BAGIAN TUJUH BELAS : Siapa Gara Sebenarnya?
NOW PLAYING : SAM SMITH - MIDNIGHT TRAIN
SELAMAT MEMBACA CERITA SHEA
[Si ganteng Gara]
***
BAGIAN TUJUH BELAS
Saat memutuskan untuk menyukai seseorang, artinya memutuskan juga untuk dilukai oleh orang yang sama.
***
"Milkshake chocolate sama burger tanpa keju." Adnan tersenyum, kemudian dia memberikan itu untuk Shea.
Jelas saja Shea tersenyum senang, selama pergi dengan Adnan dia benar-benar diperlakukan spesial. Hari ini Adnan banyak bicara, dia bertanya ini dan itu tentang Shea begitupula Shea. Semua jawaban Adnan persis dengan data yang diberikan oleh Gara, artinya data yang didapatkan Gara akurat.
Siapa Gara sebenarnya? Sampai dia bisa mendapatkan info seseorang begitu detail. Hal ini merupakan privasi, tapi Gara mendapatkannya dengan mudah bahkan hanya dua hari dia bisa mengumpulkan data Adnan dengan lengkap.
"Lo kalau ada Amara sensi gitu ya?"
"Abisnya dia tuh...." Shea menggantungkan kalimatnya.
"Kalau lo bales dia, artinya lo sama aja dengan dia." Senyuman Adnan barusan membuat debaran jantung Shea berpacu dengan cepat.
Oh My God! Adnan mampu membuat Shea yang petakilan menjadi cewek pendiam dan tak banyak bicara. Seketika karakternya berubah.
Mungkin Shea merasa bahwa selama dihidupnya tak ada yang memperlakukan dia dengan begitu manis, hal itu membuat karakternya yang keras kepala dan egois. Orang-orang disekitarnya seperti itu. Jangan salahkan Shea.
"Lagian gue enggak suka cewek kasar."
Shea menatap Adnan dengan seksama saat mengatakan kalimat itu, entah itu adalah sebuah kode atau bukan.
Adnan balas menatap Shea, "Seperti kata gue dulu, gak ada yang mau dikasarin kan?"
"Iya kak, bener."
Selagi menikmati live musik, Shea tak henti-hentinya memandangi Adnan yang menurutnya definisi hampir sempurna. Nyaris tanpa kekurangan. Kurangnya adalah untuk mendapatkan hati Adnan Shea harus melawan banyak cewek.
"Kak Adnan...,"
"Iya?"
"Gara itu orang tuanya kerja apa?"
Dahi Adnan berkerut saat Shea bertanya hal yang tak biasa.
"Kenapa?" Adnan malah balas bertanya
"Habisnya rumah dia itu gede banget terus mobilnya juga mobil yang baru keluar," ujar Shea, "apa dia pelihara tuyul gitu?" Shea memelankan suaranya.
Kedua sudut bibir Adnan naik membentuk lengkung yang sempurna, "Gue gak ada hak buat jawab, coba lo tanya orangnya deh. Tapi, yang jelas jangan kebanyakan nonton yang gak berbobot, jangan berpikiran negatif sama orang. Semua hal yang dipunyai Gara itu legal."
Shea merasa bahwa Adnan tau sesuatu tentang Gara, sehingga dia bisa mengatakan hal demikian. Ya, seharusnya Shea tidak berpikrian buruk terhadap orang, apalagi orang yang baru saja dikenalnya. Kan berabe kalau nanti Gara sakit hati dan melaporkan Shea.
Tapi kalau begitu, alay banget memang.
"Oh iya, Gara bisa liat mahluk yang...."
"Hantu maksud lo?"
Shea mengangguk.
"Iya, dia bisa liat."
"Kak Adnan percaya gitu? Gimana kalau dia bohong cuma mengada-ngada aja?"
"Lo suka sama Gara, nanya Gara melulu?"
"Ah, masa aku suka sama dia sih kan aku sukanya sama kak Adnan."
Keceplosan. Cepat-cepat Shea menutup mulutnya, sementara Adnan tertawa pelan. Raut wajahnya terlihat bahagia.
Bahagia karena pengakuan cinta Shea? Atau ini sebuah lelucon yang lucu?
"Lo transparan banget ya jadi cewek."
"Eh iya, kayanya gitu."
"Bisa nunggu?" tanya Adnan sambil menatap ke arah Shea.
"Maksudnya?" Shea tak mengerti maksud dari ucapan Adnan barusan.
"Menurut lo apaan?"
"Nunggu sampe kak Adnan suka sama aku juga?"
Adnan hanya menjawab dengan senyuman, lalu dia mengatakan kepada Shea untuk nonton kembali sesekali Adnan menawarkan camilan untuk mereka.
Hari ini Shea merasa hubungannya dengan Adnan lebih dekat. Entah dari segi apapun, dan dia merasa ini sebuah hal yang baik.
***
Sepulang sekolah, Gara langsung mengurung diri di ruangannya. Banyak hal yang harus dia urus, mengingat akhir bulan. Dia mengecek semua dokumen yang dikirimkan oleh karyawannya, mengeceknya satu persatu.
Sesekali Gara memijat pelipisnya. Benar, apa yang dikerjakan setimpal dengan apa yang didapatkan. Hasil kerja keras Gara tak mengkhianati hasilnya. Untuk menentukan pilihan, Gara harus mengorbankan masa remajanya. Dia tak bisa seenaknya bersenang-senang dengan teman-temannya setelah pulang sekolah, banyak orang yang bergantung kepadanya.
Darah keluar dari hidung Gara, Gara mengeluh dia langsung mengambil tisu untuk menghentikan pendarahannya.
Hari ini dia bekerja terlalu keras.
Gara mengeluarkan suplemen penambah stamina dari lokernya, dia langsung meminumnya. Karena terlalu banyak bekerja, dia lupa bahwa belum makan.
Gara mengeluarkan ponsel dari sakunya, banyak sekali telepon masuk dari Adnan dan beberapa rekan bisnisnya. Tanpa menunggu waktu, Gara langsung balas menelpon Adnan.
"Kenapa Nan?" tanya Gara saat telepon itu sudah tersambung.
"Shea nanya tentang kehidupan lo."
"Thanks Nan."
"Dia tau?"
"Enggak. Lo habis jalan sama dia?"
"Iya, orangnya asik juga."
Baguslah pikir Gara. Rencananya tersusun rapi, Adnan menyukai Shea dan Shea menyukai Adnan. Artinya permintaan pertama Shea berhasil dia kabulkan.
Telepon itu terputus setelah Gara mengatakan bahwa dia masih banyak kerjaan. Tapi, bukannya mengerjakan pekerjaannya lagi Gara malah keluar dari ruangannya dan ke lapangan basket belakang rumahnya.
Bermain basket untuk sejenak melupakan perkerjaannya. Keringat mulai terlihat dipelipis Gara. Bukan tidak mau masuk eskul basket, tapi dia tidak ada waktu untuk latihan dan seandainya nanti ikut kejuaraan dia pasti akan menyusahkan karena sering absen.
"Lo lagi ada masalah?"
Refleks, Gara berhenti mendribble bola basketnya dan menoleh ke sumber suara. Amara berdiri dipinggir lapangan, dengan mata sembab. Gara buru-buru membuang bolanya ke sembarang arah, dia berjalan menghampiri Amara.
"Cuma lagi pengin main," jawab Gara, "lo habis nangis?" tangan Gara mengelus pipi Amara, mengecek apakah lengket karena air mata atau matanya disengat tawon.
Amara menjawabnya dengan senyuman.
Gara mengajak Amara untuk duduk disalah satu gazebo yang ada disana. Gara meminta salah satu pembantunya untuk membawakan minuman untuk dirinya dan juga Amara.
"Kenapa? Apa yang buat lo nangis?"
"Berantem sama Mami."
"Karena apa?"
"Mami ngira gue suka bully orang, dan dia bilang bahwa gue harus selalu baik dan kalau perlu menjadi korban bully biar banyak orang yang simpati sama gue dan gak buat imej gue rusak."
"Emang lo bully siapa?"
"Tasya buat Iris lari di lapangan terus divideoin, dan Mami gak tau dari mana. Mami ngiranya gue ikutan padahal enggak."
Kedua tangan Gara merengkuh wajah Amara, mengelusnya perlahan. Gara tersenyum.
"Kalau gitu berhenti aja jadi Artis."
"Gila aja, dipenggal hidup-hidup sama Mami nanti."
Gara tertawa, kemudian dia minum minuman yang sudah datang dibawakan pembantunya. Antara dia dan Amara memang memiliki banyak kesamaan, keduanya harus memenuhi keegoisan orang tuanya. Berprilaku sopan santun, tetap tersenyum meski hati tak berkata demikian. Karena hidup mereka selalu memakai topeng, entah mana yang asli.
"Tangan lo gak sakit dipake main basket?"
Gara menggeleng, "Lo tau Mar, gue masih bisa mengerjakan apapun saat tangan gue patah dulu."
"Lo deket sama cewek cablak, gila itu?" tanya Amara
"Shea maksud lo? Enggak."
"Dia tiap ngeliat gue bawaannya kayanya sensi, padahal gue gak pernah nyenggol dia."
"Itu anak emang sensi mulu sih, marah-marah, ngomel-ngomel."
"Lo enggak suka atau tertarik sama dia kan Gar?"
Gara menggeleng, "Enggaklah, dia suka Adnan."
"Adnan anak musik?"
"Iya."
"Terus?"
"Kebetulan dia menemukan kalung nyokap gue, terus gue kasih dia tiga permintaan dan dia minta gue deketin sama Adnan."
"Lo lakuin?"
"Iyalah."
"Parah lo, lo kan tau Adnan gimana."
"Dia yang minta, gue lakuin."
Amara tersenyum, tak perlu repot-repot membalas apa yang sudah dilakukan Shea kepadanya. Karena sebentar lagi dia akan merasakan bahkan yang lebih parah dari apa yang dia lakukan kpeadanya. Tinggal menghitung waktu, maka semuanya terbalas.
Ponsel Gara berbunyi, dia langsung mengeceknya.
Bebek Jelek
Makasih Garandong!!!
Semua data tentang kak Adnan akurat.
DAN TEBAK GUE HABIS JALAN SAMA SIAPA?
KAK ADNAN!!!!
Pokoknya makasih bayak.
Tumben hidup lo berguna hehe.
Gara membacanya tersenyum, sebegitu sukanya dia sama Adnan. Sampai baru diajak jalan nonton live musik aja segitu senangnya.
"Chat dari siapa?" kepo Amara
"Rangga." Ceplos Gara, berbohong entah untuk motif apa.
"Ngapain lo senyum-senyum baca chat sama Rangga?" selidik Amara, tatapan matanya terarah ke ponsel Gara yang sudah mati.
"Lo tau gue gak suka diposesifin kan Mar?"
"Hm Oke, Maaf Gar kalau buat lo gak nyaman." Amara langsung mengerti.
"Jangan pernah diulang."
Amara mengangguk patuh, seperti peliharaan kepada majikannya.
Ada beberapa dinding yang tak bisa Amara lewati, meskipun dia sudah mengenal Gara lama. Gara yang menjadi temannya itu begitu banyak rahasia di hidupnya.
Pertanyaan ini selalu ada dibenak Amara, 'Siapa Gara sebenarnya selain dari anak konglomerat' ada yang lain dalam diri Gara yang membuat dia berbeda dari anak-anak lain seusianya.
***
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA CERITA SHEA
SILAHKAN KOMENTAR SEBANYAK-BANYAKNYA
BERIKAN BANYAK CINTA UNTUK COUPLE KALIAN
#SHEAGARA
#SHEADNAN
***
Follow instagram :
asriaci13
sheaofc
sheakanaka
sagaramiller
adnan_alhaqqi
amaraerilyn
With Love,
Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro