldo. Aldo adalah teman sejak kecil Raka dan adiknya. Raka menoleh ke sumber suara.

Aldo. Dia seperti siswa biasanya. Rambut dibela dua yang dominan kiri, lalu menyisir bagian yang dominan seperti terdorong ke depan. Bagian lainnya dia memiliki banyak sekali gelang tangan. Sejujurnya, itu adalah hadiah dari mantan-mantannya.

"Ya?" jawab Raka singkat.

"Ada pembunuhan lagi." Raka pura-pura sedikit terkejut mendengarnya, Aldo langsung duduk disebelah Raka.

"Bagaimana kejadiannya?" tanya Raka.

"Siswa cewek ditemukan didalam toilet cowok, itu tak logis kan? Benar-benar gila, bitch." Aldo memukul pelan meja.

Korban pertama dari pembunuhan disekolah adalah Adik Raka, huh... Benar-benar. Apa yang diincar pelaku? Dia hanya siswa biasa.

"Korban nomor dua, Done." Batin Raka senang.

"Raka," panggil Aldo lagi. Raka menoleh ke Aldo, "ah, maaf. Gara-gara gue bahas pembunuhan, lu pasti ingat adik lu kan?" tanya Aldo.

"Gak, gue gak apa-apa," jawab Raka singkat.

***

Detektif Fiona, dia adalah detektif yang cukup terkenal saat ini. Dia terkenal karena memiliki sifat 'tak akan berhenti menyelidiki sebelum menemukan pelakunya'. Benar saja, padahal baru kemarin dia menyelesaikan kasusnya, tetapi hari ini malah mengambil kasus lagi. Benar-benar detektif sejati.

Fiona, Detektif muda, berusia sekitar 23 tahun, rambut hitam alami sampai sepunggung, lalu membawa tas kecil di pinggangnya. Tangannya memegang buku dan pena.

Team detektifnya berjumlah enam orang. Para detektif itu sedang berada di TKP.

"Cari informasi dari siswa yang bisa ditanyai," ucap Fiona. Dengan sigap para rekannya bubar ke segala arah.

"Fiona, lihat ini," panggil pria itu. Dia nampak memperhatikan sesuatu dari jauh. Fiona mendekat.

"Ada petunjuk, Farrel?" tanya Fiona. Farrel menunjuk sesuatu, sesuatu yang mengarah ke kaca keran pembersih tangan.

Fiona perlahan mengarah ke arah yang ditunjuk oleh Farel. "Kenapa? kau menyadari sesuatu?" tanya Fiona tak mengerti.

"Pembunuhnya mengirim pesan rahasia."

"Pesan rahasia? Berarti ...." Ucapannya terhenti mendengar suara kaki yang semakin mendekat. "Siapa?" tanyanya tanpa menoleh ke belakang.

"A-anu detektif, Maya sebenarnya tidak pulang selama tiga hari sebelum kejadian ini," ucap siswi itu pelan juga ketakutan.

"Maya? Mayat siswi itu?." Dia itu mengangguk. "Bisa kau beritahu aku segala yang kau tau?" tanya Fiona.

"Aku sudah mencatatnya di kertas ini, aku tak sanggup untuk berbicara banyak, mulutku begitu menggigil sekarang, lalu ijinkan aku pulang, aku sangat ketakutan," ucapnya. Setelah mengambil kertas petunjuk dari siswi itu, Fiona mengijinkan dia untuk pulang.

"Ketua," panggil rekan Fiona. Mereka mendekati Fiona yang sedang membaca kertas, "kami selesai mengintrogasi siswa-siswi yang memiliki hubungan dengan korban." Fiona tetap pada posisinya.

"Hasilnya?" tanya Fiona singkat.

"Diketahui bahwa korban adalah anak yang pintar, memiliki kemampuan lebih di bidang musik, dan juga dia tak memiliki begitu banyak teman karena sifatnya yang dianggap sombong oleh siswa lain." Seperti sudah mengerti keadaan, Fiona memeriksa jam tangannya.

"Jam berapa dan siapa yang menemukan mayatnya?" tanya Fiona sambil
menoleh ke arah rekannya.

"Ditemukan oleh siswa bernama Adam, di toilet laki-laki, pada jam enam lewat tiga puluh menit," jawabnya.

"Waktu yang dibutuhkan?"

"Dari kelas Adam ke toilet, satu menit tiga puluh detik, dari kelas korban ke toilet, dua menit sepuluh detik."

"Hmm... berarti ada kejanggalan disini, dengan waktu seperti itu, mayatnya pasti diletakkan sebelum jam enam lewat tiga puluh menit," ucap Fiona. Dia langsung bergegas keluar menuju kelas Maya.

Sesampainya di sana, seluruh kelas kosong. Semua siswa dipulangkan Beberapa saat yang lalu, "Kemana semua siswa pergi?" tanya Fiona.

"Siswa dipulangkan hari ini, agar tidak mengganggu proses penyelidikan," jawab rekannya.

"Ah maaf, ada yang bisa ku bantu? Sebelum aku pulang." Tiba-tiba Raka berdiri beberapa meter di belakang mereka.

Fiona dan rekannya menoleh ke Raka, "Apa yang bisa kau bantu?" tanya rekan-rekan itu.

"Asal usul sekolah, cerita tersembunyi disekolah, pembunuh berantai disekolah, dan ...." Raka menghentikan bibirnya.

Raut muka para rekan itu semakin penasaran, "Minggir," perintah Fiona. Lalu ia maju paling depan diantara team itu. "Kau akan mendapatkan hadiah jika membantu dalam penyelidikan," ajak Fiona.

Dengan informasi berharga dari anak ini, kami tidak perlu susah-susah bertanya kesana-kemari.

Dibayar beberapa juga sudah senang nih anak.

"Ah ... Begitu, ya. Sayang sekali, aku tak begitu menginginkan uang, aku menginginkan sesuatu sebagai balasannya," ucapku bernegosiasi.

"Apa yang kau inginkan? mobil? gaji kami tak sebanyak itu," ucap salah satu dari mereka.

"Bayarannya kalian akan menyelidiki kasus ini sampai terpecahkan, tidak ada yang boleh berhenti menyelidiki, jika perlu ...," Raka berhenti sejenak, "panggil Badan kejahatan Barat." Fiona kaget mendengarnya.

"Darimana kau mengetahui lembaga itu? kau bukan siswa biasa, lembaga itu tak pernah memberikan informasi pada orang biasa ...." Raka menyela.

"Kasus pembunuhan pertama, diselidiki oleh Ketua lembaga itu secara langsung." Fiona benar-benar kaget. "Mereka tak menemukan jejak apapun, dua tahun penyelidikan dilakukan, tetapi pada akhirnya mereka menutup kasus dengan alasan 'bunuh diri'," sambung Raka menahan emosi.

"Kau!!" Fiona menenangkan emosinya. "Baiklah, ku setujui syaratmu. Beritahu segala hal yang kau ketahui sekarang," ucap Fiona.

***

Setelah Raka memberitahu semua yang dia tau, Raka langsung pergi dari tempat itu. Fiona mempunyai firasat terburuk tentang Raka. Dalam batinnya.
"Dua kemungkinan yang dapat terjadi adalah; jika dia berada di pihak lawan, maka kami kalah telak. Sebaliknya, jika dia berada di pihak kami, maka dalam beberapa bulan kurasa pelakunya akan segera tertangkap."

"Ketua, bisakah kita mempercayai kata-katanya?" tanya Farrel.

"50% iya, 50% tidak. Dia begitu percaya diri bahwa kita akan mempercayai, itu membuatku mencurigainya. Salah satu dari kita harus mengawasinya." Fiona menunjuk salah satu dari rekannya, dan rekan itu setuju.

"Detektif yang bijak, dia bisa membedakan hal yang masuk di akal, dan yang tidak. Sepertinya permainan akan bertambah seru jika mereka ikut serta." Batin Raka senang mendengarnya.

"Farrel, cari tempat yang efektif untuk dijadikan markas. Karena kita kekurangan alat penyelidikan, aku minta kepada kalian semua untuk selalu siap dalam kasus ini, percayalah padaku. Kasus kali ini memang sedikit berat, tetapi itu bukan apa-apa bagi detektif setingkat kita, semangat!" Fiona menyemangati rekan-rekannya.

"Tapi, ketua. Kita baru beberapa saat yang lalu menyelidiki kasus ini, kenapa ketua bilang ini kasus yang sedikit berat?" tanya anggota rekannya.

"Waktu yang efisien, tak meninggalkan jejak apapun, pelaku menginginkan kita berpikir non-siswa yang melakukannya, padahal pelakunya ada diantara siswa. Selain itu, ini bukan korban yang pertama. Kuperkirakan ada dua sampai tiga korban lagi sebelum ini." Anggota yang bertanya mengangguk mengerti.

"Ada yang ingin ditanyakan?" tanya Fiona. Semua rekannya sudah mengerti dengan penjelasan Fiona, "rencana besok; aku, dan Farrel akan menyelidiki rumah korban, siangnya kita periksa hasil otopsi mayat, dan sisanya selidiki lagi TKP, mungkin kita melewatkan sesuatu," perintah Fiona.

***

Pagi ini, siswa sekolah seperti biasanya. Hanya segelintir murid yang absen hari ini. Seperti biasa, Raka selalu menulis puisi dihalaman belakang buku paket jika dia memiliki waktu luang.

Berapa lama lagi detektif itu berada di toilet, gue benar-benar gak betah kalo harus buang air di toilet lama.

Mati ya mati aja. Gila, ngerepotin orang banyak aja.

Kasihan dah gue mah keluarganya, susah-susah ngurus anak, eh, malah mati ditengah jalan.

Keluhan siswa menjadi-jadi, dan Raka tau itu. Itu sebabnya dia lebih memilih menghabiskan waktunya untuk memikirkan puisi ketimbang mendengarkan isi hati yang unfaedah.

Kelas tiba-tiba hening ketika Kepala sekolah melewati kelas itu. Semua siswa langsung duduk rapi ditempatnya masing-masing.

Kepala sekolah memasuki kelas itu, "Musik diciptakan untuk dinikmati, sedangkan racun itu untuk dijauhi. Siapa pun pelakunya, aku! selaku Kepala sekolah ini, akan menghukum pelaku sekeras-kerasnya," ucap Kepala sekolah dengan suara yang lantang.

Apa sih maunya nih Kepala sekolah.

Awal-awal puisi, kok malah nyambung ke racun?.

Kok gue kesal, ya?.

Tentu saja, pemikiran itu hanya tersampaikan didalam hati mereka. Kepala sekolah kemudian pergi dengan berwibawa. Benar-benar aneh, kenapa bisa dia menjadi Kepala sekolah? Raka dan teman sekelasnya tak habis pikir.

"Raka," ucap Aldo duduk disebelah Raka.

"Hmmm," gumam Raka tanpa menoleh. Aldo terlihat kecewa.

"Yah! kau pikir gue apa?" teriak Aldo. Namun, Raka menanggapinya dengan senyuman, "lu benar-benar dah."

"Lu lupa? gue gak boleh di ganggu pas lagi bikin puisi. Lagian, sikapmu itu seperti cewek yang dicuekin cowoknya." Raka tertawa kecil.

"Ya. Gue cewek lu! puas lu?." Raka membeku beberapa saat, tak lama kemudian dia menoleh ke Aldo dengan senyum ketakutan, "jauh-jauh dari gue," ucap Raka keluar kelas.

"Raka!!!" teriak Aldo menatap kepergian Raka. Entah kenapa dia larut dalam candaannya sendiri. Benar-benar aneh.

BERSAMBUNG

Hallo, selamat datang di Novel 'Si Kucing Hitam', maafkan kalo ceritanya sedikit ngawur, rencananya akan ku revisi setelah cerita tamat :v

Akan tetapi, biasanya cerita Misteri seperti ini, susah menamatkannya hanya dengan satu cerita saja. Semoga kalian suka,ya. Aku sangat berharap kalian bisa support aku dengan komen & kasih vote ya.

| Falufi AS |

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro