Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#Teaser 1 #SideShea

Kangen nulis dilapak ini. Karena cukup banyak antusias yang meminta sequel Shea. Jadi, untuk test readers aku bakalan update setidaknya 3-5 chapter sebagai teaser sequel, kalau pembacanya masih rame dan komennya banyak. Aku bisa mempertimbangkan sequelnya.

Aku gak bakalan kaish tau kreterianya, jadi kalian komen dan vote sebanyak-banyaknya aja ya :)

Sebelum membaca teaser Shea, kalian jangan lupa beli novel Shea di seluruh Gramedia di Indonesia. Kalau di Gramedia terdekat kalian gak ada, bisa komen disini, nanti di cek stoknya sama pihak penerbit.

Kalau yang udah punya novel, komen disini "Aku sudah punya novel sultan"

***

AWAL MULA PERTENGKARAN

Kata sebagian orang, jarak itu adalah pemicu masalah dari sebuah hubungan. Tapi, ternyata tidak juga. Karena, meskipun aku tinggal di kota yang sama dengan dia, tetap saja kita tidak sering bertemu.

***

Shea mengadahkan tatapannya ke arah langit, satu tangannya membenarkan letak ransel yang tengah dia gendong. Semenjak dia berkuliah di Juilliard School, Shea membiarkan rambutnya panjang, bahkan dia mengecat rambutnya berwarna cokelat tembaga.

Dulu bisa dibilang saat sekolah dia jago banget dengan musik, tapi semenjak kuliah disini, dia merasa bukan siapa-siapa. Seringkali dia mendapat nilai paling rendah disaat evaluasi, ini membuatnya frutrasi. Dia ingin menceritakan semuanya pada Gara, berkeluh kesah tentang hidupnya seperti pada saat SMA dulu, tapi sekarang sudah tidak bisa, Gara sibuk dengan dunianya.

Klakson mobil menyadarkan Shea dari lamunannya, lalu dia menunggu orang itu turun dari mobil. Dia, Jae. Jae menghampiri Shea dengan senyuman cerah, mata sipitnya membuat Shea ikut tersenyum.

Shea mengakui, kalau Jae itu lucu.

"Nunggu jemputan?" tanya Jae, ramah, masih dengan senyum cerahnya

Kalau tidak ada Jae, sepertinya Shea akan kesulitan mencari teman. Ternyata, tidak semudah dugaannya, dia yang dikenal supel dan mudah bergaul akan menjadi kikuk ketika dikelilingi orang-orang yang terkadang menyebalkan dan sombong.

Shea mengangguk.

"Bodyguard?"

Mendengar pertanyaan Jae barusan, Shea tertawa. Setiap kali Jae melihat Arthur menjemputnya, dia mengatakan bahwa Arthur seperti bodyguard Shea, karena kemanapun Shea pergi pasti Arthur menemaninya.

"Semacam itu," jawab Shea

"Mau bareng?" tawar Jae, "Kita, kan, tinggal di gedung apartemen yang sama."

Disaat Shea akan mengangguk, dia melihat Arthut dikejauhan, sepertinya Jae melihat Arthur dan mengangguk mengerti, dia berniat masuk kembali ke mobilnya dan meninggalkan Shea.

"Kalau gitu--"

"Gue bareng lo," potong Shea, sambil menahan lengan Jae, "bentar ya." Shea meninggalkan Jae dan berjalan menghampiri Arthur.

Arthur dengan muka datarnya langsung menyapa Shea. Perlu diketahui, setiap kali Arthur menjemput Shea ke kampusnya selalu menggunakan jas lengkap setelah masuk kantor. Beberapa teman-temannya memang menyangka kalau Shea anak konglomerat yang dijaga bodyguard dan terkadang membuat sebagian teman-temannya enggan bergaul dengan Shea.

"Kayanya gue gak bareng lo deh," ujar Shea kepada Arthur, "ada tugas kelompok bareng Jae."

Arthur mengangguk mengerti, namun disaat Shea akan kembali kepada Jae, Arthur mengatakan satu kalimat yang membuat Shea menghentikkan langkah kakinya, "Tuan Gara ada di dalam mobil."

Mendengar itu, Shea langsung membuka pintu mobil dan masuk ke dalam. Sebelum itu dia mengirimkan pesan kepada Jae, kalau dia ada urusan terlebih dahulu jadi tidak bisa pulang bersama, untung saja Jae tidak mempermasalahkan hal itu dan bertanya urusan Shea apa.

Shea duduk di jok belakang bersama Gara. Duduk bersebelahan.

"Tumben gak sibuk?" sindir Shea, dia bahkan enggan menatap ke arah Gara yang sekarang tengah menatapnya.

Terdengar helaan napas yang panjang, sepertinya Gara tengah menjaga emosinya agar jangan sampai meluap sekarang. Mereka sudah jarang bertemu, itu juga bukan kemauan Shea ataupun Gara.

"Shea...," panggil Gara dengan suara lembut

"Apa?" jawab Shea dengan nada ketus

"Kamu, marah?"

Cewek mana yang tidak marah, sudah hampir dua minggu Gara sibuk dengan dunianya. Memang, setiap hari mereka selalu berkomunikasi, tapi hanya satu line satu line, tidak banyak yang mereka bicarakan. Tapi, meskipun begitu Gara hanya berpikir bahwa Shea cukup hanya dengan uangnya saja.

"Sayang...," Gara menyentuh satu tangan Shea, dan mau tak mau Shea menoleh ke arah Gara.

Saat ini debaran jantung Shea berpacu dengan cepat, Gara jarang sekali semanis ini, memanggil Shea dengan selembut barusan, kecuali kalau mereka tengah bertengkar dan Gara mengakui kalau dirinya salah barulah dia akan seperti ini. Mengesalkan memang, tapi Shea lemah dengan sikap Gara semanis ini, dia terlihat beda dari biasanya.

"Kita makan siang bareng ya?" ajak Gara

Shea tetap kalah dengan makanan.

"Arthur, kita mampir ke Mcd terdekat, kita makan di Aprtemen Shea aja."

Arthur hanya mengangguk dan melajukan mobilnya sesuai dengan permintaan tuannya barusan.

"Aku mau cokelat, yang banyak, boleh?" pinta Shea

Gara mengangguk, "Boleh."

"Kalau, aku minta liburan?"

"Mau kemana? Nanti kasih tau Arthur kamu butuh apa aja."

"Sama kamu," ucap Shea

Senyum Gara mengembang, lalu dia mengelus lembut rambut Shea, "Aku liat jadwal dulu, kapan liburnya."

"Kamu sibuk banget ya?"

"Lumayan. Oh iya, nanti malem aku ada dinner bareng Shamira, sama kolega bisnis yang lainnya."

Shea kembali terdiam. Jangan salahkan Gara, ini juga adalah pilihannya. Gara tidak bisa membatalkan seenaknya pertunangannya dengan Shamira begitu saja. Shea juga beberapa kali bertemu dengan Shamira, dia orang yang baik. Meskipun hubungan mereka hanya status saja buat sebagian orang yang tahu, tapi dimata publik mereka adalah pasangan yang goals.

Gara sering tampil di depan publik bersama Shamira, bahkan Gara sepertinya lebih sering menghabiskan waktu bersama Shamira daripada dengan Shea. Sejujurnya, Shea pun tau kalau keluarga Gara tengah merambah bisnis keluarganya ke properti bersama dengan perusahaan keluarga Shamira, itu menjadikan mereka harus tetap mempunyai hubungan agar banyak pihak yang menanam sahamnya di perusahaan baru mereka.

Tapi, terkadang Shea merasa asing untuk Gara. Meskipun sekarang mereka tinggal di kota yang sama, Gara tidak seperti dulu yang petakilan dan jahil, meskipun sifat menyebalkannya masih ada. Sekarang, Gara lebih tertutup dan mempunyai aura yang dingin, mungkin sifat asli Gara yang sebenarnya adalah ini.

Ini akan terdengar aneh, bahkan sampai detik ini pun Shea tidak tahu di mana rumah Gara ataupun tempat kuliah Gara. Banyak alasan ketika Shea bertanya demikian, bahkan Shea pun sudah tidak pernah bertemu dengan keluarga Gara lagi kecuali saat pertemuan penerima beasiswa dengan donaturnya, saat bertemu terasa biasa saja, tak ada yang berubah.

Shea pikir, dia sudah mengenal Gara sepenuhnya, tetapi tidak, masih banyak sisi yang Shea tidak tahu dari diri Gara dan hanya Gara yang tau apa yang dia sembunyikan selama ini.

"Stock persediaan makanan kamu, udah hampir habis, kan? Kita mampir super market dulu ya?"

"Iya," jawab Shea

"Oh iya, kemarin Amara nawarin aku beberapa model pakaian baru dan aku gak ngerti sih. Itu, bisnis dia baru, dia punya koleksi kayanya nanti malem sampe di apartemen kamu, aku minta sama dia buat kasih yang paling bagus."

"Udah lama ya gak ketemu Amara, aku, jadi inget dulu."

"Nanti Amara yang anter bajunya. Iya, kamu yang suka sensi ketemu dia padahal dia gak pernah ada masalah sama kamu."

"Gar..."

"Ya, Sye?"

"Kamu sayang aku, kan?"

Entah mengapa Shea ingin mencoba memastikan, sekali lagi, dia tidak ingin hatinya bertanya-tanya tentang apa yang Gara rasakan terhadapnya.

"Sayang."

***

OH IYA, SARANIN VISUAL JAE DONG. JAE VISUALNYA HARUS KOREA, TAPI YANG JAGO MUSIK TERUTAMA PIANO DAN GITAR :*

***

TERIMA KASIH SUDAH BACA SIDE SHEA

JANGAN LUPA FOLLOW INSTAGRAM :

asriaci13

sheakanaka

sagaramiller

joannashamira

***

with love,

aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro