Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Goodbye Ex-husband [END]


Saat Olivia sedang berjalan menyusuri koridor kantornya, tak sengaja ia berpapasan dengan Rayner.

Sedang apa dia disini?

"Hai, Oliv!" Sapa Rayner ramah dengan senyum terlukis dibibirnya.

Masih tampan seperti saat terakhir Olivia bertemu di persidangan cerainya. Sang mantan memang tampan, seperti Edwin. Hanya saja, jika dulu Rayner ada sedikit rasa peduli padanya, pasti ia masih bisa membalas sapaan ramah Rayner dengan hati yang berbunga.

Olivia hanya mengangguk dan berhenti didepan lift. Ia menekan tombol naik tanpa memedulikan Rayner yang tengah berdiri disampingnya.

"Aku baru tahu, ternyata kamu sekretarisnya Edwin?" Rayner memulai pembicaraan.

"Iya."

"Sudah berapa lama?"

"4 tahun."

"Aku bahkan dulu tidak pernah tahu kamu kerja dimana," Rayner.

"Karena memang kamu tidak peduli saat itu."

"Ya, aku sibuk memikirkan Risa yang sedang hamil sampai tidak pernah melihat kamu yang ada didepanku."

Olivia hanya diam.

Ting!

Pintu lift terbuka, Olivia langsung masuk tanpa memedulikan Rayner. Namun ternyata Rayner pun ikut masuk.

"Ada keperluan apa?" Olivia.

"Aku mau bertemu Edwin," Rayner menjawab santai seraya berdiri dengan kedua tangannya dimasukkan kedalam saku celana bahannya.

"Bisakah kita mulai pendekatan dulu?" Rayner bertanya setelah pintu lift tertutup.

"Untuk apa? Aku sudah memiliki kekasih,"Olivia.

"Aku ingin kita memulai hubungan kita dengan lebih baik."

"Maaf, aku enggak bisa Ray. Aku anggap yang kemarin sudah lewat dan aku enggak akan kembali ke jalan itu."

Rayner menoleh kearah Olivia yang tidak menatapnya sama sekali saat menjawab.

Tak lama kemudian pintu lift terbuka dan mereka keluar bersamaan. Olivia langsung mengantar Rayner keruangan Edwin.

"Ray, silakan duduk!" Ucap Edwin.

"Terima kasih. Maaf saya mendadak kesini," Rayner duduk didepan Edwin.

"Tidak apa, saat ini memang tidak ada jadwal penting. Jadi, ada apa?" Edwin.

"Saya mengenal Olivia sebelum kita bertemu di jamuan makan malam yang lalu," Rayner memulai pembicaraan.

Edwin tertegun dan bersiap mendengarkan kalimat selanjutnya.

"Kami pernah menikah," lanjut Rayner.

Edwin masih diam.

"Pernikahan kami tidak berjalan baik, hanya bertahan sekitar dua minggu mungkin. Lalu kami bercerai," Rayner menatap Edwin, mengira-ngira akan merespon bagaimana Edwin setelah mendengar perkataannya.

Selanjutnya, Edwin mendengarkan dengan seksama yang diucapkan oleh Rayner. Ia tak bergeming, masih dengan posisi seperti semula.

Ia sudah punya firasat bahwa Rayner memang ada ketertarikan dengan Olivia. Dan ia tak salah dengan pemikirannya.

*****


Di malam sebelumnya, sebuah pembicaraan serius antara Edwin dan Olivia.

"Terima kasih!" Ucap Olivia tulus seraya menggenggam kedua tangan Edwin.

"Saya menghargai kejujuran kamu, pernikahanmu yang pertama memang tidak berjalan lancar..." Edwin menjeda kalimatnya.

"Saya tidak pernah melakukan ini pada wanita manapun seumur hidup saya. Saya ingin menikahi kamu, Olivia Sanjaya!" Edwin tiba-tiba saja mengeluarkan sebuah kotak beludru hitam ukuran kecil dari saku jasnya.

Olivia tertegun dengan penglihatannya. Sungguh ia tak percaya ini terjadi.

"Saya..."

"Walau hubungan kita baru lima hari sebagai kekasih, tapi selama empat tahun kita sudah saling mengenal dan kamu paham betul karakter saya. Begitu juga saya. Dan saya mengatakan ini tanpa keraguan sedikitpun, menikah dengan saya ya, Oliv?"

Olivia tak dapat berucap apa-apa lagi. Ia terkejut sekaligus terharu. Pernikahannya yang pertama, terjadi karena sebuah alasan rasa bersalah.

Sekarang ia mendapatkan sebuah lamaran dari seseorang yang tentu saja berada jauh diatasnya.
Mimpi pun ia tak berani untuk menikah dengan seorang bos.
Tapi sekarang adalah kenyataan.

"Oliv, jawab saya! Jangan membuat saya jantungan seperti ini," Edwin.

Olivia seketika langsung tertawa seraya berurai air mata.

"Oliv, kamu nangis! Apa saya salah pengucapan?" Edwin begitu panik melihat Olivia yang menangis tapi anehnya ia juga tertawa.

Olivia menggeleng masih dengan tawa dan tangisnya.

"Kamu enggak keberatan menerima seorang janda?" Olivia.

Edwin menggeleng dengan mantab.

"Saya mau menikah dengan Bapak Edwin Megantara," jawaban mantab penuh keyakinan keluar dari bibir Olivia.

"Jangan menangis," ucap Edwin seraya memeluk tubuh Olivia dengan erat dan mengusap lembut kepalanya.

"Saya bahagia," Olivia membalas pelukan tersebut.

*****

"Rayner datang membicarakan tentang pernikahan kalian, ia sengaja memberitahu saya, sepertinya," Edwin menyesap kopinya.

Olivia dan Edwin sedang berada di sebuah coffee shop tidak jauh dari jarak apartemen Olivia.

"Kamu tidak apa-apa?"

"Sebenarnya sedikit terkejut juga saat dia langsung mengatakannya, padahal saya juga sudah tahu dari kamu. Tapi saat mendengar langsung dari orang yang berhubungan dengan masa lalu kamu, sempat membuat saya syok."

"Jadi, kamu ragu dengan lamaran kamu tempo hari?"

"Tentu saja tidak, saya tidak pernah ragu saat ambil keputusan."

Olivia hanya tersenyum, Edwin sosok yang cukup tegas jika menyangkut sebuah keputusan.

"Kamu terganggu dengan ucapan Rayner?" Olivia.

"Saya terganggu dengan dia yang secara terang-terangan ingin balik dengan kamu," Edwin mendesah pelan.

"Saya takut kamu goyah dengan apa yang dia akan lakukan pada kamu, Rayner cukup tampan," ucap Edwin ragu.

"Ya, dia memang tampan," Olivia.

"Oliv!" Edwin membelalakkan matanya mendengar pujian yang keluar dari bibir Olivia.

"Dia tampan, tapi Edwin Megantara lebih tampan dan lebih mapan," Olivia terkekeh.

"Kamu sudah mulai pandai merayu sekarang, Oliv."

Mereka bercengkrama agak lama hingga malam hari.

Edwin lantas mengantarkan Olivia kembali ke apartemen.

Namun, tanpa sepengetahuan keduanya, Rayner sejak tadi mengikuti mereka. Ia mengawasi keduanya sejak berada di coffee shop.

Saat Olivia akan memasuki lift, Rayner bergegas menarik lengan Olivia dan membawanya ke lorong sepi dekat lift.

"Ray?" Olivia terkejut.

"Oliv, aku hanya ingin bicara."

Olivia menghela napas pelan dan menunggu kata-kata yang akan Rayner ucapkan.

"Apa?" Setelah agak lama menunggu, Rayner hanya menatap Olivia tanpa berniat bicara satu katapun.

"Aku mohon, kembali padaku, Oliv!" Rayner bersujud didepan Olivia seraya menunjukkan sebuah cincin berlian yang cantik dan berkilau.

"Ray! Apa-apaan kamu?! Berdiri!" Oliv.

"Aku akan berdiri setelah mendapat jawaban darimu," Ray bertahan hingga ia mendapatkan jawaban dari Olivia.

Olivia bingung.
Ia kasihan melihat Rayner yang dulu selalu bersikap dingin padanya, kini tengah bersujud tak berdaya hanya untuk meminta dirinya kembali.

"Ray..."

"Aku enggak bisa."

"Aku akan menikah dengan Edwin," kata terakhir yang Olivia ucapkan.

Netra Rayner melemah, ia kalah dan terlambat.
Sangat terlambat!

Rayner bangkit seraya tersenyum miris.

"Jadi___ini akhirnya," Rayner.

"Ya. Ini akhirnya."

"Baiklah. Aku rasa, hukumanku baru saja dimulai. Melihat dirimu menikah lagi dengan pria yang tentu saja lebih baik dariku."

"Semoga kamu berbahagia selalu, Olivia," ucap Rayner tulus.

"Selamat tinggal, Ray."

🌺🌺🌺

End ya genkz.

Terima kasih.

With love,
VENUS 😘

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro