Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Siaran Hari Ini Tentang Legenda

Selamat malam, semuanya. Hujan deras membasahi Tokyo malam ini, sementara di wilayah lain mulai turun hujan rintik-rintik, untungnya tidak ada badai. Kuharap kalian selalu baik-baik saja dan menjaga kesehatan.

Baiklah, sepertinya hujan turun hari ini, bukan begitu? Selamat datang di kanal siaran Shigure FM, kanal siaran yang hanya mengudara jika hari hujan! Bersama kalian di ruang dengar yang tenang ini, Yoru, sebagai pembawa pesan.

Saat aku membaca pesan-pesan yang masuk di surelku, aku melirik suatu tema yang menarik. Banyak dari kalian yang ternyata mengirimkan pesan, bercerita tentang legenda yang pernah kalian dengar.

🎊Arwah Kayako yang Memerangi Patriarki mengirimkan donasi dan pesan: Apakah ini siaran tentang cerita hantu? Maksudku, dunia barat punya Halloween, tapi musim panas di Jepang juga lekat dengan yokai!

Terima kasih atas donasinya, Kayako yang tidak dapat beristirahat dengan tenang! Haha! Bukan, kali ini bukan tentang cerita hantu, tapi itu ide bagus, mari kita simpan. Cerita legenda yang kutemukan di surel memang seperti cerita-cerita kaidan, tapi kurasa mereka lebih ke … ibaratnya jika di musim panas kita punya obon, tapi akan berbeda rasanya saat kita mendengarkan tentang legenda Umeboshi saat tanabata, bukan begitu?

Cerita legenda ini seperti cerita tanabata, salah satunya berasal dari pengirim dengan nama Hanabi, mari kita baca.

Yoru, semoga pesan ini sampai kepadamu tanpa masalah yang berarti (tentu saja, lagipula ini dikirim dengan surat elektronik, ha!).

Masih terkait dengan musim panas dan perkara cinta, aku jadi ingat, sebelum bibir kami bersentuhan hari itu, ada legenda di tempat kami tumbuh bersama, legenda ini berkaitan dengan hamparan laut yang berbatasan dengan desa kami tinggal.

Di desa ini percaya jika saat bulan purnama mengambang penuh di langit, masyarakat harus senantiasa berdoa dan mawas diri, serta menghindari untuk melaut pada malam hari. Masyarakat percaya jika saat bulan purnama telah muncul, air pasang akan naik, dan lebih parahnya: laut akan memanggil sebuah nama yang hanya orang tersebut bisa dengar.

Bagi orang yang namanya dipanggil oleh laut, mereka harus tidak terperdaya, atau mereka akan kembali menjadi orang yang kehilangan akal dan kemanusiaannya.

Dahulu kala, ada seorang pemusik yang mengembara dari desa ke desa, atau kota ke kota. Kadang ia juga sukarela untuk bermusik jika ada kuil setempat yang meminta bantuannya. Pemusik tersebut sampai di desa kami tepat beberapa malam sebelum bulan purnama mengambang penuh.

Penduduk di desa ini telah memperingatkannya untuk hati-hati jika bulan purnama telah muncul, dan ada baiknya untuk tidak berkeliaran di tepi laut saat hal itu terjadi. Termasuk tentang panggilan laut yang menggodanya juga telah disampaikan.

Sang Pemusik itu menurut, tetapi karena ada suatu hal yang mendesak, ia jadi pulang terlampau malam. Saat itulah ia melihat bulan purnama mengambang penuh di balik sebuah tebing, di sana muncul siluet seseorang yang berdiri menghadap laut, saat itu pula lah, angin berdesir dan laut memanggil dari sisi kirinya.

Keesokan harinya, kuil desa kami memanggilnya untuk meminta bantuan menjadi pemusik. Saat itu ia bertemu dengan seorang gadis pelayan kuil, yang ia segera tahu bahwa gadis itu lah yang berdiri di atas tebing yang terlihat di tepi pantai.

Saat itu, gadis kuil hanya mengatakan jika alasannya berdiri di atas tebing adalah menunggu kedatangan kakaknya yang telah meninggal, serta, jika kakaknya tidak kembali, ia berharap agar laut juga memanggilnya.

“Laut itu memanggilku,” ujar Si Pemusik.

Malam demi malam berlangsung, ternyata dengan cepat mereka sudah saling menyimpan rasa yang berbalas, tetapi Si Pemusik juga memiliki keraguan dalam hatinya, itu karena setiap malam selama fase bulan purnama itu lah, kakinya akan bergerak menuju ke laut, semakin lama semakin dalam, sedalam rindu yang tiba-tiba tumbuh di hatinya.

Ia jatuh cinta: pada gadis kuil itu, dan pada laut yang siap merengkuhnya.

Hingga di suatu malam, beberapa waktu sebelum bulan purnama berakhir, Pemusik itu membuat pilihan yang mengubah hidupnya.

Ia memilih untuk memeluk laut ke dalam lubuk hatinya.

Si gadis kuil mengetahui hal itu, bersama dengan para biksu. Dengan segera mereka mengadakan ritual dan mengumpulkan penduduk sekitar. Selama semalaman suntuk, gadis kuil itu menapaki seluruh bebatuan yang tersebar di sepanjang pantai, sambil terkadang menari dan mempersembahkan sake, sementara para biksu membaca sutra dan diiringi dengan iringan musik. Ritual itu berlangsung semalaman suntuk, memanggil Dewa Bumi untuk mengaduk lautan, memanggil Dewa Hutan untuk menarik laki-laki itu kembali, dan mengiba pada dewa-dewi yang bersemayam di bintang-bintang untuk terus menerangi langit malam dan jalan pulang bagi Si Pemusik.

Matahari terbit, saat itu dikatakan pula Dewa Matahari membantu dengan segera menggulingkan langit malam dan bulan purnama. Tepat di putaran terakhir si gadis kuil menapaki bebatuan, pemusik itu muncul di tepi pantai, dengan membawa satu batang tusukan rambut milik Kakak si gadis yang telah lama meninggal.

Ritual itu sampai sekarang masih dilaksanakan, dan tata cara menapaki batu di sepanjang pantai juga dipercayai oleh kami untuk mempererat hubungan cinta.

Yah, meski begitu, tidak ada yang tahu batu mana yang sebelumnya ditapaki oleh si gadis kuil, jadi jika ditanya apakah hubungan kami langgeng? Kurasa Yoru dan pendengar bisa menebaknya.

Meski begitu, sesekali berenang dalam cinta merupakan pengalaman yang tidak terlupakan dalam hidupku.

—Hanabi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro